Definisi Operasional Sejarah Singkat Kota Medan

1. Formulasi hipotesa. - H : ρ = 0, tidak terdapat masalah korelasi serialotokorelasi dalam model. - H a : ρ ≠ 0, terdapat masalah korelasi serialotokorelasi dalam model. 2. Menentukan tingkat signifikansi α, misalnya digunakan α = 0,05. 3. Menentukan kriteria pengujian. - H diterima apabila Nilai Probabilitas χ2 α. - H a diterima apabila Nilai Probabilitas χ2 ≤ α. 4. Kesimpulan.

3.8 Definisi Operasional

1. Jumlah jamaah haji yaitu, merupakan total jamaah asal kota Medan yang telah berangkat ketanah suci untuk melaksanakan ibadah haji pada tahun tertentu pada saat musim haji. 2. Jumlah penduduk Muslim dikota Medan merupakan jumlah total penduduk Muslim yang berasal dari kota Medan, baik yang tinggal menetap, maupun yang tidak menetap, namun penduduk tersebut tercatat secara resmi dengan memiliki identitas atau kartu tanda penduduk yang asli asal kota Medan dan sah berdasarkan Undang-undang. 3. Pendapatan perkapita yaitu, total PDRB dibagi dengan jumlah penduduk disuatu daerah tersebut selama periode tertentu, sehingga dapat diketahui total pendapatan perkapita disuatu daerah. Dengan membaiknya ekonomi di daerah, maka pendapatan perkapita juga akan meningkat. Universitas Sumatera Utara BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

4.1. Pengertian Baitullah

Ka’bah merupakan bangunan yang menyerupai bentuk kubus, dan merupakan bangunan pertama yang ada di muka bumi ini sebagai arah untuk menyembah Allah SWT. Sesuai dengan Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al- Imran ayat 96, yang artinya : “..sesungguhnya permulaan rumah yang dibuat manusia untuk tempat beribadah itulah rumah yang di bakkah Makkah, yang dilimpahi berkah dan petunjuk bagi alam semesta..”. Ka’bah disebut dengan Baitullah rumah Allah atau Baitul ‘Atiq Rumah Kemerdekaan. Dibangun berupa tembok bersegi yang terbuat dari batu besar yang berwarna kebiru-biruan dimana batu tersebut diperoleh dari gunung-gunung disekitar kota Makkah tersebut. Dimana Ka’bah dibangun diatas pondasi yang sangat kokoh dengan pondasi batu marmar setebal 25 cm, dengan lebar dinding yaitu sebagai berikut : - lebar dinding sebelah Timur 10.22 meter - lebar dinding sebelah Selatan 10.13 meter - lebar dinding sebelah Barat 11.58 meter - lebar dinding sebelah Utara 10.02 meter, dan - tinggi seluruh dinding yaitu 15.00 meter Nama dinding Ka’bah tersebut diberi nama khusus yang ditentukan berdasarkan nama negeri kearah mana dinding tersebut menghadap. Terkecuali satu sudut dinding yang diberi nama “Rukun Aswad” karena batu itu terletak Universitas Sumatera Utara disana. Adapun nama keempat dinding atau sudut Rukun tersebut adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara Rukun “Iraqi” Irak - Sebelah Barat Rukun “Syam” Suriah - Sebeleh Selatan Rukin “Yamani” Yaman - Sebelah Timur Rukun “Aswad” Hajar Aswad Gambar 4.1. Denah Ka’bah

