Syarat dan Rukun Nikah Menurut Hukum Islam dan Undang-undang
e. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya f. Orang yang berkait dengan ijab qabul tidak dalam sedang ihram
hajiumroh g. Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimal empat orang yaitu, calon
mempelai pria atau wakilnya, wali dari mempelai wanita atau wakilnya, dan dua orang saksi.
Rukun dan syarat-syarat perkawinan tersebut diatas wajib dipenuhi, apabila tidak terpenuhi maka perkawinan yang dilangsungkannya tidak sah.
Selanjutnya yakni Mahar atau maskawin ialah pemberian dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan baik berupa uang atau benda-benda yang
berharga yang di sebabkan karena pernikahan diantara keduanya. Pemberian mahar merupakan kewajiban bagi laki-laki yang menikahi perempuan. Mahar ini
tidak termasuk rukun nikah, sehingga jika pada waktu akan nikah tidak di sebutkan mahar itu, maka akad nikah itu tetap sah. Banyaknya mahar itu tidak
dibatasi oleh syariat Islam, hanya menurut kekuatan suami serta keridhaan isteri. Adapun Syarat dan rukun perkawinan menurut undang-undang negara
yakni sebagaimana tersebut dalam Undang-undang Perkawinan dalam BAB II pasal 6 :
1. Perkawinan harus didasarkan persetujuan kedua calon mempelai. 2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21
tahun harus mendapat izin kedua orang tuanya.
3. Dalam hal seorang salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya maka izin
dimaksud ayat 2 pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masi hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.
4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang
memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat
menyatakan kehendaknya. 5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam
ayat 2, 3, dan 4 pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat
tinggal orang yang melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberi izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang
tersebut dalam ayat 2, 3, dan 4 dalam pasal ini. 6. Ketentuan tersebut ayat 1 samapai dengan ayat 5 pasal ini berlaku
sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.