8. Faktor Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi Schott, 2008. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden memperoleh informasi yang kurang yaitu 23 orang 51,1. Ibu hamil yang mendapatkan informasi yang baik akan
cenderung melaksanakan antenatal care yang teratur, sebaliknya yang memperoleh informasi yang kurang akan cenderung tidak melaksanakan antenatal
care yang teratur, yang memperoleh informasi yang baik sebanyak 16 orang 35,6 melakukan kunjungan antenatal care yang baik, mayoritas yang
berpendidikan tinggi. Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani
2001 semakin tinggi pendidikan semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan ynag dimiliki begitu pula sebaliknya. Semakin
rendah pendidikan maka akan sulit mencerna informasi yang disampaikan. Pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi
dan mengimplementasikannya dalam prilaku dan gaya hidup sehari-hari Depkes RI, 2004
Menurut asumsi penulis, pendidikan akan mempengaruhi informasi yang diperoleh dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Dimana informasi yang
diperoleh akan membantu dalam melaksanakan antenatal care.
9. Faktor Dukungan
Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang terdekat untuk melakukan suatu tindakan Harymawan, 2007. Berdasarkan hasil penelitian
55
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapat dukungan yang cukup yaitu 24 orang 53,3.
Dukungan merupakan faktor penting, dan mempunyai dampak yang besar terhadap masalah pemeliharaan kesehatan dan pelaksanaan kesehatan pada ibu
hamil. Dukungan yang berasal dari anggota keluarga yaitu suami berupa dukungan spiritual maupun material dapat memberikan ketenangan pada masa-
masa sulit sehingga dapat melakukan penyesuaian yang lebih baik dan tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Salah satu mediator stress adalah
dukungan dari keluarga, dimana seseorang merasa diperhatikan dan dihargai oleh orang lain. Menurut Wortman dan Dunkell Sceffer 1987, jenis dukungan yang
meliputi ekspresi terhadap pemberitahuan ketepatan keyakinan perasaan ibu hamil, ajakan untuk membuka diri dan mendiskusikan keyakinan dan sumber-
sumber juga merupakan bentuk dukungan. Disamping dukungan psikologis yang diterima ibu hamil, bantuan materil atau bantuan terampil seperti membantu
pekerjaan rumah tangga atau perawatan anak merupakan hal yang meringankan penderitaan. Begitu juga dengan Johnson dan Jhonson yang dikutip oleh Smet
1994 yang menyatakan bahwa dukungan akan meningkatkan kesejahteraan psikologis, peningkatan harga diri, pengurangan stress serta penyediaan sumber
atau bantuan yang dibutuhkan. 56
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil di Kecamatan Angkola Barat
Kabupaten Angkola Barat
Penggunaaan uji Spearman untuk mengetahui hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil dengan
nilai koefisien korelasi 0,68 artinya hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care positif dengan interpretasi sedang dan nilai pada kolom
sig 2 tailed sebesar 0,00 lebih kecil dari nilai level of significance α yaitu 0,05
yang berarti terdapat hubungan bermakna antara pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil yang meliputi faktor
internal yaitu patitas dan usia sedangkan faktor eksternal yaitu pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis, informasi, dukungan.
Faktor paritas, berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden
multipara yaitu 28 orang 62,2 dan ditemukan 25 orang 55,5 yang melaksanakan antenatal care tidak teratur. Hasil penelitian ini bertolak belakang
dengan teori yang ada tetapi sesuai dengan penelitian Arnensi 2011 menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kunjungan
antenatal care di Puskesmas Dusun Tengah Kabupaten Seluma.
Ibu hamil dengan paritas yang tinggi akan cenderung tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dikarenakan mengurus anak yang jarak kelahiran anak yang satu
dengan yang lain sangat dekat. Nulipara akan cenderung melaksanakan antenatal care, karena merupakan kehamilan yang pertama dan memiliki kecemasan dalam
kehamilannya dikarenakan tidak mempunyai pengalaman. Sedangkan dengan paritas tinggi, merasa sudah berpengalaman dalam kehamilan yang tidak beresiko dan tanpa ada
57
Universitas Sumatera Utara
jadwal pemeriksaan antenatal care, sehingga hal ini membuat ibu merasa tidak perlu melaksanakan antenatal care dan kurang mengetahui bahwa dalam setiap proses
kehamilan tidak ada yang sama dengan proses kehamilan sebelumnya.
Faktor
usia berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden berusia 20-
35 tahun yaitu 31 orang 68,9 dan ditemukan 25 orang 55,5 yang melaksanakan antenatal care tidak teratur. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Damanik 2009 yang menyatakan bahwa ada hubungan usia ibu hamil dengan pelaksanaan antenatal care. Apabila usia 20 tahun, maka akan
meningkatkan risiko kehamilan karena pada usia muda organ-organ reproduksi wanita belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan jiwa belum siap
dalam menerima kehamilan, maka cenderung kurang memperhatikan
kehamilannya sehingga tidak melaksanakan antenatal care yang teratur. Ibu hamil yang berusia 35 tahun cenderung mengalami resiko kehamilan, sehingga
cenderung melaksanakan antenatal care yang teratur Depkes RI, 2001.
Faktor pengetahuan, berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden
dengan pengetahuan baik yaitu 30 orang 66,6 dan ditemukan 25 orang 55,5 yang melaksanakan antenatal care tidak teratur. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat dari Ensiklopedia Amerika yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan maka semakin tinggi pula kunjungan kehamilan yang
dilakukan oleh ibu hamil. Adanya perbedaan dari hasil penelitian ini dengan pendapat Ensiklopedia disebabkan oleh pendidikan ibu mayoritas sekolah dasar
yang mempengaruhi dalam menerima berbagai pengetahuan.
