Penanganan Terhadap Pelaku Usaha yang Menghindari Pajak dalam

D. Penanganan Terhadap Pelaku Usaha yang Menghindari Pajak dalam

Perdagangan Elektronik di Jejaring Sosial. Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak dalam peran sertanya menanggung pembiayaan negara, maka dituntut kesadaran warga negara untuk memenuhi kewajiban kenegaraan. Terlepas dari kesadaran sebagai warga negara, pada sebagian besar masyarakat tidak memenuhi kewajiban membayar pajak. Dalam hal demikian timbul perlawanan terhadap pajak. 183 Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi perlawanan pasif dan perlawanan aktif. 184 1. Perlawanan pasif Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi suatu negara, dengan perkembangan intelektual dan moral penduduk, dan dengan teknik pemungutan pajak itu sendiri. Perlawanan pasif juga dapat ditemukan apabila sistem kontrol tidak dilakukan dengan efektif atau bahkan tidak dapat diadakan. 185 Suatu kenyataan dan pengalaman di beberapa negara bahwa perlawanan pasif tidak begitu kuat terhadap pajak tak langsung daripada terhadap pajak langsung. Itulah pula sebabnya mengapa pada umumnya kebanyakan negara cenderung untuk mengadakan pajak tidak langsung. 186 183 Thomas Sumarsan, Op.Cit., hlm.9. 184 Ibid. 185 R. Santoso Brotodihardjo, Op.Cit., hlm.13. 186 Ibid. Sebaliknya, suatu kecerdasan, suatu pengertian yang jelas mengenai tugas kewajiban terhadap negara dan keharusan membayar pajak, pula perasaan mendalam mengenai solidaritas nasional pada penduduk, akan mengurangi perlawanan pasif. Aliran- aliran di tengah masyarakat juga turut berbicara; apabila pendapat umum tidak begitu menyetujui suatu pajak tertentu, pasti tidak akan mudahlah pelaksanaan pemungutan pajak itu. 187 e. Perlawanan aktif Perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Ada tiga cara perlawanan aktif terhadap pajak, yaitu: penghindaran pajak tax avoidance , pengelakan pajak tax evasion, dan melalaikan pajak. 188 a. Penghindaran pajak tax avoidance Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar. Dalam penghindaran pajak ini, wajib pajak tidak secara jelas melanggar undang- undang sekalipun kadang-kadang dengan jelas menafsirkan undang- undang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pembuat undang- undang. 189 Cara penghindaran diri dari pajak semacam ini kadang-kadang dinamakan juga “penghematan pajak dalam arti sempit”. Alasannya adalah karena seluruh usaha yang termasuk ke dalam perlawanan aktif, pada hakikatnya tergolong dalam penghematan pajak dalam arti luas. Dengan Pembayaran pajak dengan mudah dapat dihindari dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk dikenakan pajak, yaitu dengan meniadakan atau tidak melakukan hal-hal yang dapat dikenakan pajak. 187 Ibid. 188 Thomas Sumarsan, Loc.Cit. 189 Ibid., hlm.10. demikian, pada penghindaran diri, wajib pajak tidak melanggar peraturan undang-undang secara tegas, sekalipun kadang-kadang tidak jelas berbuat bertentangan dengan maksud pembuat undang-undang. Karenanya penghindaran diri dari pajak secara yuridis juga dinamakan pengelakkan pajak secara legal. 190 b. Pengelakkan pajak tax evasion Pengelakkan pajak merupakan pelanggaran terhadap undang- undang dengan maksud melepaskan diri dari pajakmengurangi dasar penetapan pajak dengan cara menyembunyikan sebagian dari penghasilannya. 191 Dalam hal ini wajib pajak akan menggunakan cara lain, cara tersebut disebut pengelakkan pajak, misalnya dengan cara penyelundupan. Cara-cara ini biasanya dilakukan dalam bentuk simulasi perbuatan berpura-pura, mengajukan suatu pernyataan yang tidak benar atau memberikan data-data yang tidak benar keterangan palsu dalam dokumen. Para wajib pajak dapat mengabaikan sama sekali formalitas- formalitas yang harus dilakukannya, atau memalsukan dokumen, atau mengisinya kurang lengkap, dalam kedua hal tersebut pajak dihindari secara tidak legal. Tidak semua cara penghindaran pajak bisa dilakukan, karena tentunya tidak dapat menghindari semua unsur atau fakta yang dapat dikenakan pajak. 192 c. Melalaikan pajak 190 R. Santoso Brotodiharjo, Op.Cit., hlm.14-16. 191 Thomas Sumarsan, Loc.Cit. 192 R. Santoso Brotodihardjo, Op.Cit., hlm.17-18. Melalaikan pajak adalah tidak melakukan kewajiban perpajakan yang seharusnya dilakukan. Contoh: menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas-formalitas yang harus dipenuhi oleh wajib pajak. Pengusaha yang telah memotong pajak karyawannya tetapi pajak tersebut tidak disetorkan dan dilaporkan ke kantor pajak. 193 Dari perspektif pelaku usaha transaksi e-commerce, sama dengan perspektif pelaku usaha pada umumnya, yaitu pelaku usaha perdagangan konvensional. Menurut hasil penelitian Kharisma, pada dasarnya di tempat manapun di dunia ini, orang tidak akan suka membayar pajak. Hal tersebut sudah merupakan kodrat manusia. Baik wajib pajak orang pribadi maupun badan, keduanya memiliki karakteristik yang mirip, karena pada dasarnya mereka adalah sama-sama wajib pajak. 194 Perbedaan daerah membuat perilaku wajib pajak berbeda pula. Kebudayaan dan karakteristik suatu daerah mempengaruhi perilaku masyarakatnya. Hal ini juga bisa membantu pegawai pajak dan konsultan pajak dalam memahami karakteristik seorang wajib pajak sehingga bisa memperlakukan wajib pajak dengan tepat. 