dan di air, tenaga kerja, perhotelan, dan jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.
71
D. Pengawasan dalam Pemungutan Pajak
Persoalan penerimaan pajak yang menjadi titik sentral sumber penerimaan dalam APBN memunculkan suatu gagasan untuk membentuk suatu komisi
pengawas perpajakan untuk mengawasi penerimaan pajak menjadi ide cukup menarik. Begitu pentingnya peranan APBN menjadikan semua pihak
berkepentingan melakukan pengawasan karena semua pihak juga mempunyai kewajiban yang sama untuk membayar pajak.
72
Menteri Keuangan mengemukakan bahwa aparat pajak diawasi oleh atasannya secara berjenjang, adapun pengawasan secara internal oleh inspektorat
jenderal. Selain itu juga ada pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP, Badan Pemeriksa Keuangan BPK, dan
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Pengawasan yang ketat diharapkan untuk tidak mengakibatkan penerimaan menjadi terhambat.
73
Kesimpulan terhadap pernyataan di atas ada beberapa hal, pertama, pengawasan terhadap pajak adalah penting dilakukan dalam rangka meningkatkan
kinerjanya. Kedua, semua orang punya kewajiban membayar pajak. Oleh karena itu, juga mempunyai hak turut mengawasi apakah pajak yang telah disetorkannya
benar-benar masuk dalam kas APBN ataupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Ketiga, terlalu banyaknya lembaga pengawasan terhadap pajak
71
Ibid., hlm.58-59.
72
Richard Burton, Kajian Aktual Perpajakan Jakarta: Salemba Empat, 2009, hlm.232.
73
Wawancara yang dilakukan oleh Bisnis Indonesia pada tanggal 13 Februari 2006. Ibid.
bisa menjadi kontraproduktif terhadap kinerja pelaksanaan undang-undang pajak itu sendiri.
74
Kecenderungan masyarakat memandang pajak dari sisi negatif wajar saja karena memang dalam sejarahnya tidak pernah ada orang yang mau membayar
pajak. Bahkan kalaupun mau bayar pajak, sebaiknya kecil saja. Selain hasilnya tidak bisa dirasakan langsung, juga pelayanan yang diberikan pemerintah tidak
pernah dirasakan baik dan menyenangkan.
75
Pandangan masyarakat seperti demikian tentu bisa menimbulkan pola berpikir lain agar terhadap aparatur pajak dilakukan pengawasan melalui suatu
komisi khusus. Gagasan ini wajar, namun perlu dikaji lebih lanjut efektivitasnya, terlebih dengan sudah adanya lembaga pengawas yang cukup banyak.
76
Masyarakat menginginkan adanya suatu lembaga pengawasan lain berupa Komisi Pengawas Perpajakan selanjutnya disebut Komwas perpajakan, adalah
hal wajar. Kecenderungan yang terjadi pada berbagai institusi lain juga dibentuk suatu komisi, contohnya komisi kejaksaan, komisi kepolisian, komisi yudisial,
komisi pemilihan umum, dan lainnya. Bahkan komisi juga dibentuk untuk pekerjaan yang lebih luas sifatnya seperti Komisi Pemberantasan Korupsi KPK,
Komisi Ombudsman Nasional KON, Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU, Komisi Hukum Nasional KHN, dan Komisi Nasional Hak Asasi
Nasional Komnas HAM. Tujuan pembentukan komisi-komisi tersebut
74
Ibid.
75
Ibid.
76
Ibid., hlm.233.
menunjukkan bahwa tidak berjalannya dengan baik sistem pengawasan yang ada baik secara internal maupun eksternal terhadap suatu organisasi pemerintah.
77
Ketidakpuasan masyarakat untuk mengawasi pajak, saat ini telah tertampung dalam Pasal 36C UU KUP yang menyebutkan bahwa menteri
keuangan membentuk Komwas perpajakan, yang ketentuannya diatur dengan peraturan menteri keuangan.
78
Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 36C UU KUP tersebut, menteri keuangan telah menetapkan peraturan menteri
keuangan tentang Komite Pengawas Perpajakan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54PMK.092008 Tentang Komite Pengawas Perpajakan
selanjutnya disebut PMK No.54PMK.092008, yang di dalamnya mencakup mengenai tugas, keanggotaan, dan kewenangan Komwas perpajakan.
79
Implementasi terhadap amanat UU KUP, secara eksplisit Komwas perpajakan juga dibentuk untuk mewujudkan kultur baru, nilai baru, dan tata
kelola yang baik di lingkungan perpajakan, sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja dan profesionalisme aparat perpajakan dalam melaksanakan
tugasnya, yang pada akhirnya dapat mewujudkan tujuan reformasi bidang perpajakan.
80
77
Ibid.
78
Ibid.
79
Komisi Pengawas Perpajakan, http:komwasperpajakan.depkeu.go.idindex.php?r =publikasiaboutviewid=1 diakses pada tanggal 13 Maret 2015.
80
Ibid.
Berdasarkan Pasal 1 PMK No.54PMK.092008, Komwas perpajakan adalah komite non struktural yang bertugas membantu menteri
keuangan dan bersifat mandiri dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas instansi perpajakan. Komwas perpajakan dibentuk untuk
menampung pengaduan dari masyarakat pada umumnya dan wajib pajak
khususnya yang merasa diperlakukan tidak adil dalam pengenaan pajaknya, baik terdapat unsur kerugian negara atau tidak, dan membantu menteri keuangan dalam
mengawasi instansi perpajakan dalam melakukan pemungutan pajak sesuai undang-undang.