4.1.1. Sejarah Singkat Baitullah Ka’bah

Tidak diketahui berapa pasti pembangunan ka’bah telah dilakukan selama ini. Namun bukti sejarah yang ada menyebutkan bahwa pembangunan ka’bah telah dilakukan lebih kurang sebanyak sepuluh kali. Yang pertama ka’bah dibangun oleh para malaikat dimana 2000 tahun sebelum Nabi Adam diciptakan, dimana pada saat itu ka’bah merupakan tempat untuk para malaikat tawaf di muka bumi ini. Pembangunan yang kedua yaitu dilakukan oleh Nabi Adam As, dan dibantu para malaikat untuk tawaf Nabi Adam As beserta malaikat dibumi. Namun setelah Nabi Adam wafat pembangunan yang ketiga dilakukan oleh anak putranya yang bernama Nabi Syits, dengan menggunakan tanah liat dan batu, sehingga pembangunannya ini sampai bertahan hingga ke zaman Nabi Nuh As. Tetapi pada zaman Nabi Nuh As, ka’bah runtuh akibat terpaan angin taufan dan Universitas Sumatera Utara banjir dahsyat yang menerjang Makkah pada saat itu. Namun pembangunan ka’bah yang ketiga ini tidak terdapat di dalam Al-Qur’an maupun Haddist. Pembangunan Ka’bah pada tahap yang ke empat dilakukan oleh Nabi Ibrahim As, dan putranya Nabi Isma’il As. Hal ini tertuang di dalam surat Al- Baqarah ayat 125 yang artinya : “ dan ingatlah ketika kami jadikan rumah baitullah tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia, dan dijadikanlah sebagai maqam Ibrahim tempat shalat, dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Isma’il untuk membersihkan rumah-Ku itu bagi orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk, dan yang sujud”. Ketika ka’bah bangunan Ibrahim ini runtuh, pembangunan tahap kelima dilakukan oleh suku Amaliqah. Namun setelah itu pembangunan tahap kelima telah runtuh maka pembangunan yang ke enam dilanjutkan oleh suku Jurhum, lalu pembangunan yang ke tujuh dilanjutkan lagi oleh Qushai bin Kilab, dimana beliau mengadakan perubahan terhadap ukuran dinding ka’bah. Pembangunan yang kedelapan yaitu dilakukan oleh Abdul Muthalib kakek dari Nabi Muhammad SAW. Pembangunan generasi kesembilan dilakukan oleh suku Quraisy, dimana setelah ini data-data pembangunan ka’bah mulai dapat diikuti melalui berbagai tulisan para sejarawan. Pembangunan kesepuluh dilakukan oleh Abdullah Bin Zubair walikota Makkah pada saat itu, dimana bangunan ka’bah ditinggikan dari 5 meter menjadi 15 meter, diberi atap, dan dipojok atas diberi tangga untuk naik ke atas, dan dihiasi dengan emas. Sepuluh tahun kemudian setelah beliau wafat, atas izin Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Pintu yang sebelah barat yang dibuat Zubair di tutup untuk Universitas Sumatera Utara menyamakan bangunan ka’bah dengan yang aslinya dengan bangunan Ibrahim As. Namun pada tanggal 19 Sya’ban tahun 1039 H, hujan deras mengguyur kota makkah mulai tanggal 19 sampai tanggal 20 Sya’ban yang mengakibatkan ka’bah kebanjiran bahkan sampai di luar Masjidil Haram serta banyak rumah penduduk yang terkena banjir dan diperkirakan 1000 penduduk meninggal dunia serta banyak pula hewan-hewan peliharaan yang mati. Dan pada sore harinya hari kamis dinding ka’bah sebagian runtuh, yaitu dinding Timur dan sebagian dinding Barat Syami, serta atap dan lotengnya juga ambruk. Namun menjelang magrib runtuh lah dinding serambi ka’bah. Hiruk pikuk serta ketakutan melanda seluruh masyarakat Makkah, yang beranggapan seolah-olah akan terjadi kiamat. Pada saat itu walikota Makkah bernama Mas’ud bin Idris bin Hasan, dengan segera memerintahkan untuk membuka pintu Ibrahin yang merupakan pintu saluran air Masjidil Haram, maka air punmengalir ke hulu kota Makkah. Penjaga ka’bah diperintahkan untuk segera masuk kedalam ka’bah dan menyelamatkan pelita serta mengambil 22 lampu yang terbuat dari emas, dan salah satunya bertahtakan dari permata dan mutiara mutu manikam, dan disimpan di rumah Syekh Jamaluddin Muhammad Abu Qasim Asy Syaibi.

4.1.2. Sejarah Tawaf

Ibnu Abbas RA menceritakan bahwa Nabi Adam As, juga pernah bertawaf sebanyak tujuh kali putaran mengelilingi Ka’bah, kemudian pada saat yang bersamaan beliau didatangi para malaikat Allah, yang kemudian berkata “Semoga hajimu mabrur wahai Adam. Sesungguhnya kami para malaikat telah melaksanakan ibadah haji di baitullah ini sejak 2000 tahun sebelum kamu”. Universitas Sumatera Utara Pada saat itu malaikat membaca “Subhanallah wal hamdu lillah wa la illaha illa Allah wallahu akbar”. Kemudian pada saat itu juga Nabi Adam As, menambahkan bacaan sebagai berikut: “ wa la haula wa la quwwata illa billah”. Akhirnya para malaikat dan Nabi Adam As pun melaksanakan tawaf sambil membaca bacaan tersebut. Tawaf Nabi Ibrahim As, dimana setelah menerima perintah dari Allah SWT bahwa Nabi Ibrahim untuk membangun kembali Ka’bah, maka setelah itu Ibrahim pun melaksanakan ibadah haji. Pada saat melaksanakan tawaf, nabi Ibrahim didatangi para malaikat dan mengucapkan salam, kemudian Ibrahim bertanya kepada malaikat. Sesunggunya apa yang malaikat baca di saat tawaf. Malaikat pun menjawab “dahulu sebelum bapakmu adam kami membaca; Subhanallah wal hamdu lillah wa la illaha illa Allah wallahu akbar”. Lalu Adam menyuruh kami menambahkan “wa la haula wa la quwwata illa billah”. Lalu Ibrahim berkata “tambahkan bacaan kalian dengan “Al ‘aliyi al ‘adzim”. Sehingga bacaan untuk tawaf yang ada sekarang lebih lengkapnya yaitu “Subhanallah wal hamdu lillah wa la illaha illa allah wallahu akbar. Wa la ha ula wa la quwwata illa billah. Al ‘aliyi al ‘adzim”.

