BAB IV KEWAJIBAN PAJAK TERHADAP PELAKU USAHA DALAM
PERDAGANGAN ELEKTRONIK DI JEJARING SOSIAL
A. Ketentuan Perpajakan dalam Perdagangan Elektronik di Jejaring Sosial.
Definisi perdagangan elektronik atau dikenal dengan e-commerce adalah segala bentuk transaksi bisnis yang menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, definisi e-commerce menjadi meluas. Saat ini, e-commerce diartikan tidak hanya penjualan dan
pembelian melalui internet semata tetapi juga mencakup pelayanan pelanggan online
dan pertukaran dokumen bisnis.
155
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.
Pasal 4 ayat 2 UU PPh menjelaskan mengenai jenis penghasilan yang dikenai pajak bersifat final, yaitu:
2. Penghasilan berupa hadiah undian.
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura.
155
Chandra Budi, Menyasar Pajak Transaksi e-commerce, http:www.kemenkeu.go.idArtikelmenyasar-pajak-transaksi-e-commerce diakses pada tanggal 5
April 2015.
83
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah danatau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah danatau bangunan.
5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan
pemerintah. Penghasilan dari perdagangan elektronik sendiri diklasifikasikan sebagai
penghasilan tertentu menurut Pasal 4 ayat 2 UU PPh. Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
OECD
156
pada bulan Oktober 1998 menerbitkan prinsip-prinsip perpajakan yang harus sesuai dengan transaksi e-commerce, di antaranya:
157
1. Neutrality
netralitas Perpajakan harus bersifat netral dalam semua bentuk transaksi e-commerce,
baik terhadap transaksi konvensional maupun e-commerce, untuk menghindari adanya double taxation.
158
2. Efficiency
efisiensi Biaya administrasi dalam hal perpajakan dari pihak pemerintah harus ditekan
seminimal mungkin.
156
Menurut Wikipedia, OECD Organisation for Economic Co-operation and Development
merupakan sebuah organisasi internasional dengan tiga puluh Negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas.
157
Taxation and Electronic Commerce – OECD, http:www.oecd.orgtaxconsumption Taxation20and20eCommerce202001.pdf, hlm. 11.
158
Menurut Wikipedia, Double Taxation atau Pajak Ganda diartikan sebagai pengenaan jenis pajak yang sama oleh dua negara atau lebih terhadap subjek pajak dan atas objek pajak
yang sama, serta dalam periode yang identic. Dapat pula diartikan sebagai pengenaan jenis pajak yang sama oleh dua Negara atau lebih terhadap subjek pajak yang berlainan atas objek pajak
yang sama.
3. Certainty and simplicity
kepastian dan kesederhanaan Peraturan perpajakan harus jelas dan mudah dimengerti oleh wajib pajak.
4. Effectiveness and fairness
efektivitas dan keadilan Pajak harus dapat dihitung sesuai dengan jumlah dan waktu yang tepat, dan
kemungkinan untuk menghindari pajak harus diminimalisir. 5.
Flexibility fleksibilitas
Sistem perpajakan harus fleksibel dan dinamis untuk memastikan sistem tersebut bisa mengikuti perkembangan teknologi perdagangan.
Pada praktiknya, terdapat beberapa model dalam penyelenggaraan transaksi e-commerce. Pembagian model penyelenggaraan transaksi e-commerce
ada empat, yaitu:
159
1. Online marketplace
Kegiatan menyediakan tempat kegiatan usaha berupa toko internet di mal internet sebagai tempat online marketplace menjual barang danatau jasa.
2. Classified ads
Kegiatan menyediakan tempat danatau waktu untuk memajang content teks, grafik, video penjelasan, informasi, dan lain-lain barang danatau jasa bagi
pengiklan untuk memasang iklan yang ditujukan kepada pengguna iklan melalui situs yang disediakan oleh penyelenggara classified ads.