81
Komwas perpajakan bersifat mandiri artinya dalam melaksanakan tugas dilakukan secara professional, tidak terpengaruh pihak-pihak lain dan bertindak
imparsial tidak memihak sekalipun mendapatkan penugasan dari menteri keuangan. Komwas perpajakan tetap bersifat independen dalam hal melaksanakan
tugas walaupun tetap bertanggung jawab kepada menteri keuangan, namun menteri keuangan tidak dapat mengintervensi Komwas perpajakan dalam
melaksanakan tugas menganalisa dan membuat kajian atas temuan yang ada. Sesuai penugasannya, komite melakukan kajian dan menyampaikan
saranmasukan kepada menteri keuangan. Keberadaan Komwas perpajakan dibawah menteri keuangan, tidak dapat menjadi ukuran ketidak-indipendenan
Komwas perpajakan. Sebagai contoh, pengadilan dan hakim sebelum revisi ke-3 UUD 1945 tahun 2001 berada dibawah menteridepartemen, tetapi hakimnya tetap
independen dalam memutus perkara.
82
Komwas perpajakan bertugas untuk melakukan pengawasan dan melakukan kajian serta memberikan masukan danatau saran yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas instansi perpajakan agar melakukan pemungutan pajak
81
Komisi Pengawas Perpajakan, http:komwasperpajakan.depkeu.go.idindex.php?r =publikasifaq diakses pada tanggal 13 Maret 2015.
82
Ibid.
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melakukan pengawasan, Komwas perpajakan bertugas:
83
1. Menerima pengaduan dari masyarakat yang merasa diperlakukan tidak adil
dalam pemungutan pajak. 2.
Menerima dan mendapatkan informasi baik dari pihak ketiga maupun mass media.
3. Melakukan pengamatan terkait kendala dan dampak pelaksanaan peraturan
perpajakan oleh instansi perpajakan. 4.
Melakukan kajian-kajian atas tugas pada butir 1, 2, dan 3, untuk diberikan saran atau masukan kepada menteri keuangan sepanjang terkait untuk
meningkatkan pelaksanaan peraturan perpajakan oleh instansi perpajakan. Adapun kewenangan Komwas Perpajakan dalam melaksanakan tugas
pengawasan adalah: 1.
Menampung masukan danatau pengaduan masyarakat atau pihak lain tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas instansi perpajakan serta
menetapkan prioritas yang memerlukan proses lebih lanjut. 2.
Meminta informasi secara tertulis kepada pihak-pihak terkait selain instansi perpajakan dalam rangka klarifikasi mengenai masukan danatau pengaduan
masyarakat atau pihak lain sebagaimana dimaksud pada angka 1. 3.
Meminta keterangan kepada petugas instansi perpajakan sehubungan dengan masukan danatau pengaduan masyarakat atau pihak lain dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
83
Ibid.
4. Memberi rekomendasi danatau saran kepada menteri keuangan untuk
perbaikan pelaksanaan tugas instansi perpajakan. Pengawas struktural seperti Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber
Daya Aparatur KITSDA dan Inspektorat Jenderal Itjen menerima dan mempertanggungjawabkan tugas kepada atasan struktural langsung, dan
pejabatpetugasnya berasal dari intern struktural tersebut. Komwas perpajakan seperti halnya dewan pengawaskomisaris pada perusahaan, dimana Komwas
perpajakan mewakili pemegang saham menteri keuangan dalam melakukan pengawasan terhadap direksi dirjen pajak dalam mengelola dan mengendalikan
perusahaan instansi perpajakan. Dalam pelaksanaannya, dewan pengawas komisaris dengan direksi harus bersinergi dengan pelaksanaan pengelolaan
perusahaan. Begitu pula dengan Komwas perpajakan harus bersinergi dengan instansi perpajakan dalam mengawasi pelaksanaan peraturan perpajakan sehingga
dapat menimbulkan rasa keadilan bagi wajib pajak.
84
Komwas perpajakan sendiri memiliki rencana jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, yaitu:
85
1. Rencana jangka pendek: menanganimenyelesaikan pengaduan-pengaduan
yang disampaikan oleh wajib pajak yang merasa diperlakukan tidak adil, sehingga sengketa pajak dapat berkurang.
2. Rencana jangka menengah: melakukan pengamatan dan kajian untuk usul
penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai prosedur atau yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya agar
84
Ibid.
85
Ibid.
penyimpangan peraturan-peraturan tersebut dapat di eliminir sehingga lebih memberikan keadilan kepada wajib pajak sebagai pemikul beban pajak.
3. Rencana jangka panjang: berdasarkan masukan dan pengamatan tersebut,
diberikan saran danatau masukan agar sistem hukum pajak yang terdiri dari legal substance peraturan perpajakan, legal structure institusi
perpajakan dan legal culture sikap hukum wajib pajakkepatuhan wajib pajak berjalan dan terpenuhi dengan baik.
E. Hambatan dalam Pemungutan Pajak