4.2. Sejarah Singkat Haji di Indonesia

Islam pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 masehi, melalui pedagang Arab yang datang ke Indonesia. Pada saat itu Islam telah menyebar Universitas Sumatera Utara sampai keseluruh pantai barat Sumatera Barus, dimana wilayah Barus ini pada saat itu masuk kedalam wilayah kerajaan Sriwijaya, dan hingga kemudian ajaran Islam telah berkembang sampai ke timur wilayah pulau Jawa. Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak, Pajang, Mataram dan Banten. Pada akhir abad ke-15 masehi, yang pada saat itu masa pemerintahan Khilafah Islam adalah Utsman bin Affan, Ia memerintahkan untuk mengirimkan utusannya Muawiyah bin Abu Sufyan ke tanah Jawa yaitu ke Jepara pada saat itu nama kerajaannya Kalingga. Hasil kunjungan duta Islam ini adalah Raja Jay Sima Putra Ratu Sima dari kerajaan Kalingga akhirnya masuk Islam. Pada saat yang bersamaan Raja Sriwijaya yang bernama Sri Indrawarman yang pada akhirnya juga masuk Islam pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz Dinasti Umayyah. Namun sekitar pada abad ke 17 masehi atau sekitar pada tahun 1601, kerajaan Hindia Belanda atau bangsa-bangsa Portugis datang ke wilayah nusantara ini sambil berdagang dan membeli rempah-rempah di Indonesia, namun pada akhirnya orang-orang Portugis tersebut berniat untuk menguasai atau menjajah bumi indonesia. Dimana pada saat itu Belanda datang ke Indonesia dengan nama persatuan dagangnya yaitu Verenigde Oost-Indische Compagnie Serikat Perusahaan Hindia Timur dengan singkatan VOC, sejak saat itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya. Dimana pada saat yang bersamaan antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk suatu aliansi atau kerja sama yang erat antar kerajaan, sehingga sangat mudah bagi bangsa barat untuk memecah belah wilayah nusantara pada saat itu. Hal ini yang menyebabkan Universitas Sumatera Utara proses penyebaran dakwah terhenti dan hingga akhirnya wilayah Indonesia pun menjadi terpecah belah yang akhirnya tunduk kepada pemerintahan Belanda. Umat Islam di Indonesia sudah mengenal istilah haji sejak awal mula masuknya ajaran Islam ke Indonesia, yang di bawa oleh para pedagang dari bangsa-bangsa Arab dari daerah timur tengah yang sambil berdakwah menyebarkan ajaran agama islam ke Indonesia, dan sejak pada zaman dahulu juga, orang-orang Islam di nusantara ini berangkat pergi haji menggunakan kendaraan kapal layar yang sampai memakan waktu berbulan-bulan lamanya bahkan sampai setahun lamanya hanya untuk perjalanan ibadah haji pulang pergi, bahkan sampai di masa penjajahan Belanda pun masih ada orang Islam dari Indonesia yang berangkat ketanah suci untuk menunaikan ibadah haji, namun dalam pemberangkatannya diatur oleh pemerintah Hindia Belanda pada saat itu. Pada tahun 1912 perserikatan Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan, membuat suatu bagian atau badan yang mengurusi tentang masalah haji, yang pada sat itu diketuai oleh K.H.M Sudjak, ini merupakan perintis dan mengilhami terbentuknya Direktorat Urusan haji pada tahun 1922. Volksraad mengadakan perubahan didalam ordonasi haji yang terkenal dengan nama “Pilgram Ordonasi 1922”, yang menyebutkan bahwa bangsa pribumi dapat mengusahakanmenjalankan ibadah haji. Dapat diketahui bahwa pada saat itu umat Islam di Indonesia sudah mendapatkan perhatian dari negara Belanda untuk menjalankan ibadah haji ke tanah suci. Disini dapat dilihat bahwa umat Islam dimasa penjajahan oleh pemerintah Belanda dengan berbagai macam kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia, denggan berbagai macam hambatan yang ada, serta perjalanan yang Universitas Sumatera Utara tidak mulus sepanjang perjalanan menuju Makkah dan jauhnnya jarak tempuh yang akan dilalui untuk pergi haji, dimana keselamatan untuk para calon jamaah haji selalu saja terancam oleh bahaya-bahaya yang ada selama di perjalanan di tengah-tengah lautan, namun hal itu tidak mengendurkan semangat untuk pergi ketanah suci, walaupun nyawa sekalipun taruhannya, untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima tersebut demi sempurnanya amal ibadah seseorang.

