Adriani mengemukakan bahwa teori ini berlaku sepanjang masa, baik dalam masa ekonomi bebas maupun dalam masa ekonomi terpimpin,
bahkan pula dalam masyarakat yang sosialistis, walaupun tidak terluput dari adanya variasi dalam coraknya.
51
Perlu dicatat bahwa dalam zaman modern ini, banyaklah terdapat aliran yang tidak menyetujui adanya teori-
teori untuk memberi dasar keadilan kepada hak negara untuk memungut pajak. Mereka menyandarkannya atas dasar pertimbangan praktis, seperti
kita lihat pada teori asas gaya beli dan yang seharusnya tidak menyimipang dari asas keadilan pula. Hanya bilamana sangat diperlukan,
barulah mereka itu menunjuk kepada sejarah atau mencarikan dasar keadilan untuk pemungutan suatu pajak tertentu.
52
C. Jenis Pajak di Indonesia
Pembagian pajak yang berlaku di Indonesia dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang pemungut, maupun sifatnya.
53
Pembagian pajak berdasarkan golongan terbagi 2 yaitu:
54
1. Pajak langsung
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak
lain. Contohnya: pajak penghasilan, yaitu pajak yang dikenakan terhadap
51
R. Santoso Brotodihardjo, Op.Cit., hlm.36.
52
Ibid.
53
Erly Suandy, Op.Cit., hlm.37-40.
54
Ibid.
penghasilan, dapat dikenakan secara berkala dan berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu baik masa pajak maupun tahun pajak.
2. Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain. Contohnya: pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewah. Dalam pajak ini, beban pajak digeserkan dari produsenpenjual ke pembelikonsumen, karena pergeseran ini searah dengan
arus barang yaitu dari produse ke konsumen maka pergeserannya disebut pergeseran ke depan forward shifting. Di samping itu ada juga yang disebut
dengan pergeseran ke belakang backward shifting yaitu pergeseran pajak yang berlawanan dengan arus barang.
Pembagian pajak berdasarkan wewenang pemungut pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
55
1. Pajak pusatpajak negara
Pajak pusatpajak negara adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan
oleh departemen keuangan melalui Dirjen pajak. Pajak pusat diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara selanjutnya disebut APBN. Pajak pusat yang berlaku saat ini adalah:
a. Pajak penghasilan.
b. Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.
55
Ibid.
c. Pajak bumi dan bangunan.
d. Bea materai.
e. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
2. Pajak daerah
Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh dinas pendapatan
daerah. Jenis pajak daerah yang berlaku adalah sebagai berikut:
a. Pajak daerah tingkat I
1 Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
2 Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
3 Pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
4 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan. b.
Pajak daerah tingkat II 1
Pajak hotel. 2
Pajak restoran. 3
Pajak hiburan. 4
Pajak reklame. 5
Pajak penerangan jalan. 6
Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C. 7
Pajak parkir.
Pembagian pajak berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
56
1. Pajak subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisikeadaan wajib pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang
berhubungan erat dengan keadaan materialnya, yaitu gaya pikul. 2.
Pajak objektif Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memerhatikan objek yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik orang pribadi maupun badan. Jadi dengan kata lain, pajak
objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi objeknya saja.
Pemaparan mengenai pengaturan atas Pajak Penghasilan selanjutnya disebut PPh dan Pajak Pertambahan Nilai selanjutnya disebut PPN, karena
kedua jenis pajak ini yang menjadi fokus dalam topik ini, yaitu jenis pajak yang berlaku di dalam dunia usaha, meskipun masih banyak pajak yang berlaku di
dalam dunia usaha, namun kedua jenis pajak ini lebih difokuskan karena kedua pajak ini yang biasanya dikenakan terhadap badan usaha. Adapun uraian
mengenai hal tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1.
Pajak penghasilan PPh PPh merupakan singkatan dari “pajak penghasilan” adalah salah satu
jenis pajak langsung yang ada di Indonesia dan dikelola oleh Dirjen pajak dan
56
Ibid.
departemen keuangan.
57
PPh termasuk dalam kategori sebagai pajak subjektif, artinya pajak dikenakan karena ada subjeknya yakni telah memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subjek pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan
PPh.
58
Pengertian penghasilan dalam UU PPh tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan
ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan wajib pajak
tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan.
59
Dilihat dari penggunaannya, penghasilan dapat dipakai untuk konsumsi dan dapat pula ditabung untuk menambah kekayaan wajib pajak.
60
UU PPh menganut pengertian penghasilan yang luas sehingga semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak
digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian, apabila dalam satu tahun pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian,
maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan lainnya kompensasi horisontal, kecuali kerugian yang diderita di luar negeri.