195 193 Thomas Sumarsan, Op.Cit., hlm.12. 194 Kharisma Eki Saputra, Pemahaman Pegawai Direktorat Jenderal Pajak DJP dan Konsultan Pajak Tentang Perilaku Wajib Pajak : Sebuah Studi Fenomologi , http:download.portalgaruda.orgarticle.php?article=189254val=6467title=PEMAHAMAN2 0PEGAWAI20DIREKTORAT20JENDERAL20PAJAK20DJP20DAN20KONSUL TAN20PAJAK2020TENTANG20PERILAKU20WAJIB20PAJAK:20SEBUAH2 0STUDI20FENOMENOLOGI diakses pada tanggal 13 April 2015. 195 Ibid. Wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakannya karena manfaat yang diterimanya secara langsung, contohnya kemudahan dalam pengajuan kredit. Berkaitan dengan pemenuhan kewajiban dalam hal administrasi pajak, kebanyakan wajib pajak orang pribadi masih belum sepenuhnya memahami. Dalam hal pencatatan dan pembukuan, wajib pajak cenderung melakukan seadanya karena ketidaktahuan, mereka menyerahkan apa adanya dokumen yang diminta, sehingga setelah pemeriksaan, wajib pajak langsung mendapat tunggakan yang sangat besar. 196 Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan wajib pajak, sepanjang menyangkut pelanggaran ketentuan administrasi perpajakan dikenakan sanksi administrasi, sedangkan yang menyangkut tindak pidana dibidang perpajakan dikenakan sanksi pidana. Dalam hal ini, perlu diberikan edukasi terhadap masyarakat ataupun pelaku usaha perdagangan elektronik oleh Dirjen pajak mengenai kewajiban perpajakan dan cara menyelenggarakan pencatatan, pembukuan dan pemeriksaan. 197 Sanksi tindak pidana di bidang perpajakan terhadap setiap orang yang karena kealpaannya: 198 1. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan selanjutnya disebut SPT; atau 2. Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar. Akibatnya dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, didenda paling sedikit 1 satu kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang 196 Ibid. 197 Thomas Sumarsan, Op.Cit., hlm.113. 198 Pasal 38 UU KUP. dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 tiga bulan atau paling lama 1 satu tahun. Sehubungan dengan sanksi pidana, apabila wajib pajak sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP, dengan berbagai alasan dan tujuan, sedangkan syarat subjektif dan objektif telah terpenuhi, dan kesengajaan untuk mendaftarkan diri tersebut menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, yaitu negara tidak mendapatkan penerimaan dari pajak yang seharusnya dibayarkan oleh wajib pajak, maka terhadap wajib pajak akan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 enam bulan dan paling lama 6 enam tahun. 199 Adapun kajian kemungkinan penuntutan pidana di bidang perpajakan sebagai tindak lanjut kegiatan ekstensifikasi. 200 Tujuan kegiatan ekstensifikasi adalah memberikan NPWP bagi wajib pajak yang belum memiliki NPWP. Dalam hal wajib pajak tersebut sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP dan menyebabkan kerugian bagi negara, maka telah terpenuhi delik tindak pidana di bidang perpajakan. 201 Solusi yang dilakukan oleh negara lain contohnya Jepang, tim e-commerce PROTECT di Jepang dapat menggali potensi pajak di negara tersebut karena adanya supply data dari pihak ketiga yang dapat dijadikan bank data untuk 199 Pasal 39 ayat 1 UU KUP. 200 Dalam istilah perpajakan di Indonesia, Ekstensifikasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar Subjek Pajak serta perluasan Objek Pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak DJP yang antara lain berupa kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham pemilik dan pegawai, maupun Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha danatau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan danatau pertokoan, Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak PKP sebagai pemungut PPN. Kegiatan ekstensifikasi ini dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama melalui Seksi Ekstensifikasi Perpajakan. 201 Pidana Pajak NPWP, http:www.pajak.go.idcontentarticlepidana-pajak-bagi-yang- belum-ber-npwp, Loc.Cit. memonitor kepatuhan wajib pajak pelaku e-commerce. Kerjasama terhadap pihak ketiga untuk memberikan data terkait transaksi atau kegiatan lain berguna bagi pihak Dirjen Pajak untuk mengamankan penerimaan negara, tetapi implementasinya tidak mudah karena terkait dengan kerahasiaan data dari pihak nasabah bank tersebut. Di samping itu juga dibutuhkan dukungan teknologi informasi untuk menelusuri transaksi keuangan dari wajib pajak pelaku e- commerce , terkait kesulitan dari transaksi ini adalah semua bukti dilakukan secara elektronik. 202 Penanganan yang dilakukan oleh negara Jepang adalah dengan membuat suatu National Payment Gateway NPG yang merupakan satu pintu pembayaran yang dilakukan melalui elektronik. Sistem ini mendeteksi semua transaksi yang dilakukan secara lebih terstruktur dan mudah diawasi karena semua jaringan dan sistem pembayaran akan terhubung menjadi satu, dan juga mudah untuk mengawasi kepatuhan dari wajib pajak itu sendiri. 203 202 Menelusuri Pajak e-commerce, http:www.pajak.go.idcontentarticlemenelusur- pajak-atas-transaksi-e-commerce, diakses pada tanggal 4 Juni 2015. 203 Ibid. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Analisis Mengenai Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Memberikan Informasi Produk Melalui Transaksi E-Commerce (Studi Pada AUTO 2000-Medan)