4.2.1. Haji Pasca Kemerdekaan Indonesia

Jamaah haji asal Indonesia pernah mengalami kekosongan beberapa tahun pada saat musim haji tiba. Dimana pada saat itu Indonesia baru saja mengalami kemerdekan dari penjajahan Jepang, dan pada saat yang bersamaan baru usainya perang dunia ke II. Terjadinya kekosongan jamaah tersebut dikarenakan beberapa faktor seperti kondisi bangsa dan rakyat Indonesia dalam keadaan tidak stabil, inflasi yang tidak terkendali, kebutuhan pokok yang sulit didapatkan, setiap kabupaten diharapkan memenuhi kebutuhannya sendiri, di lain daerah terjadinya penyitaan padi bahan pangan oleh tentara Jepang yang menyebabkan terjadinya bencana kelaparan, Anthony.1996. Dibawah pendudukan Jepang rakyat harus mengalami penderitaan yang belum pernah dirasakan pada masa sebelumnya. Banyak terjadi kekurangan dan penderitaan yang semakin meluas didaerah pedesaan, sehingga semakin banyaknya timbul perlawanan terhadap pemerintah Jepang pada saat itu karena rakyat merasa dikekang. Pada tahun-tahun terakhir masa kependudukan pemerintah Jepang di Indonesia dan pasca kemerdekaan Indonesia banyak tantangan yang harus di hadapi pemerintah Indonesia. Selain itu pemberontakan di dalam negeri juga terjadi yang membuat suasana menjadi tambah keruh di Universitas Sumatera Utara Indonesia dan datangnya rasa keinginan pemerintah Belanda untuk dapat menduduki lagi kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Sebagai Negara yang baru merdeka, pada saat itu Indonesia belum memiliki landasan dan dasar Negara yang kuat, dimana struktur Negara, hukum, sosial, politik, budaya, yang telah di rusak dan dihancurkan oleh pemerintah Belanda dan Jepang yang ingin mengambil alih kekuasaan Indonesia dipasca kemerdekaan, dengan membuat tipu daya dengan membuat Negara kesatuan Indonesia berpecah-pecah yaitu dibagi dengan membuat Negara-negara bagian di Indonesia yaitu Negara Sumatera Timur, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, dan sebagainya. Dimana dengan cara membuat negara bagian semacan ini, maka pertahanan pemerintahan Indonesia jadi lemah, dan yang pada akhirnya dapat ditaklukan oleh pemerintah Belanda. Namun pemerintah Indonesia tetap kukuh pada pegangan untuk tetap bersatu demi terciptanya Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI yang utuh, dan sehari setelah memproklamasikan kemerdekaan, tepat pada tanggal 18 agustus 1945 langsung disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 yang digunakan sebagai landasan dasar bagi pemerintahan Indonesia. Pada saat itu rakyat Indonesia dihadapkan pada masalah perang kemerdekaan, dimana padasaat itu tanah air dalam keadaan perang, dimana saat yang bersamaan musuh Belanda datang untuk menyerang dengan tujuan untuk memupuskan memudarkan kemerdekaan Indonesia yang baru saja mengikrarkan diri untuk merdeka. Maka pada saat itu keluarlah fatwa ulama Masyumi Indonesia yang dipimpin oleh K.H. Hasyim Asj’ari, bahwa dimasa genting seperti ini tidaklah wajib hukumnya pergi haji. Sehingga fatwa tersebut Universitas Sumatera Utara dituangkan kedalam maklumat Mentri Agama No.4 tahun 1947, yang menyatakan ibadah haji diberhentikan selama masa perang. Dimana Negara pada saat itu dalam keadaan gawat darurat maka rakyat haruslah membela tanah air dengan melakukan perlawanan terhadap penjajah yang ingin masuk kembali untuk menguasai tanah air. Setelah keluarnya maklumat Mentri Agama tentang penghentian sementara jamaah haji ke tanah suci, Mentri Agama yang pada saat itu di pimpin oleh K.H. Masjkur, mengambil kebijakan dengan mengirim misi haji ke I ke tanah suci di bawah pimpinan K.H. Moh. Adnan dengan anggotanya antara lain TM. Ismail Banda, H.Saleh Suaidy, TH. Syamsir St, dan lainnya sebagai utusan pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk memberitahukan tentang kondisi negara Indonesia pasca kemerdekaan yang sedang genting. Sehingga misi tersebut mendapat sambutan yang hangat dari kerajaan Arab Saudi. Sebagaimana diketahui sejak terjadi perang dunia ke II, dan dengan keluarnya maklumat Mentri Agama tersebut tentang penghentian pengiriman jamaah haji ketanah suci pasca perang tersebut, sehingga tidak ada warga negara Indonesia yang pergi haji. Pada saat yang bersamaan diketahui pula oleh konsulat Belanda yang ada di Arab Saudi, pihak Belanda juga mengirim misi haji ke Arab Saudi, tetapi dengan adanya kedatangan misi haji Indonesia, maka misi haji yang diusulkan oleh pemerintah Belanda tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah kerajaan Arab Saudi. Hasil positif dari kunjungan misi haji pemerintah Indonesia menunjukkan adanya pendekatan terhadap negara-negara Arab dan negara di dunia Islam untuk dapat terus memperjuangkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Dimana pada saat yang bersamaan membuat negara- Universitas Sumatera Utara negara Islam di Timur Tengah merasa simpatik terhadap perjuangan bangsa Indonesia sehingga merekapun mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto maupun de jure. Dan di saat bersamaan misi haji yang berada di Arab Saudi, melalui perss Arab Saudi memperkenalkan perjuangan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan Indoneseia untuk melawan pemerintah Belanda yang pada saat itu ingin merusak ketahanan negara Indonesia.

