Content provider membayar operator website agar contentnya di display pada
websitenetwork. 28.
Subscription to web site allowing the downloading of digital products. Pelanggan membayar biaya periodik untuk mengakses website yang berisi
“digital copyrighted content” seperti musik.
B. Penentuan saat Terutangnya Pajak atas Transaksi Elektronik di Jejaring
Sosial.
Perlakuan pajak terhadap situs ini adalah sama dengan perdagangan biasa. Penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang danatau jasa merupakan objek
pajak penghasilan. Apabila penghasilan dari penjualan barang danatau jasa merupakan objek pemotonganpemungutan pajak penghasilan, wajib dilakukan
pemungutanpemotongan pajak penghasilan. Begitu juga apabila penyelenggara online retail
merupakan PKP, atas penyerahan barang danatau jasa yang dilakukan kepada pembeli merupakan objek pajak PPN.
166
Utang pajak timbul karena undang-undang, menurut ajaran materil utang pajak timbul jika ada sesuatu yang menyebabkan tatbestand yaitu rangkaian dari
perbuatan-perbuatan, keadaan-keadaan, dan peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak, adalah sebagai berikut:
167
1. Perbuatan-perbuatan, misalnya: pengusaha melakukan impor barang.
2. Keadaan-keadaan, misalnya: memiliki harta bergerak, dan harta tidak bergerak.
3. Peristiwa, misalnya mendapat hadiah.
166
Nufransa Wira Sakti, Loc.Cit.
167
Erly Suandy, Op.Cit., hlm.126.
Ajaran formal mengemukakan utang pajak itu timbul karena adanya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Dengan demikian, meskipun syarat adanya tatbestand
sudah terpenuhi, namun sebelum ada surat ketetapan pajak, maka belum ada utang pajak. Dalam sistem perpajakan Indonesia yang berlaku saat ini, khususnya untuk
pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah dapat dilihat bahwa yang berlaku adalah ajaran materil, karena utang
pajak timbul tanpa harus menunggu adanya ketetapan atau penagihan dari fiskus. Sedangkan untuk pajak bumi dan bangunan masih menganut ajaran formal,
karena utang pajak timbul jika ada penetapan dari fiskus berupa surat pemberitahuan pajak terutang.
168
Penjelasan mengenai ajaran materil ketentuannya adalah bahwa suatu utang pajak timbulnya bukan karena ketetapan oleh fiskus melainkan karena
undang-undang dan juga sudah ditentukan bahwa jika sebelum keluarnya ketetapan wajib pajak meninggal dunia, maka utang pajaknya beralih kepada ahli
waris seperti halnya terhadap pajak pendapatan. Dalam hal ajaran formal, adanya ketentuan bahwa orang yang telah meninggal tersebut terluput dari
pengenaan pajak, dan kewajiban membayar pajak ini dengan sendirinya tidak dapat berpindah kepada ahli warisnya, sebab menurut anggapannya, utang pajak
itu belum pernah timbul, karena belum pernah dikeluarkan ketetapan pajaknya.
169
168
Ibid.
169
R.Santoso Brotodihardjo, Op.Cit., hlm.118-120.
Ajaran materil mengemukakan SKP tidak menimbulkan utang pajak, sebab utang pajak telah timbul karena undang-undang pada saat dipenuhinya
tatbestand , sehingga SKP ini hanya mempunyai fungsi:
170
1. Memberitahukan besarnya pajak yang terutang.
2. Menetapkan besarnya utang pajak konsolidasi sehingga sifatnya hanya
deklaratur declarator. Menurut ajaran formil, SKP itu mempunyai tiga fungsi sekaligus, yakni:
1. Menimbulkan utang pajak.
2. Secara bersamaan juga menetapkan besarnya jumlah utang pajak.
3. Memberitahukan besarnya utang pajak kepada wajib pajak.
Sifat ajaran formil adalah konstitutif constitief, sehingga apa yang pada ajaran materil dalam suatu saat yang berlainan, dalam ajaran formal terjadi pada
saat yang sama. Pasal 12 ayat 1 UU KUP menyatakan bahwa setiap wajib pajak wajib
membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan
pajak. Dalam penjelasan Pasal 12 ayat 1 UU KUP, dikatakan bahwa pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak,
tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut adalah:
1. Pada suatu saat, untuk pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak ketiga.
170
Ibid.
2. Pada akhir masa, untuk pajak penghasilan yang dipotong oleh pemberi kerja,
atau yang dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha, atau oleh PKP atas pemungutan pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas
barang mewah. 3.
