dengan ibu hamil tidak bekerja dan pegawai negeri sipil yang mempunyai waktu yang cukup dalam melaksanakan antenatal care.
5.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Antenatal Care pada ibu hamil
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil meliputi faktor paritas, usia, pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya,
geografis, informasi, dan dukungan.
1. Faktor Paritas
Paritas merupakan banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita BKKBN, 2006. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden multipara yaitu 28 orang 62,2. 8 orang 17,8 primipara dan 9 orang 20 nulipara. Penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Suprapto 1993 dalam penelitiannya paritas akan mempengaruhi ibu dalam melakukan antenatal care yang teratur. Paritas merupakan faktor internal
pada ibu hamil, paritas yang tinggi akan menyebabkan kurangnya perhatian ibu terhadap kehamilannya karena kesibukan mengatur anak dan keluarga sehingga
tidak melaksanakan kunjungan antenatal yang teratur. Menurut asumsi peneliti, nulipara akan lebih memperhatikan
kehamilannya karena merupakan kehamilan yang pertama, dan akan cenderung melaksanakan antenatal care.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor Usia
Usia ibu hamil merupakan keadaan kematangan ibu hamil selama kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
responden berusia 20-35 tahun yaitu 31 orang 68,9,. Bila dikaitkan dengan jumlah kunjungan responden tersebut maka hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Manuaba 2005 yang mengatakan bahwa usia reproduksi optimal bagi seorang wanita berada pada usia 20-35 tahun. Usia merupakan faktor
internal pada ibu hamil, pada usia reproduksi optimal tersebut rahim wanita sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang, dan sudah mampu merawat bayi
dan dirinya Drapper, 2001. Menurut asumsi penulis, hal ini terjadi disebabkan karena ibu merasa berada pada rentang usia yang masih belum memasuki
kehamilan resiko tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Amiruddin 2005 di
puskesmas Ulaweng Jawa Timur yang menyebutkan bahwa fasilitas antenatal lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok resiko tinggi, salah satunya usia 35
tahun daripada usia 20-35 dan 20 tahun.
3. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu Notoadmodjo, 2010.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pengetahuan baik yaitu 30 orang 66,6.
Mayoritas pendidikan responden adalah Sekolah Dasar, yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pengetahuannya dibandingkan yang tidak
51
Universitas Sumatera Utara
berpendidikan. Pendidikan seseorang akan lebih banyak berperan dalam pengambilan keputusan. Pendidikan merupakan alat yang dapat mengubah nilai
dan norma keluarga, dengan pendidikan seseorang dapat memperluas cakrawala berfikir sehingga mudah mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan formal
akan semakin baik wawasan dan pengetahuannya tentang kesehatan sehingga akan cenderung melakukan kunjungan antenatal yang teratur.
Menurut Notoatmodjo 2005, pengetahuan merupakan indikator dari melakukan tindakan terhadap sesuatu, jika seseorang didasari pada pengetahuan
yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami bagaimana kesehatan itu dan mendorong untuk mengaplikasikan apa yang diketahuinya.
4. Faktor Sikap