4.2.2. Badan Penyelenggara Haji Indonesia BPHI Pertama

Pada bulan Januari tahun 1950, yayasan Penyelenggara Haji Indonesia PHI terbentuk. PHI adalah gabungan dari berbagai aliran golongan umat islam yang ada di Indonesia maka pengurusnya adalah pemuka-pemukatokoh-tokoh islam dan keberadaanya mendapatkan sambutan yang hangat dari masyarakat Islam. Sehingga pada bulan Februari 1950 pemerintah Indonesia menunjuk secara resmi badan penyelenggara haji adalah PHI. Namun dalam pelaksanaanya dilapangan PHI mengalami kesulitan dalam mengangkut para jamaah haji dengan menggunakan kendaraan laut, sehingga pada tahun 1964 dikeluarkan Kepres No.122 tahun 1964 tentang penyelenggara urusan haji. Sehingga didirikan PT.Arafat tanggal 1 Desember 1964. Tetapi urusan penyelenggaraan haji ini masih dikelolah oleh pihak swasta. Penyelenggaraan ibadah haji baru mulai ditangani oleh pihak pemerintah pada tahun 1969. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya calon jamaah haji yang ingin berangkat ketanah suci untuk melaksanakan ibadah haji, dikarenakan banyaknya jamaah yang gagal berangkat ketanah suci dengan menggunakan jasa pihak swasta tersebut, selain itu banyaknya calo-calo yang mengganggu masyarakat yang akan menggunakan jasa pihak swasta tersebut. Universitas Sumatera Utara Maka berdasarkan Keputusan Presiden No.22 tahun 1969 membuat keputusan bahwa semua kegiatan penyelenggara perjalanan haji dikelola oleh pemerintah. Dengan demikian setiap warga negara Indonesia yang ingin berangkat haji harus melalui prosedur yang di tetapkan oleh pemerintah Indonesia.

4.3. Layanan Pemerintah Terhadap Jamaah Haji

Karena pelayanan haji telah di tangani pemerintah, maka sudah selayaknya mendapat perhatian khusus bagi para jamaah haji yang akan berangkat ketanah suci, serta fasilitas-fasilitas lainnya yang mendukung oprasional lainya, karena disini jamaah sudah membayar sangat mahal untuk ongkos naik haji yang ditetapkan oleh pemeritah, beberapa diantara pelayanan yang akan didapatkan yaitu.

4.3.1. Biaya Penyelengara Ibadah Haji

Dimana BPIH menyusun komponen-komponen ibadah haji lebih cermat dan transparan, apa-apa saja yang akan menjadi kebutuhan jamaah haji selama melakukan ibadah haji. Dimana dalam menetapkan ONH ini pemerintah membedakan berdasarkan 3 zona Indonesia yaitu barat, tengah, dan timur. Dimana setiap zona memiliki perbedaan dalan hal biaya haji. Dengan perhitungan berapa besar biaya haji yang harus dikeluarkan maka pemerintah menghitungnya berdasarkan Kurs nilai mata uang Dollar pada saat tahun tersebut.