Pada akhir tahun pajak, untuk pajak penghasilan. Ketentuan yang mengatur mengenai saat terutangnya pajak pertambahan
nilai diatur dengan Pasal 17 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU PPN yaitu:
1. Penyerahan barang kena pajak;
2. impor barang kena pajak;
3. penyerahan jasa kena pajak;
4. pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean;
5. pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean;
6. ekspor barang kena pajak berwujud;
7. ekspor barang kena pajak tidak berwujud; atau
8. ekspor jasa kena pajak.
Perdagangan elektronik di jejaring sosial yang dibahas adalah jenis online retail
dan classified ads. Terutangnya pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai dalam perdagangan elektronik di jejaring sosial dapat dijelaskan sebagai
berikut: 1.
Pajak penghasilan PPh
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-62PJ2013 mengemukakan bahwa perlakuan perpajakan atas pajak penghasilan bagi
bisnis online retail dapat digambarkan sebagai berikut:
171
a. Objek pajak: penghasilan dari penjualan barang danatau penyediaan jasa.
b. Subjek pajak: penjual orang pribadi atau badan pada situs online retail
yang memperoleh penghasilan dari penjualan barang danatau penyediaan jasa.
c. Tarif: untuk penjual pada situs online retail yang penghasilannya tidak
dikenai pajak yang bersifat final, diterapkan tarif PPh Pasal 17. d.
Pemotongan: apabila pembeli barang atau pengguna jasa adalah wajib pajak orang pribadi atau badan yang ditunjuk sebagai pemotongpemungut
PPh, pembeli barang sebagai pengguna jasa tersebut wajib melakukan pemotonganpemungutan PPh dengan tarif dan tata cara sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Perlakuan perpajakan atas pajak penghasilan bagi bisnis classified ads
dapat digambarkan sebagai berikut: a.
Objek pajak: penghasilan dari jasa penyediaan tempat danatau waktu dalam media lain untuk penyampaian informasi.
b. Subjek: orang pribadi atau badan yang memperoleh penghasilan dari jasa
penyediaan tempat danatau waktu dalam media lain untuk menyampaikan informasi.
171
Nufransa Wira Sakti.,Op.Cit., hlm.121.
c. Tarif: untuk penyelenggara classified ads sebagai penyedia jasa yang
penghasilannya tidak dikenai pajak yang bersifat final, diterapkan tarif PPh Pasal 17.
d. Pemotongan: apabila pengiklan sebagai pengguna jasa adalah wajib pajak
orang pribadi atau badan yang ditunjuk sebagai pemotong PPh, pengguna jasa tersebut wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atau Pasal 26.
2. Pajak pertambahan nilai PPN
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-62PJ2013 mengemukakan bahwa perlakuan pajak pertambahan nilai PPN pada bisnis
online retail adalah sebagai berikut:
172
a. Objek pajak: penjualan barang danatau jasa.
b. Dasar pengenaan pajak: harga jual, penggantian, danatau nilai ekspor,
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual online retail
karena penyerahan barang kena pajak danatau jasa kena pajak.
c. Saat PPN terutang: saat penyerahan untuk transaksi cash on delivery, saat
pembayaran diterima untuk transaksi non-cash on delivery. d.
Pembuatan faktur: dibuat oleh penjual online retail kepada pembeli. Sementara perlakuan pajak pertambahan nilai PPN pada bisnis classified
ads adalah sebagai berikut:
a. Objek pajak: jasa penyediaan tempat danatau waktu dalam media lain
untuk penyampaian informasi.
172
Ibid.
b. Dasar pengenaan pajak: penggantian, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penyelenggara classified ads karena penyerahan jasa kena pajak.
c. Saat PPN terutang: saat penyerahan, saat pembayaran, atau saat
pemanfaatan. d.
Pembuatan faktur: untuk penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean, faktur pajak dibuat oleh penyelenggara classified ads kepada
pengiklan. Pasal 4 ayat 1 UU PPN menyatakan PPN dikenakan atas:
1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha; 2.
impor barang kena pajak; 3.
penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean di dalam daerah pabean; 4.
pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean;
5. pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean;
6. ekspor barang kena pajak berwujud oleh PKP;
7. ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh PKP;
8. ekspor jasa kena pajak oleh PKP.
Pasal 4A ayat 2 UU PPN menjelaskan mengenai jenis barang yang tidak dikenai pajak pertambahan nilai, dan dalam Pasal 4A ayat 3 UU PPN dijelaskan
mengenai jenis jasa yang tidak dikenai pajak pertambahan nilai. Dengan catatan bahwa si penjual sebagai pengusaha yang melakukan transaksi jual beli melalui
internet telah terdaftar sebagai PKP, sehingga dengan terdaftarnya penjual sebagai PKP maka penjual itu dapat memungut pajak, misalnya pajak pertambahan nilai
atas transaksi yang dilakukan atau pembayaran harga jual atau penggantian.
173
C. Kewajiban Pajak Terhadap Pelaku Usaha dalam Perdagangan