3. Daily deals
159
Lampiran Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-62PJ2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan atas Transaksi E-Commerce.
Kegiatan yang menyediakan tempat kegiatan usaha berupa situs daily deals sebagai tempat daily deals merchant menjual barang danatau jasa kepada
pembeli dengan menggunakan voucher sebagai sarana pembayaran. 4.
Online retail Kegiatan menjual barang danatau jasa yang dilakukan oleh penyelenggara
online retail kepada pembeli di situs online retail.
Perdagangan elektronik di jejaring sosial termasuk dalam model online retail.
Situs online retail adalah situs yang menjual langsung barang danatau jasa dalam bentuk berwujud atau tidak berwujud digital kepada pelanggannya.
Layaknya sebuah toko, situs ini menjual secara online barang danatau jasa yang diperdagangkannya. Situs ini biasanya dikelola langsung oleh orang atau
perusahaan yang menjual barang danatau jasanya. Penyelenggara online retail adalah pemilik sekaligus juga penjualnya. Contohnya adalah bhinneka.com,
gramedia.com, lazada.com, dan berbagai situs milik pribadi yang digunakan untuk berjualan baik melalui blog, social media, maupun domain pribadi yang telah
dibelinya.
160
Pihak penyelenggara sistem elektronik dalam hal ini penyelenggara sistem media jejaring sosial bisa berperan sebagai pelaku usaha juga, tentunya termasuk
dalam kelompok classified ads. Aspek perpajakan dari bisnis e-commerce pada situs ini berfokus pada aspek pemasangan iklan apabila penjual diwajibkan untuk
membayar atas iklan online yang disediakan oleh penyelenggara jasa classified ads
iklan online. Sementara untuk penghasilan yang diperoleh dari hasil
160
Nufransa Wira Sakti, Op.Cit., hlm.119-120.
keuntungan penjualan barang danatau jasa dikenakan pajak seperti biasa sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
161
Berikut adalah skema gambar mengenai aspek perpajakan e-commerce di Indonesia
Dalam hal ini contohnya adalah iklan online yang dilakukan di berbagai media sosial contohnya twitter, facebook,
instagram dan media sosial lainnya.
Gambar 3. Perpajakan e-commerce di Indonesia mencakup online marketplace, online
retail, classified ads, daily deals, dan social media. Di dalam perdagangan
elektronik ada beberapa pihak yang berkaitan, di antaranya web design, web advertising, web hosting
, gudang, ekspedisi, payment gateway dan karyawan.
161
Nufransa Wira Sakti, Op.Cit., hlm. 101-103.
Ketentuan perpajakan yang dikenakan adalah Pasal 4 ayat 2, Pasal 21, Pasal 23, Pasal 26 UU PPh, dan PPN.
Pasal 21 UU PPh adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh wajib
pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
162
Pasal 23 UU PPh adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain
yang telah dipotong Pasal 21 UU PPh.
163
Pasal 26 UU PPh adalah pajak penghasilan yang dikenakandipotong atas penghasilan yang bersumber dari
Indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap BUT di Indonesia.
164
OECD memaparkan adanya 28 jenis penghasilan melalui transaksi e- commerce
yang diklasifikasikan oleh TAG Tax Advisory Group, dan dapat dikenakan pajak PPN, yaitu:
165
1. Electronic order processing of intangible product.
Transaksi ini adalah pembelian melalui online catalog. Apabila produk yang diperdagangkan bukan termasuk barang dan atau jasa sebagaimana diatur
Pasal 4A UU PPN dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang
162
Pasal 21 UU PPh, http:www.pajak.go.idcontentseri-pph-pajak-penghasilan-pasal-21, diakses pada tanggal 4 Juni 2015.
163
Pasal 23 UU PPh, http:www.pajak.go.idcontentseri-pph-pajak-penghasilan-pasal-23, diakses pada tanggal 4 Juni 2015
164
Pasal 26 UU PPh, http:www.pajak.go.idcontentseri-pph-pajak-penghasilan-pasal-26, diakses pada tanggal 4 Juni 2015.