4.3.2. Memberikan Penyuluhan dan Informasi

Informasi dan penyuluhan bagi calon jamaah haji sangatlah dibutuhkan dan harus semaksimalnya diberikan, bias saja banyak calon jamaah haji yang kurang paham bagaimana cara melaksanakan ibadah hajinantinya. Selain itu Universitas Sumatera Utara pemerintah juga akan membentuk pusat informasi haji dipusat, maupun ditiap- tiap propinsi media center dan pada masa operasi di Arab Saudi nanti. Selain itu juga adanya pengembangan tentang pemahaman istitho’ah dan kesehatan haji secara terpadu serta menyeluruh bagi para calon jamaah haji. Bimbingan- bimbingan yang diberikan oleh petugas kelompok bimbingan ibadah haji sangat membantu calon jamaah yang tidak mengerti tentang pelaksanaan haji sebelumnya. Disini pemerintah biasanya menggandeng kelompok bimbingan ibadah haji KBIH milik swasta sebagai mitra atau kerjasama yang memudahkan masyarakat dan memudahkan pemerintah didalam melakukan sosialisasi pelaksanaan ibadah haji.

4.3.3. Petugas Haji

Petugas haji bertugas untuk membantu jamaah haji yang sedang melakukan ibadah, baik mulai dari tanah air sampai kembali lagi ketanah air. Tugas dari petugas haji ini adalah untuk menyempurnakan system rekrutmen dan seleksi petugas haji serta monitoring pelaksana tugas. Dengan demikian petugas haji dapat memanfaatkan secara optimal tempat-tempat khusus bagi petugas kloter di pemondokan. Selain itu petugas haji juga dapat untuk meningkatkan kualitas dalam membantu berbahasa arab dan membimbing saat sedang ibadah, memiliki sifat pelayanan serta memiliki koneksi yang cepat terhadap rekan kerja lainnya.

4.3.4. Dokumen Haji

Tujuan dari dokumen haji antara lain adalah untuk meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan kedutaan besar Arab Saudi dalam rangka penyelesaian saat dilakukan pemvisaan, passport haji, secara lebih cepat, dan Universitas Sumatera Utara penyelenggaraan administrasi yang akurat, serta kelengkapan data-data pribadi bagi setiap jamaah.

4.3.5. PemondokanAkomodasi

System penyewaan pemondokan, berdasarkan pada tahun 2002 dilakukan dengan system tidak paket, dalam hal ini dibolehkan subsidi silang dan tidak ada pengembalian sisa dan sewa kepada jamaah. Komponen penyewaan disesuaikan dengan harga pasar secara kompetitif dalam rangka peningkatan kualitas. Untuk efektifitas pengadaan pemondokan, akan dilakukan penyempurnaan organisasi dan personil tim perumahan dengan melibatkan unsur daerah dan Inspektorat Jendral Departemen Agama dalam kaitannya untuk membuat rencana yang matang. System pemondokan di tanah suci tetap dilakukan dengan kontrak pelayanan akomodasi, dan diupayaka jarak pemondokan dengan tempat ibadah dilakukan sedekat mungkin. Agar jamaah memahami perumahan dan seluk beluknya termasuk kondisi riil kota Makkah, perlu dilakukan sosialisasi secara merata dan dibuat buku panduan akomodasi untuk dibagikan kepada seluruh jamaah haji saat mendaftar dan berguna saat berada di tanah suci nanti.

4.3.6. Pelayanan Kesehatan

Untuk menjaga kesehatan jamaah haji maka dilakukan pengecekan kesehatan calon jamaah saat di asrama haji, pengadaan obat-obatan yang dibutuhkan jamaah, serta untuk mengantisipasi adanya penyakit meningitis maka diadakan vaksinasi yang disediakan dari informasi pihak Arab Saudi, serta ditingkatkannya pemahaman tentang kasus meningitis dikalangan petugas. Universitas Sumatera Utara

