3. Macam-macam Wali
Adapun macam-macam wali dapat digolongkan berdasarkan sudut pandang yang dipakai untuk itu, antara lain:
a. Melihat objek perwaliannya.
Para ulama fiqih sependapat bahawa wali dalam perkawinan wilayah Tazwij
ditinjau dari segi objek perwaliannya dapat digolongkan menjadi wali mujbir
] ゲらイヨャや ヴャヲャや
[
dan wali ghairu mujbir
] ゲらイヨャや ゲΒビ ヴャヲャや
[
.
Adapun wali mujbir ialah seorang wali berhak mengakadnikahkan orang yang diwalikannya tanpa
persetujuan yang bersangkutan,
18
sedangkan wali ghairu mujbir sebaliknya, yaitu wali tidak memiliki hak untuk mengawinkan tanpa persetujuan yang diwalikannya.
Menurut Mahmud Yunus 1981 wali mujbir artinya, wali yang boleh memaksakan perkawinan kepada anaknya sehingga ia boleh mengawinkan anak
perempuannya dengan tiada meminta izin terlebih dahulu kepada anaknya.
19
Agama memang mengakui wali mujbir memiliki kewenangan memaksakan ijab akad nikah
anak perempuannya yang belum dewasa selagi masih gadis. Dalam hal ini para fuqaha sependapat.
18
Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 21.
19
Mahmud Yunus, op.cit., hlm. 64.
Marahalim : Pernikahan Dengan Menggunakan Wali Hakim Ditinjau Dari Fiqih Islam Dan Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, 2007
USU Repository © 2008
b. Melihat jauh dekatnya hubungan kekerabatan.
Memandang kepada jauh-dekatnya hubungan pertalian darah antara yang diwalikan dengan walinya, wali dapat dibagi menjadi wali aqrab
] ゆゲホΕや ヴャヲャや
[
dan wali ab`ad
] ギバよΕや ヴャヲャや
[
.
Misalnya kakek dengan ayah dan anak dengan cucu. Maka dalam hal ini ayah sebagai wali aqrab dan kakek menjadi wali ab`ad, dan anak
sebagai wali aqrab sedangkan cucu menjadi wali ab`ad.
c. Melihat kedudukan pemangku perwalian.
Mereka para wali kerabat calon mempelai yang disebut sebagai wali nasab, mempunyai kewenangan dalam perwalian, sesuai urutan kedudukanya yang tererat
dengan calon mempelai. Kewenangan yang mereka peroleh karena kedudukan mereka sebagi keluaarga terdekat. Namun apabila mereka tidak ada, atau mereka
tidak memenuhi syarat menjadi wali, atau mereka adhal, perwalian yang seharusnya menjadi hak mereka berpindah kepada sulthanhakim. Kewenangan yang ia miliki
ialah berdasarkan kekuasaan yang ada padanya yaitu kedudukannya sebagai penguasa yang disebut dengan Wilayah `Ammah.
4. Wali Hakim