165
Agung Budilaksono, Bagaimana Perlakuan Pajak dari Transaksi E-Commerce di Indonesia,
http:www.bppk.depkeu.go.idwebbcimagesstoriesfile2011artikel upload20520agustus202011AGUNG20BL20BAGAIMANA20PERLAKUAN20P
AJAK20UNTUK20TRANSAKSI20E-COMMERCE20DI20INDONESIA.pdf diakses pada tanggal 8 April 2015.
Pelaksanaan UU PPN Pengganti PP-1442000, maka transaksi tersebut merupakan penyerahan kena pajak dan terutang PPN sesuai dengan Pasal 4
UU PPN. 2.
Electronic ordering and downloading of digital product. Transaksi ini adalah pembelian produk melalui “online catalog of software”
secara digital. Dalam hal ini software adalah barang kena pajak tidak berwujud sesuai dengan Pasal 1 ayat 3 UU PPN.
3. Electronic ordering and downloading of digital product for purporse of
commercial exploitation of the copyright. Transaksi ini adalah pemesanan secara online atas digital product dari online
catalog . Pemanfaatan produk digital untuk keperluan komersil contoh;
penggunaan merek dagang, lisensi, dan lain-lain berdasarkan ketentuan Pasal 4 huruf d UU PPN adalah termasuk pemanfaatan barang kena pajak tidak
berwujud yang dikenakan PPN. 4.
Updates and adds on. Transaksi yang merupakan kegiatan update dan penambahan kelengkapan atas
suatu software. Software adalah barang kena pajak tidak berwujud sesuai dengan Pasal 1 ayat 3 UU PPN dan Pasal 4A UU PPN serta PP-1442000,
sehingga kegiatan update danatau penambahan fasilitas atas software tersebut adalah penyerahan yang terutang PPN sesuai dengan Pasal 4 UU PPN.
5. Limited duration software and other digital information licenses.
Transaksi yang merupakan pemberian ijin secara cuma-cuma untuk memanfaatkan suatu software dalam jangka waktu tertentu untuk keperluan
promosi penjualan. Transaksi ini masuk kategori terutang PPN. 6.
Single use software or other digital product. Transaksi dalam hal pembeli mendapatkan hak untuk memakai software atau
produk digital lainnya satu kali. Software atau produk digital lainnya adalah barang kena pajak tidak berwujud, dengan demikian masuk kategori terutang
PPN. 7.
Application hosting separate license. Transaksi dalam hal pemakai mempunyai hak tetap untuk memakai produk
software melalui perjanjian dengan “host entity” dengan menempatkan “software copy” pada server dan pemakai menerima bantuan teknik. Fasilitas
atau hak untuk menempatkan software dan bantuan teknik merupakan jasa kena pajak sesuai Pasal 1 ayat 6 dan Pasal 4A UU PPN serta PP-1442000,
dengan demikian kegiatan ini termasuk kategori terutang PPN. 8.
Application hosting bundled contract. Transaksi yang merupakan perjanjian dengan provider pemilik hak cipta untuk
mengakses software dan termasuk kategori terutang PPN. 9.
Transaksi Application Service Provider ASP Pada transaksi ini Application Service Provider selanjutnya disebut ASP
memperoleh lisensi untuk memakai suatu aplikasi software, dan memberikan akses kepada pelanggan untuk aplikasi software tersebut. Hal ini termasuk
barang kena pajak tidak berwujud sesuai dengan Pasal 1 ayat 3 dan Pasal 4A
UU PPN serta PP-1442000 dari software vendor kepada ASP yang berupa lisensi.