4.3.7. Kendaraan Haji

Jenis kendaraan yang digunakan jamaah haji untuk ketanah suci bukan lagi menggunakan kapal laut seperti jaman dahulu, karena sesuai dengan perkembangan zaman maka kendaran haji untuk jenis kapal laut akhirnya ditinggalkan, selain tidak efisien, juga memakan waktu yang sangat lama dan tidak efekfif, selain itu juga banyak tantangan di tengah laut yang tidak dapat diduga-duga sehingga pemerintah memberi fasilitas jamaah haji dengan menggunakan pesawat jenis Air Bus yang memiliki kapasitas penumpang lebih besar dan ketahanan terbang yang cukup lama. Karena perjalanan dari Indonesia- Makkah sedikitnya memerlukan waktu sekitar 8 jam delapan jam penerbangan. Dimana jenistype pesawat yang digunakan berbeda-beda untuk setiap embarkasi, namun tetap menggunakan pesawat milik pemerintah Indonesia yaitu Garuda Indonesia Airwash GIA. Untuk masing-masing embarkasi seperti Jakarta, Surabaya, Medan wilayah Sumatra, menggunakan pesawat jenistype B 747, kapasitas 455 tempat duduk. Untuk embarkasi Makasar beberapa wilayah Indonesia timur lainya menggunakan pesawat jenistype ER 300, dengan kapasitas 325 tempat duduk. Embarkasi Pontianak menggunakan pesawat jenistype pesawat B767 atau Airbus A 330, dengan kapasitas tempat duduk 325. Untuk embarkasi Balikpapan menggunakn jenistype pesawat B 747MD 11, dengan kapasitas 405 tempat duduk. Universitas Sumatera Utara

4.4. Cara Pendaftaran Haji

Tempat pendaftaran ibadah haji adalah di kantor Departemen Agama kabupatenkota diseluruh wilayah Indonesia dimana disesuaikan dengan asal tempet tinggal bagi calom jamaah tersebut.

4.4.1. Syarat Mendaftar Haji

Syarat untuk mendaftar haji yaitu: 1. Beragama Islam. 2. Memiliki kartu identitas yang jelas dan masik berlaku. 3. Warga Negara Indonesia, dan tinggal di Indonesia. 4. Sehat jasmani serta sehat rohani. 5. Bagi calon jamaah haji wanita harus menyebutkan mahramnya, dan tidak sedang hamil. 6. Mengisi surat pendftaran pergi haji yang ditandatangani oleh petugas Departemen Agama kabupaten kota dan calon jamaah haji yang bersangkutan 7. Membayar biaya penyelenggaraan haji BPIH secara lunas, memperoleh porsi.

4.4.2. Batasan Pendaftaran Haji

Pendaftaran bagi calon jamaah haji dibatasi waktunya hal ini dikarenakan untuk mendapatkan data yang akurat tentang jumlah calon jamaah haji yang mendaftar, ini merupakan dasar dari perencanaan penyelenggaraan oprasional ibadah haji secara keseluruhan pada tahun keberangkatan seperti penyiapan angkutan, pemondokan, obat-obatan petugas haji, penyiapan paspor, penyusunan jadwal penerbangan haji, sehingga seluruh jamaah haji yang sudah terdaftar dapat Universitas Sumatera Utara diberangkatkan sesuai dengan jadwal yang ada agar terhindar dari keterburu- buruan tergesa-gesa.

4.4.3. Perbedaan BPIH Biasa Dengan BPIH Khusus

Perbedaan antara biaya penyelenggaraan ibadah haji BPIH biasa dengan biaya penyelenggaraan ibadah haji BPIH khusus yaitu dalam hal fasilitas yang didapatkan saat berada di Arab Saudi, mulai dari tempat pemondokan, makan catring dan standar pelayanan di hotel berbintang, angkutan dari Jeddah ke Madinah ada yang menggunakan pesawat, berangkat dan kembali ketanah air dengan penerbangan regular, dan menggunakan kemah ber-AC selama di Arafah dan di Mina.

4.4.4. Tempat Pembayaran BPIH

Sesuai dengan undang-undang No. 17 tahun 1999 pasal 10 ayat 1, pembayaran biaya penyelenggaraan ibadah haji BPIH, dilakukan kepada rekening Menteri Agama melalui bank pemerintah atau bank swasta yang telah ditunjuk oleh Menteri Agama setelah mendapatkan pertimbangan gubernur Bank Indonesia pada tahun 20022003 bank yang ditunjuk secara resmi diantaranya adalah Bank BRI, Bank BNI, Bank BNI Syariah, Bank BTN, Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah, Bank Muamalat, Bank Bukopin, dan Bank Jabar.

