Sejarah Singkat Baitullah Ka’bah

disana. Adapun nama keempat dinding atau sudut Rukun tersebut adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara Rukun “Iraqi” Irak - Sebelah Barat Rukun “Syam” Suriah - Sebeleh Selatan Rukin “Yamani” Yaman - Sebelah Timur Rukun “Aswad” Hajar Aswad Gambar 4.1. Denah Ka’bah

4.1.1. Sejarah Singkat Baitullah Ka’bah

Tidak diketahui berapa pasti pembangunan ka’bah telah dilakukan selama ini. Namun bukti sejarah yang ada menyebutkan bahwa pembangunan ka’bah telah dilakukan lebih kurang sebanyak sepuluh kali. Yang pertama ka’bah dibangun oleh para malaikat dimana 2000 tahun sebelum Nabi Adam diciptakan, dimana pada saat itu ka’bah merupakan tempat untuk para malaikat tawaf di muka bumi ini. Pembangunan yang kedua yaitu dilakukan oleh Nabi Adam As, dan dibantu para malaikat untuk tawaf Nabi Adam As beserta malaikat dibumi. Namun setelah Nabi Adam wafat pembangunan yang ketiga dilakukan oleh anak putranya yang bernama Nabi Syits, dengan menggunakan tanah liat dan batu, sehingga pembangunannya ini sampai bertahan hingga ke zaman Nabi Nuh As. Tetapi pada zaman Nabi Nuh As, ka’bah runtuh akibat terpaan angin taufan dan Universitas Sumatera Utara banjir dahsyat yang menerjang Makkah pada saat itu. Namun pembangunan ka’bah yang ketiga ini tidak terdapat di dalam Al-Qur’an maupun Haddist. Pembangunan Ka’bah pada tahap yang ke empat dilakukan oleh Nabi Ibrahim As, dan putranya Nabi Isma’il As. Hal ini tertuang di dalam surat Al- Baqarah ayat 125 yang artinya : “ dan ingatlah ketika kami jadikan rumah baitullah tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia, dan dijadikanlah sebagai maqam Ibrahim tempat shalat, dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Isma’il untuk membersihkan rumah-Ku itu bagi orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk, dan yang sujud”. Ketika ka’bah bangunan Ibrahim ini runtuh, pembangunan tahap kelima dilakukan oleh suku Amaliqah. Namun setelah itu pembangunan tahap kelima telah runtuh maka pembangunan yang ke enam dilanjutkan oleh suku Jurhum, lalu pembangunan yang ke tujuh dilanjutkan lagi oleh Qushai bin Kilab, dimana beliau mengadakan perubahan terhadap ukuran dinding ka’bah. Pembangunan yang kedelapan yaitu dilakukan oleh Abdul Muthalib kakek dari Nabi Muhammad SAW. Pembangunan generasi kesembilan dilakukan oleh suku Quraisy, dimana setelah ini data-data pembangunan ka’bah mulai dapat diikuti melalui berbagai tulisan para sejarawan. Pembangunan kesepuluh dilakukan oleh Abdullah Bin Zubair walikota Makkah pada saat itu, dimana bangunan ka’bah ditinggikan dari 5 meter menjadi 15 meter, diberi atap, dan dipojok atas diberi tangga untuk naik ke atas, dan dihiasi dengan emas. Sepuluh tahun kemudian setelah beliau wafat, atas izin Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Pintu yang sebelah barat yang dibuat Zubair di tutup untuk Universitas Sumatera Utara menyamakan bangunan ka’bah dengan yang aslinya dengan bangunan Ibrahim As. Namun pada tanggal 19 Sya’ban tahun 1039 H, hujan deras mengguyur kota makkah mulai tanggal 19 sampai tanggal 20 Sya’ban yang mengakibatkan ka’bah kebanjiran bahkan sampai di luar Masjidil Haram serta banyak rumah penduduk yang terkena banjir dan diperkirakan 1000 penduduk meninggal dunia serta banyak pula hewan-hewan peliharaan yang mati. Dan pada sore harinya hari kamis dinding ka’bah sebagian runtuh, yaitu dinding Timur dan sebagian dinding Barat Syami, serta atap dan lotengnya juga ambruk. Namun menjelang magrib runtuh lah dinding serambi ka’bah. Hiruk pikuk serta ketakutan melanda seluruh masyarakat Makkah, yang beranggapan seolah-olah akan terjadi kiamat. Pada saat itu walikota Makkah bernama Mas’ud bin Idris bin Hasan, dengan segera memerintahkan untuk membuka pintu Ibrahin yang merupakan pintu saluran air Masjidil Haram, maka air punmengalir ke hulu kota Makkah. Penjaga ka’bah diperintahkan untuk segera masuk kedalam ka’bah dan menyelamatkan pelita serta mengambil 22 lampu yang terbuat dari emas, dan salah satunya bertahtakan dari permata dan mutiara mutu manikam, dan disimpan di rumah Syekh Jamaluddin Muhammad Abu Qasim Asy Syaibi.

4.1.2. Sejarah Tawaf