10. ASP license fees.
Application provider membayar provider aplikasi software sejumlah fee, yaitu
sejumlah persen dari penerimaan dari pelanggan ASP. Fee yang dibayar merupakan pemanfaatan atas barang kena pajak tidak berwujud sesuai dengan
Pasal 1 ayat 3 UU PPN, sehingga terkena pajak PPN. 11.
Website hosting provider. Transaksi ini adalah pemberian tempat pada server untuk ditempati website.
Hal ini termasuk kategori jasa kena pajak yang berdasarkan Pasal 1 ayat 6 dan Pasal 4A UU PPN serta PP-1442000.
12. Software maintenance.
Transaksi ini merupakan penggabungan antara software maintenance contract dengan software updates dengan bantuan teknik. Hal ini dikategorikan sebagai
jasa kena pajak berdasarkan Pasal 1 ayat 6 dan Pasal 4A UU PPN serta PP- 1442000.
13. Data warehousing.
Penempatan data komputer pelanggan dalam server yang dimiliki dan dioperasikan oleh provider yang merupakan jasa pemanfaatan spacetempat
untuk menyimpan database yang dikategorikan sebagai penyerahan jasa kena pajak berdasarkan Pasal 1 ayat 6 dan Pasal 4A UU PPN serta PP-1442000.
14. Customer support over computer network.
Bantuan teknik termasuk saran-saran untuk instalasi, informasi untuk memecahkan masalah yang berupa technical support, trouble shooting
database , yang dilakukan secara online, termasuk jasa kena pajak yang
terutang PPN. 15.
Data retrieval. Transaksi yang merupakan penyerahan informasi kepada pelanggan yang
menurut Pasal 1 ayat 6 dan Pasal 4A UU PPN serta PP-1442000 merupakan jasa kena pajak yang terutang PPN.
16. Delivery of exclusive or other high value data.
Produk yang diserahkan dalam bentuk informasi dengan tambahan analisis atas data pelanggan, merupakan jasa kena pajak terutang PPN menurut Pasal 1
ayat 6 dan Pasal 4A UU PPN serta PP-1442000. 17.
Advertising atau banner ads. Transaksi pembayaran atas fee iklan yang muncul setiap kali user meng-klik
website tertentu. Kegiatan ini juga dikategorikan sebagai jasa kena pajak terutang PPN.
18. Electronic access to professional advice.
Transaksi yang merupakan konsultasi jasa professional konsultan, pengacara, dan dokter, juga merupakan jasa kena pajak yang terkena PPN.
19. Technical information.
Informasi teknis yang bersifat rahasia merupakan jasa kena pajak yang terkena PPN.
20. Information delivery.
Informasi yang dikirim kepada pelanggan, juga termasuk kategori kegiatan yang terkena PPN berdasarkan Pasal 1 ayat 6 dan Pasal 1A ayat 1 dan
Pasal 4 UU PPN. 21.
Access to an interactive website. Akses terhadap website tertentu termasuk informasi, musik, video, game, dan
kegiatan lainnya. 22.
Online shopping portals. Space
yang dimanfaatkan oleh para merchant untuk menempatkan katalognya, merupakan jasa kena pajak terutang PPN.
23. Online auctions.
Hak untuk mendisplay barang yang diterima merchant merupakan jasa kena pajak terutang PPN.
24. Sales referral programs.
Sales referral program yang diterima oleh online provider dari operator
website. 25.
Content acquisition transaction. Operator website membayar content provider atas cerita-cerita baru, informasi,
dan content online lainnya. 26.
Streamed real time web based broadcasting. Pengguna mengakses database copyrighted audio danatau materi visual
lainnya dan broadcaster menerima langganan atau penghasilan iklan. 27.
Carriage fees.
Content provider membayar operator website agar contentnya di display pada
websitenetwork. 28.
Subscription to web site allowing the downloading of digital products. Pelanggan membayar biaya periodik untuk mengakses website yang berisi
“digital copyrighted content” seperti musik.
B. Penentuan saat Terutangnya Pajak atas Transaksi Elektronik di Jejaring