4.5. Sejarah Singkat Kota Medan

Kampung kecil yang dalam masa kurang lebih 80 tahun dengan pesat berkembang menjadi kota yang dewasa kita kenal sebagai kota Medan berada di suatu tanah datar atau Medan, di tempat sungai Babura bertemu dengan sengai Universitas Sumatera Utara Deli yang pada waktu itu dikenal sebagai “Medan Putri”. Tidak jauh dari Jalan Putri Hijau sekarang. Menurut Tengku Lukman Sinar SH. Dalam bukunya “Riwayat Hamparan Perak 1971”, yang mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus. Nenek moyang Datuk Hamparan Perak 12 kuta, dan Datuk Suka Piring yaitu dua dari empat kepala suku kesultanan Deli. John Anderson, adalah seorang pegawai pemerintahan Inggris yang berkedudukan di Penang, pernah berkunjung ke Medan di tahun 1823. Dalam bukunya yang berjudul “Mission To The East Coast of Sumatera”. Edisi endinburg, tahun 1826. Menuliskan bahwa Medan masih merupakan kampung kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang. Dipinggir sungai sampai ke tembok Masjid kampung Medan. Ada dilihatnya susunan batu-batu granit yang berbentuk bujur sangkar yang menurutnya berasal dari candi Hindu di Jawa. Menurut legenda dijaman dahulukala pernah hidup di kesultanan Deli Lama, kira-kira 10 Km dari kampung Medan di Deli Tua yang sekarang seorang putrid yang cantik dan karena kecantikannya diberinama Putri Hijau. Kecantikan putri itu tersohor sampai kemana-mana, mulai dari Aceh sampai ke ujung utara pulau Jawa. Sultan Aceh jatuh cinta pada putri itu dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya. Lamaran sultan Aceh ditolak oleh kedua saudara laki-laki Putri Hijau. Sultan Aceh sangat marah karena penolakannya dianggap sebagai penghinaan terhadap dirinya. Maka pecahlah perang antara kesultanan Aceh dan kesultanan Deli. Universitas Sumatera Utara Menurut legenda yang tersebut diatas dengan mempergunakan kekuatan gaib seorang dari saudara putri hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan seorang lagi menjelma menjadi sepucuk mariam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga akhir hayatnya. Kesultanan Deli lama akhirnya mengalami kekalahan dalam peperangan tersebut, dan karena kecewa putra mahkota yang menjelma menjadi mariam itu meledak sebahagian. Bagian belakangannya terlontar ke Labuhaan Deli, dan bagiannya depannya ke dataran tinggi Karo, kira-kira 5 Km dari Kabanjahe. Pangeran yang seorang lagi telah berubaah menjadi seekor ular naga mengundurkan diri melalui satu saluran dan masuk kedalam sungai Deli disuatu tempat yang berdekatan dengan jalan Putri Hijau sekarang. Arus sungai membawanya sampai keselat malaka dari mana tempat ia meneruskan perjalanannya yang berakhir di ujung Jambo Aye, dekat Lhokseumawe Aceh. Putri hijau ditawan dan dimasukkan kedalam peti kaca dan dibawa ke Aceh. Ketika kapal itu tiba di ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal, atas permintaannya diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur, dan permohonan tuan putri dikabulkaan sang Raja. Tetapi baru saja upacara dimulai tiba-tiba berhembus angin ribut, yang maha dahsyatnya dan disusul dengan gelombang tinggi. Dari dalam laut muncul abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga dan dengan menggunakan rahangnya yang besar itu diambilnya putri tempat adiknya dikurung lalu dibawa masuk kedalam laut. Legenda ini sampai sekarang masih terkenal dikalangan orang Deli dan juga terkenal di masyarakat melayu Malaysia. Di Delitua masih terdapat sisa Universitas Sumatera Utara runtuhan benteng dari Putri Hijau. Sedangkan sisa mariam penjelmaan abang Putrid Hijau dapat dilihat di halaman Istana Maimoon. Deli mulai dikenal namanya setelah orang Belanda Nieh Hugsh yang membuka perkebunan disekitar situ. Dalam beberapa tahun saja, Deli sudah terkenal diseluruh dunia karena daun tembakau yang dihasilkkan tidak ada tandingannya sampai sekaarang sebagai daun pebungkus cerutu. Hal ini menarik investor asing dan menyebabkan banyak orang dari daerah lain yang pindah kedaerah Deli untuk mencari nafkah. Ditahun 1918 Medan dijadikan Kota Praja, tetapi tidak termasuk didalamnya daerah Kota Matsum dan daerah Sungai Kera yang tetap berada dibawah kekuasaan Sultan Deli. Ketika itu jumlah penduduk kota Medan masih berkisar 33.808 jiwa yang terdiri dari 409 jiwa orang Eropa, 25.000 jiwa orang Indonesia, 8.269 jiwa orang Cina, dan 130 jiwa bangsa Asia lainnya.

4.6. Sejarah Singkat Haji di Medan