5. Secara praktis
Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat pada umumnya tentang kewajiban pajak terhadap perdagangan elektronik. Kewajiban pajak
sudah ada sejak terpenuhinya syarat objektif dan subjektif wajib pajak, sehingga dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
wajib pajak untuk melaporkan pajak.
D. Keaslian Penulisan
Ilmu pengetahuan yang diperoleh dipergunakan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh, maka
dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul “Kewajiban Pajak Terhadap Pelaku Usaha dalam Perdagangan Elektronik di Jejaring Sosial”.
Penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara telah dilakukan untuk mengetahui keaslian
penulisan. Pusat dokumentasi dan informasi hukumperpustakaan universitas cabang fakultas hukum USU melalui surat tertanggal 16 September 2014 yang
menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama” dan tidak terlihat adanya keterkaitan. Surat tersebut dijadikan dasar bagi bapak Ramli Siregar sekretaris
departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk menerima judul yang diajukan, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini
dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat dilingkungan
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal
tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.
E. Tinjauan Kepustakaan
Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan selanjutnya disebut sebagai UU KUP pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya adalah sebagai
berikut :
9
Definisi itu kemudian dipertahankan dan kemudian berbunyi sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa-jasa timbal kontra-
prestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”, dengan penjelasan sebagai berikut: “dapat
dipaksakan” artinya : bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan
juga penyanderaan; terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu, seperti halnya dengan retribusi.”
10
9
R.Santoso Brotodihardjo, Op.Cit., hlm.6.
10
Ibid.
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan ‘surplus’nya digunakan untuk
public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment ”
Ciri-ciri yang melekat pada pajak adalah:
11
1. Pajak peralihan kekayaan dari orangbadan ke pemerintah.
2. Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan. 3.
Dalam pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan adanya kontaprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. 5.
Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
investasi publik. 6.
Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah.
7. Pajak dapat dpungut secara langsung atau tidak langsung.
Definisi pelaku usaha menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UUPK yang terdapat dalam Pasal 1 angka 3
yaitu “setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik maupun berbadan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
11
Erly Suandy, Op.Cit., hlm.11.
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.” Bentuk atau wujud dari pelaku usaha dapat kita jabarkan ke dalam
beberapa macam, yakni:
12
1. Orang perorangan, yakni setiap individu yang melakukan kegiatan usahanya
secara seorang diri. 2.
Badan usaha, yakni kumpulan individu yang secara bersama-sama melakukan kegiatan usaha. Badan usaha selanjutnya dapat dikelompokkan ke dalam
dua kategori, yakni: a.
Badan hukum. Menurut hukum, badan usaha yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori badan hukum adalah yayasan, perseroan terbatas dan
koperasi. b.
Bukan badan hukum. Jenis badan usaha selain ketiga bentuk badan usaha diatas dapat dikategorikan sebagai badan usaha bukan badan hukum,
seperti firma, atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha secara insidentil. Misalnya, pada saat mobil anda mogok karena terjebak
banjir, ada tiga orang pemuda yang menawarkan untuk mendorong mobil anda dengan syarat mereka diberi imbalan Rp.50.000,00. Tiga orang ini
dapat dikategorikan sebagai badan usaha bukan badan hukum. Badan usaha tersebut harus memenuhi salah satu kriteria ini:
13
12
Pelaku Usaha Menurut UU PK, http:www.wibowotunardy.compengertian-pelaku- usaha-menurut-uu-pk diakses pada tanggal 8 Maret 2015.
13
Ibid.
1. Didirikan dan berkedudukan di wilayah hukum negara Republik
Indonesia. 2.
Melakukan kegiatan di wilayah hukum negara Republik Indonesia Pelaku usaha yang dimaksud dalam pembahasan ini lebih difokuskan
kepada pelaku usaha yang melakukan perdagangan elektronik. Transaksi e- commerce
melibatkan beberapa pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, tergantung kompleksitas transaksi yang dilakukan. Apabila dilihat
dari awal mula transaksi hingga berakhirnya transaksi, Budhiyanto mengidentifikasi pihak-pihak tersebut adalah:
14
1. Penjual Merchant
2. KonsumenCard Holder
3. Acquirer
4. Issuer
5. Certification Authorities
Disamping pihak-pihak tersebut diatas, pihak lain yang keterlibatannya secara tidak langsung dalam transaksi e-commerce yaitu jasa pengiriman ekspedisi.
15
Definisi transaksi elektronik menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik selanjutnya
disebut UU ITE adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, danatau media elektronik lainnya. Pada dasarnya,
perdagangantransaksi e-commerce dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu : transaksi Business to Business B to B, dan Business to Consumer B
14
Dikdik M.Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Op.Cit., hlm.152.
15
Ibid.
to C.
16
Namun ada juga yang menyatakan adanya bagian Customer to Customer C to C.
B to B adalah perdagangan elektronik yang dilakukan antara dua buah perusahaan, B to C adalah antara perusahaan kepada perseorangan, sementara C to
C adalah perdagangan elektronik yang dilakukan antara dua orang melalui sarana
internet.
17
F. Metode Penulisan