Sejarah Singkat Haji di Medan

runtuhan benteng dari Putri Hijau. Sedangkan sisa mariam penjelmaan abang Putrid Hijau dapat dilihat di halaman Istana Maimoon. Deli mulai dikenal namanya setelah orang Belanda Nieh Hugsh yang membuka perkebunan disekitar situ. Dalam beberapa tahun saja, Deli sudah terkenal diseluruh dunia karena daun tembakau yang dihasilkkan tidak ada tandingannya sampai sekaarang sebagai daun pebungkus cerutu. Hal ini menarik investor asing dan menyebabkan banyak orang dari daerah lain yang pindah kedaerah Deli untuk mencari nafkah. Ditahun 1918 Medan dijadikan Kota Praja, tetapi tidak termasuk didalamnya daerah Kota Matsum dan daerah Sungai Kera yang tetap berada dibawah kekuasaan Sultan Deli. Ketika itu jumlah penduduk kota Medan masih berkisar 33.808 jiwa yang terdiri dari 409 jiwa orang Eropa, 25.000 jiwa orang Indonesia, 8.269 jiwa orang Cina, dan 130 jiwa bangsa Asia lainnya.

4.6. Sejarah Singkat Haji di Medan

Perjalanan haji di Sumatera Utara khususnya di kota Medan tidak terlepas dari sejarah penyelenggaraan haji di Indonesia. Menurut catatan sejarah orang zaman dahulu menggunakan kapal laut untuk pergi haji, begitu juga dengan jamaah haji dari Sumatera Utara. Lalu pada saat itu pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan berbagai peraturan haji yaitu ordonasi tahun 1825. Kemudian pada perkembangannya pemerintah Hindia Belanda menetapkan ordonasi haji 1922. Dengan adanya ordonasi itu pemerintah Hindia Belanda telah mengatur masalah kepergian jamaah haji asal Sumatera Utara, baik itu mengatur masalah kendaraan bepergian, maupun masalah keamanan serta fasilitas untuk para jamaah mulai dari pergi sampai kembali lagi ke tanah air. Universitas Sumatera Utara Pada pasca kemerdekaan dalam penyelenggaraan ibadah haji melalui Menteri Agama dengan surat edaran No.3170 tanggal 6 Februari 1950 dan surat edaran Mentri Agama di Yogyakarta No. III1648 tanggal 9 Februari 1950, yang menyatakan bahwa satu-satunya biro perjalanan haji yang ditunjuk secara resmi oleh pemerintah untuk menyelenggarakan haji adalah Yayasan Perjalanan Haji Indonesia YPHI, dimana perwakilan untuk wilayah Sumatera Utara diketuai oleh H.A Latief Ibrahim yang beralamatkan di Jln. Hayam Wuruk No.16. dimana untuk jamaah haji asal Sumatera Utara diangkut dengan menggunakan kapal laut berangkat dari pelabuhan Belawan. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, pada tahun 1970 terjadi perubahan dalam jenis angkutan untuk pergi haji, dimana yang sebelumnya menggunakan kapal laut untuk pergi pulang Indonesia Arab Saudi, yang memakan waktu sampai berbulan-bulan, berubah menjadi menggunakan pesawat udara, hal ini merupakan perbaikan dari masalah, dan memecahkan persoalan yang ada dalam perjalanan haji. Seiring dengan usaha yang dilakukan oleh pemerintah Sumatera Utara untuk memberikan yang terbaik untuk jamaah haji asal Sumatera Utara, maka pada penyelenggaraan haji thun 19741975 mentri agama cq.Dirjen Bimas Islam dan urusan haji, dan instansi berwenang, pemerintah pemerintah pusat menerima usulan gubernur Sumatera Utara, Marahalim Harahap dan kordinator urusan haji Sumatera Utara yaitu H.Ismail Sulaiman yang menetapkan Airpot Polonia Medan untuk menjadi pelabuhan haji Medan langsung ke Jeddah. Dengan perhitungan ini selain pesawat tidak lagi harus transit singgah di Jakarta seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga dengan demikian calon Universitas Sumatera Utara jamaah haji dari Sumatera Utara pada umumnya pantas bersyukur, karena biaya untuk perjalanan singgah dari Medan-Jakarta tidak dikenakan lagi bagi calon jamaah haji asal Sumatera Utara karena sudah berangkat sendiri melalui bandara Polonia Medan langsung ke Arab Saudi. Selanjutnya untuk kesempurnaan tugas dari perjalanan haji di Sumatera Utara pada umumnya, maka pada tanggal 5 Oktober 1974 Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji mengeluarkan surat keputusan No.17 tahun 1974 tentang pembentukan team pelabuhan haji untuk bandara Polonia Medan tahun 19741975. Setelah melalui serangkaian peninjauan pejabat yang bersangkutan dari pusat maupun dari daerah Sumatera Utara sendiri, maka dapat dinilai sangat baik, sehingga pada tanggal 16 Oktober 1974 pukul 03.00 WIB, yaitu dengan menggunakan pesawat udara type DC-9 maka diberangkatkanlah calon jamaah haji Kloter pertama melalui bandara Polonia Medan sebanyak 170 orang, dimana yang berasal dari Sumatera Utara sebanyak 116 oranng, Sumatera Barat sebanyak 52 orang, dan untuk Aceh sebanyak 1 orang.

4.7. Asrama Haji