Perdagangan Elektronik melalui Jejaring Sosial menurut Undang-

3. Kasus Florence Sihombing yang membuat status Path yang berisi hinaan terhadap warga Yogyakarta dan dikenakan Pasal 27 ayat 3 UU ITE dan Pasal 310 dan 311 KUH Pidana. 4. Kasus Muhammad Arsyad yang dianggap menghina Jokowi dan Megawati karena mengedit wajah mereka dan menyambungkannya ke sejumlah foto bugil dan menyebarkannya melalui facebook. Arsyad dikenakan Pasal berlapis Pasal 29 Juncto Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, Pasal 310 dan 311 KUH Pidana, Pasal 156 dan 157 KUH Pidana dan Pasal 27, 45, 32, 35, 36, 51 UU ITE .

C. Perdagangan Elektronik melalui Jejaring Sosial menurut Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Kata “perjanjian” atau “kontrak” sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika mendengar kata “perjanjian” maka yang pertama terlintas dalam pikiran adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan danatau ada suatu hak yang akan diperoleh. Hukum Indonesia mengatur perjanjian secara umum di dalam KUH Perdata pada Buku III Bab ke dua tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian. 142 Unsur penting dalam perdagangan elektronik adalah perbuatan jual-beli. Jual beli adalah perjanjian, yang berarti perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1313 KUH Perdata adalah “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Subekti 142 Edmon Makarim, Op.Cit., hlm.215. mengartikan perjanjian adalah “suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”. 143 Perjanjian jual beli agar mempunyai kekuatan mengikat terhadap kedua belah pihak, maka harus dibuat memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian. Syarat sahnya perjanjian yang dimaksud tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata, di dalam pasal tersebut terdapat empat syarat yang harus dipenuhi untuh sahnya suatu kontrak, yaitu: 144 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya de toestemming van degenen die zich verbinden. 2. Kecakapan untuk membuat perikatan de bekwaamheid om eene verbintenis aan te gaan. Dalam transaksi e-commerce sangat sulit menentukan seseorang yang melakukan transaksi telah dewasa atau tidak berada di bawah pengampuan 3. Suatu hal tertentu een bepaald onderwerp. 4. Suatu sebab yang halal atau diperbolehkan eene geoorloofde oorzaak. Berikut akan dikaji mengenai syarat sahnya suatu perjanjian dengan transaksi e-commerce: 145 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Pada perjanjian jual beli secara langsung, kesepakatan dapat dengan mudah diketahui. Sebab, kesepakatan dapat langsung diberikan secara lisan maupun 143 M. Yusron, “Tinjauan Tentang Dasar Hukum Transaksi Elektronik di Indonesia,” Jurnal Hukum, Vol. XIX, No.19, Oktober 2010, hlm. 65. 144 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 157. 145 Edmon Makarim, Op.Cit., hlm.234-237. tulisan. Tetapi dalam transaksi melalui e-commerce, kesepakatan dalam perjanjian tersebut tidak diberikan secara langsung melainkan melalui media elektronik dalam hal ini adalah internet. Dalam proses terjadinya penawaran oleh penjual dan penerimaan oleh pembeli bisa menimbulkan keragu-raguan kapan terciptanya suatu kesepakatan. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan Transaksi e-commerce sangat sulit menentukan seseorang yang melakukan transaksi telah dewasa atau tidak berada di bawah pengampuan, karena proses penawaran dan penerimaan tidak secara langsung dilakukan tetapi hanya melalui media virtual yang rawan penipuan. Jika ternyata yang melakukan transaksi adalah orang yang tidak cakap maka pihak yang dirugikan dapat menuntut agar perjanjian dibatalkan. 3. Suatu hal tertentu Pengecualian adanya barang tertentu yang tidak boleh diperjualbelikan dalam transaksi e-commerce, seperti misalnya memperjualbelikan hewan. Kemudian ada kendala juga dalam melakukan jual beli melalui e-commerce. Ada barang- barang yang tidak dapat dijual melalui kesepakatan online, seperti jual beli tanah yang mensyaratkan jual beli tanah harus dituangkan dalam akta yaitu akta Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT. 4. Suatu sebab yang halal Sebab yang halal adalah isi dari perjanjian dan bukan sebab para pihak mengadakan perjanjian. Isi perjanjian tersebut haruslah sesuai dengan undang- undang dan tidak berlawanan dengan kesusilaan baik dan ketertiban umum. Kesepakan dalam melakukan transaksi e-commerce selayaknya membuat perjanjian jual beli tentunya mencakup asas-asas perjanjian, sebagaimana dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”, yang mengandung makna bahwa Buku III KUH Perdata menganut asas kebebasan berkontrak, maksudnya bahwa: “setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa saja, walaupun belum atau tidak diatur dalam undang-undang. Walaupun berlaku asas ini, kebabasan berkontrak tersebut dibatasi oleh tiga hal, yaitu tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum”. 146 Perjanjian jika dibuat memenuhi syarat sahnya perjanjian, maka perjanjian tersebut mengikat kedua belah pihak sejak tercapainya kata sepakat mengenai hal- hal yang pokok, demikian halnya dengan perjanjian jual beli sesuai dengan ketentuan Pasal 1458 KUH Perdata. Hal tersebut di atas berarti bahwa para pihak dalam membuat perjanjian harus didasarkan atas kemauan yang bebas sebagai perwujudan dari asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup sebagai berikut: 147 1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian. 2. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian. 3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan dibuatnya. 4. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian. 146 M.Yusron, Op.Cit., hlm.65-66. 147 Ibid. 5. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian. 6. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang bersifat opsional. Uraian yang dijelaskan sebagaimana tersebut bahwa dalam transaksi elektronik khususnya hukum privat dasar yang digunakan adalah aturan-aturan dalam KUH Perdata terutama Buku III tentang Perikatan. Pada perikatan ini menganut asas kebebasan berkontrak, maksudnya para pihak diberi kebebasan dalam membuat perjanjian atau transaksi asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum maupun kesusilaan. 148 Pelaku usaha dalam perdagangan elektronik di jejaring sosial bukan hanya berupa pihak produsen yang menawarkan produk dan pihak konsumen yang membeli produk, tetapi pihak penyelenggara sistem elektronik yang menyediakan sarana media elektronik yang mempertemukan pihak produsen dengan pihak Para pihak yang melakukan perjanjian jual beli dalam hal ini merupakan pelaku usaha dalam perdagangan elektronik dengan konsumen pada masyarakat. Pelaku usaha menurut Pasal 1 ayat 3 UUPK adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Pengertian pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain. 148 Ibid. konsumen, terutama media elektronik tersebut adalah merupakan jejaring sosial. Meskipun belum ada pengaturan lebih rinci mengenai jejaring sosial dalam UU ITE, namun jejaring sosial dapat dikategorikan sebagai suatu sistem elektronik. Berdasarkan Pasal 1 angka 5 UU ITE, sistem elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan danatau menyebarkan informasi elektronik. Penyelenggara sistem elektronik berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik selanjutnya disebut PP Nomor 82 Tahun 2012 adalah setiap orang, penyelenggara negara, badan usaha, dan masyarakat yang menyediakan, mengelola, danatau mengoperasikan sistem elektronik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada pengguna sistem elektronik untuk keperluan dirinya danatau keperluan pihak lain. Sedangkan pengertian pengguna sistem elektronik adalah setiap orang, penyelenggara negara, badan usaha, dan masyarakat yang memanfaatkan barang, jasa, fasilitas, atau informasi yang disediakan oleh penyelenggara sistem elektronik. Pengertian sistem informasi menurut UNCITRAL Model Law Electronic Commerce, “Information system” means a system for generating, sending, receiving, storing or otherwise processing data messages . Dalam terjemahannya adalah sistem informasi merupakan sebuah sistem untuk menyalurkan, mengirim, menerima, menyimpan, atau memproses pesan data. 149 149 UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce 1996. Penjelasannya yaitu definisi sistem informasi dimaksudkan untuk mencakup ruang lingkup kegiatan seperti mentransfer, menerima, dan menyimpan informasi. Namun tergantung kepada kondisi dimana ruang lingkup sistem informasi bisa menjadi sebuah jaringan komunikasi, ataupun surat elektronik. 150 Jejaring sosial termasuk dalam ranah media sosial menurut wikipedia, media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. 151 Media sosial mengambil berbagai bentuk termasuk majalah, forum, internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark sosial. Dengan menerapkan satu set teori-teori dalam bidang media penelitian kehadiran sosial, media kekayaan dan proses sosial self-presentation, self-disclosure Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka diterbitkan pada tahun 2010. Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial, yaitu proyek kolaborasi, blog dan microblog, konten, situs jejaring sosial, virtual game world, virtual social world. Dalam pengertian ini, situs jejaring sosial merupakan aplikasi yang mengizinkan user untuk dapat terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. 152 150 Ibid. 151 Media Sosial, http:id.wikipedia.orgwikiMedia_sosial diakses pada tanggal 4 April 2015. 152 Ibid. Berbagai penjelasan tersebut diatas menyatakan bahwa situs jejaring sosial merupakan tempat untuk bersosialisasi dengan teman atau kerabat untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Berbagai contoh jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, MySpace, Plurk, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberikan kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. 153 Sistem jejaring sosial seperti layaknya melakukan hubungan sosial dengan para pembeli, penjual bisa membuat suatu akun dalam jejaring sosial untuk menjajakan barang dagangannya, dengan mengunggah foto produknya. Pembeli bisa melihat foto dari akun jejaring sosial penjual dan bisa melakukan transaksi e- commerce dengan cara melakukan pemesanan atau penawaran. Setelah yakin Berkembangnya teknologi internet dan mobile phone, maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Perkembangan ini tentu saja bukan hanya untuk kemajuan teknologi untuk bersosialisasi, namun tentunya juga dalam ranah perdagangan, dimana perdagangan juga dapat dilakukan dari akses media sosial, terutama dalam hal jejaring sosial. Keistimewaan jejaring sosial juga tidak menutup kemungkinan bagi individu ataupun badan usaha untuk melakukan transaksi e-commerce. 153 Ibid. dengan pemesanannya, maka pembeli melakukan pembayaran kepada penjual dan demikian telah terciptalah transaksi e-commerce. 154 154 Edmon Makarim, Op.Cit., hlm.230. Pasal 19 UU ITE juga menjelaskan bahwa para pihak yang melakukan transaksi elektronik harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati, dalam hal ini dapat diketahui bahwa dalam melakukan perdagangan elektronik, baik penjual maupun pembeli boleh menentukan untuk memakai sistem elektronik apapun, contohnya adalah jejaring sosial. BAB IV KEWAJIBAN PAJAK TERHADAP PELAKU USAHA DALAM PERDAGANGAN ELEKTRONIK DI JEJARING SOSIAL