1 79 106

Tinjauan Yuridis Pemberian Kuasa Direktur Terhadap Pemenuhan Hak Dan Kewajiban Perusahaan Dalam Pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan

1 50 128

ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYEBARAN PORNOGRAFI MELALUI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK

0 12 17

ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYEBARAN PORNOGRAFI MELALUI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK

0 10 17

Protokol Izin Usaha Perdagangan Secara Elektronik Di Indonesia.

0 5 64

REGISTER PERDAGANGAN DI JEJARING SOSIAL BUKALAPAK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Register Perdagangan di Jejaring Sosial Bukalapak: Kajian Sosiolinguistik.

0 2 17

REGISTER PERDAGANGAN DI JEJARING SOSIAL BUKALAPAK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Register Perdagangan di Jejaring Sosial Bukalapak: Kajian Sosiolinguistik.

0 4 13

Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Badan Usaha Dalam Pelaksanaan Kewajiban Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Lingkungan Dalam Sistem Hukum Indonesia.

0 0 31

BAB II SISTEM PERPAJAKAN DALAM DUNIA USAHA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Definisi Pajak - Analisis Yuridis Mengenai Kewajiban Pajak Terhadap Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Elektronik Di Jejaring Sosial

1 21 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. - Analisis Yuridis Mengenai Kewajiban Pajak Terhadap Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Elektronik Di Jejaring Sosial

0 0 17