Didukung juga dengan hasil penelitian Sudjoko 2005 yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care.
Sedangkan penelitian Arnensi 2011 menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
dengan kunjungan
antenatal care di Puskesmas Dusun Tengah Kabupaten Seluma. Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian Damayanti 2009 mengenai
hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kepatuhan kunjungan antenatal care di RSUD Pandan Arang Boyolali menyatakan bahwa adanya hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan kunjungan antenatal care. Hasil penelitian ini didukung juga oleh Shintha Kusumaning P. 2008, dalam penelitiannya tentang hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu hamil dengan kepatuhan melakukan ANC di Puskesmas Pojong II Gunungkidul yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
hamil dengan kepatuhan melakukan antenatal care.
Faktor sikap, berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden dengan
sikap kurang yaitu 32 orang 71,1 dan ditemukan 25 orang 55,5 yang melaksanakan antenatal care tidak teratur. Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmodjo, 2005. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Arnensi 2011 menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara sikap dengan kunjungan antenatal
care di Puskesmas Dusun Tengah Kabupaten Seluma. Sedangkan menurut penelitian Sudjoko 2005 yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care
.
Faktor ekonomi, berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden
dengan ekonomi kurang yaitu 29 orang 64,4 dan ditemukan 25 orang 55,5 yang melaksanakan antenatal care tidak teratur. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Effendy, 1998 yang menyatakan keadaan 59
Universitas Sumatera Utara
sosial ekonomi yang rendah berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan
dalam mengatasi berbagai masalah. Adanya hubungan antara faktor ekonomi dengan kunjungan antenatal care, karena faktor ekonomi berperan dalam
menentukan status kesehatan seseorang FKM UI, 2007. Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam
masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan. Faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya pelaksanaan antenatal care. Status ekonomi juga berperan bagi
seseorang dalam pengambilan keputusan dalam bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan Notoatmodjo, 2003.
Faktor sosial budaya, berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden
dengan sosial budaya baik yaitu 28 orang 62,2 dan ditemukan 25 orang 55,5 yang melaksanakan antenatal care tidak teratur. Hasil penelitian ini,
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh widiawati 2007 yang menyatakan bahwa kunjungan antenatal care berhubungan dengan sosial budaya.
Budaya, keyakinan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dimiliki ibu hamil mengenai pemeriksaan kehamilan. Dalam konteks kehamilan setiap masyarakat memiliki
cara masing-masing untuk memahami dan menanggapi peristiwa kehamilan dan kelahiran bayi yang sudah dipraktekkan jauh sebelum masuknya sistem medis
biomedikal. Selain itu ditemukan juga sejumlah perilaku budaya yang dinilai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran, atau bahkan
memberikan dampak kesehatan yang menganggu kesehatan ibu dan bayi. Maka 60
Universitas Sumatera Utara
kehamilan tidak hanya berkenaan dengan aspek fisiologis yang kemudian lebih menjadi perhatian bidang kesehatan melainkan juga menyangkut aspek sosial
budaya.
Faktor letak geografi, berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden
dengan letak geografis yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan yaitu 27 orang 60 dan ditemukan 25 orang 55,5 yang melaksanakan antenatal care tidak
teratur. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ardi 2008 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan program antenatal care di Puskesmas
Runding Kota Subulussalam yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara letak geografis dengan kunjungan
antenatal care.
Sesuai dengan uraian Depkes RI 2006 bahwa kondisi geografis secara umum penduduk
pedesaan jauh dari tempat pelayanan kesehatan sebagai tempat pemeriksaan kehamilan seringkali menyebabkan ibu hamil sulit untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan. Demikian juga dengan pendapat Kornelis 2004 bahwa kondisi di daerah pedesaan dan pedalaman dengan ketiadaan puskesmas dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya di sekitar tempat tinggal dan petugas kesehatan jauh dari kehidupan masyarakat pedalaman, menyebabkan mereka tidak mengenal
perawatan kehamilan secara medis.
Faktor informasi, berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden
dengan informasi kurang tentang antenatal care yaitu 23 orang 51,1 dan ditemukan 25 orang 55,5 yang melaksanakan antenatal care tidak teratur.
Menurut Sarwono 2001 informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan, pilihan terhadap sarana pelayanan
kesehatan itu dengan sendirinya didasari atas kepercayaan dan keyakinan akan
Universitas Sumatera Utara
kemajuan sarana kesehatan tersebut, sehingga akan memutuskan untuk menggunakan atau tidak pelayanan yang tersedia berdasarkan pengalaman yang
pernah diperoleh dari pelayanan tersebut. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nursalam 2001 yang mengatakan bahwa semakin banyak dan
baik informasi yang diperoleh maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Dengan pengetahuan baik yang dimiliki tentang pemeriksaan kehamilan ibu
menjadi tahu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Hal ini menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara informasi yang diperoleh dengan
pelaksanaan antenatal care.
Faktor dukungan, berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden
dengan dukungan cukup yaitu 24 orang 53,3 dan ditemukan 25 orang 55,5 yang melaksanakan antenatal care tidak teratur. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Ardi 2008 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan program antenatal care di Puskesmas Runding Kota Subulussalam yang
menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara dukungan suami dengan kunjungan
antenatal care. Dukungan yang diberikan suami adalah mendukung ibu hamil melaksanakan antenatal care yang teratur.
62
Universitas Sumatera Utara
5.2.4 Faktor yang Dominan Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care