A. Ketentuan Perpajakan dalam Perdagangan Elektronik di Jejaring Sosial.

Dokumen yang terkait

Analisis Mengenai Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Memberikan Informasi Produk Melalui Transaksi E-Commerce (Studi Pada AUTO 2000-Medan)

1 79 106

Tinjauan Yuridis Pemberian Kuasa Direktur Terhadap Pemenuhan Hak Dan Kewajiban Perusahaan Dalam Pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan

1 50 128

ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYEBARAN PORNOGRAFI MELALUI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK

0 12 17

ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYEBARAN PORNOGRAFI MELALUI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK

0 10 17

Protokol Izin Usaha Perdagangan Secara Elektronik Di Indonesia.

0 5 64

REGISTER PERDAGANGAN DI JEJARING SOSIAL BUKALAPAK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Register Perdagangan di Jejaring Sosial Bukalapak: Kajian Sosiolinguistik.

0 2 17

REGISTER PERDAGANGAN DI JEJARING SOSIAL BUKALAPAK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Register Perdagangan di Jejaring Sosial Bukalapak: Kajian Sosiolinguistik.

0 4 13

Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Badan Usaha Dalam Pelaksanaan Kewajiban Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan Dalam Sistem Hukum Indonesia.

0 0 31

BAB II SISTEM PERPAJAKAN DALAM DUNIA USAHA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Definisi Pajak - Analisis Yuridis Mengenai Kewajiban Pajak Terhadap Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Elektronik Di Jejaring Sosial

1 21 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. - Analisis Yuridis Mengenai Kewajiban Pajak Terhadap Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Elektronik Di Jejaring Sosial

0 0 17