61
57
Liberti Pandiangan, Pedoman Praktis Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26
Jakarta: Salemba Empat, 2009, hlm.1.
58
Erly Suandy, Op.Cit., hlm.45.
59
Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia : Konsep, Aplikasi, dan Kasus Pembahasan Berdasarkan Undang-Undang Terbaru
Bogor: Esiamedia, 2009, hlm.125.
60
Ibid.
61
Ibid., hlm.125-126.
Suatu jenis penghasilan apabila dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari objek pajak, maka penghasilan tersebut
tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenakan tarif umum.
62
Subjek pajak dalam pajak penghasilan adalah:
63
a. Orang pribadi
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia. Orang
pribadi tidak melihat batasan umur dan juga jenjang sosial ekonomi, dengan kata lain berlaku sama untuk semua nondiscrimination.
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak Dalam hal ini, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan tersebut dimaksudkan
agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan, demikian juga dengan tindakan
penagihan selanjutnya. c.
Badan Badan adalah sekumpulan orang danatau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
62
Ibid., hlm.126.
63
Erly Suandy, Op.Cit., hlm.45-47.
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pension, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
64
d. Bentuk usaha tetap
Dari uraian di atas, terlihat bahwa yang dimaksud dengan badan sebagai subjek pajak tidaklah semata-mata yang bergerak dalam
bidang usaha komersial, namun juga yang bergerak di bidang sosial, kemasyarakatan, dan sebagainya, sepanjang pendiriannya dikukuhkan
dengan akta pendirian oleh yang berwenang, sehingga tidak ada alasan bagi badan khususnya organisasi selain yang bergerak di
bidang usaha untuk menyatakan bahwa mereka tidak termasuk sebagai subjek pajak.
Bentuk usaha tetap BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, atau juga badan yang
tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat
berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor
64
Thomas Sumarsan, Op.Cit., hlm.127.
perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang digunakan
untuk eksplorasi pertambangan, perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan, proyek konstruksi, instalasi, atau proyek
perakitan, pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 enam puluh hari
dalam jangka waktu 12 dua belas bulan, orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas, agen atau
pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi atau
menanggung resiko di Indonesia. Objek pajak dari pajak penghasilan ditegaskan kembali berdasarkan
Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 UU PPh bahwa objek pajak penghasilan adalah penghasilan. Dari mekanisme aliran pertambahan kemampuan ekonomis,
penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dapat dikategorikan atas empat sumber yakni:
65
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan berdasarkan
hubungan kerja dan pekerjaan bebas; b.
penghasilan dari usaha dan kegiatan; c.
penghasilan dari modal; d.
penghasilan lain-lain, seperti hadiah, pembebasan utang, dan sebagainya.
65
Erly Suandy, Op.Cit., hlm.55.
Sesuai dengan pengertian tentang penghasilan yang luas, yang dianut oleh UU PPh, penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
66
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga
obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadian undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura; d.
penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah danatau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan bangunan; dan e.
penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.
2. Pajak pertambahan nilai PPN
PPN adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor barang kena pajak atau jasa kena pajak yang dilakukan oleh Pengusaha
Kena Pajak selanjutnya disebut PKP, dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan.
67
66
Thomas Sumarsan, Op.Cit., hlm.152.
67
Erly Suandy, Op.Cit., hlm.57.
Subjek PPN adalah PKP. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun
yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan
barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena
pajak danatau jasa kena pajak.
68
Objek PPN diatur dalam Pasal 4, Pasal 16C, dan Pasal 16D UU PPN, sebagai berikut:
69
a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang
dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh PKP; b.
impor barang kena pajak; c.
penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh PKP;
d. pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean; e.
pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean;
f. ekspor barang kena pajak oleh PKP;
g. kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak di dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak
lain;dan
68
Ibid.
69
Ibid., hlm.57-58.
h. penyerahan aset oleh PKP yang menurut tujuan semula aset tersebut
tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang pajak pertambahan nilai yang dibayar pada saat perolehannya menurut ketentuan dapat
dikreditkan. Adapun kelompok barang yang tidak dikenakan PPN adalah:
70
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil
langsung dari sumbernya, seperti minyak tanah crude oil, gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batu bara sebelum diproses menjadi
briket batu bara, dan bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit.
b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak, seperti beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, dan garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya. d.
Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga. Kelompok jasa yang tidak dikenakan PPN adalah jasa di bidang
pelayanan kesehatan medik, pelayanan sosial, pengiriman surat dengan perangko, perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi,
keagamaan, pendidikan, kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan, penyiaran yang bukan bersifat iklan, angkutan umum di darat
70
Ibid., hlm.58.
dan di air, tenaga kerja, perhotelan, dan jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.
71
D. Pengawasan dalam Pemungutan Pajak