Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi

5.11.2. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi

Lama rawatan rata-rata berdasarkan komplikasi penderita demam tifoid di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.19. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi Pada Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 Status Komplikasi Lama Rawatan Rata-Rata Hari N X SD Ada komplikasi 9 4,89 1,965 Tanpa komplikasi 97 4,19 1,716 t = 1,162 df = 104 p= 0,248 Berdasarkan tabel 5.19 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi sebanyak 9 orang dengan lama rawatan rata-rata 4,89 hari dan penderita tanpa komplikasi sebanyak 97 orang dengan lama rawatan rata-rata 4,19 hari. Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh p 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

5.11.3. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi keadaan sewaktu pulang penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.20. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Komplikasi Pada Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 No Status Komplikasi Keadaan Sewaktu Pulang Jumlah Sembuh Klinis PBJ PAPS Meninggal f f f f f 1 Ada Komplikasi 3 33,3 6 66,7 0 0 0 0 9 100 2 Tanpa Komplikasi 50 51,5 44 45,4 3 3,1 0 0 97 100 Berdasarkan tabel 5.20 dapat dilihat bahwa dari 9 orang penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi sebanyak 3 orang 33,3 Sembuh Klinis, 6 orang 66,7 Pulang Berobat Jalan, tidak ada yang pulang atas permintaan sendiri dan meninggal. Penderita demam tifoid yang meninggal dunia 2 orang dengan lama rawatan rata-rata 7 hari dan 4 hari. Dari 97 orang penderita demam tifoid tanpa komplikasi sebanyak 50 orang 51,5 Sembuh Klinis, 44 orang 45,4 PBJ, 3 orang 3,1 PAPS. Analisa statistik dengan uji chi – square tidak dapat dilakukan karena terdapat 4 sel 50,0 expected count yang besarnya kurang dari 5. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Waktu Bulan Tahun 2008

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan waktu bulan yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.1. y =12,084-0,003x 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Oktr Nop Des Bulan Ju m lah K asu s Waspada NBKW Normal Gambar 6.1. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Waktu Bulan Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan grafik 6.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah kasus penderita demam tifoid berdasarkan bulan tertinggi adalah pada bulan Januari yaitu 17 kasus dan terendah pada bulan Juli yaitu 5 kasus. Trend atau kecendrungan penderita demam tifoid menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y =12,084-0,003x. Hal ini tidak dapat disimpulkan secara langsung bahwa terjadi penurunan penderita demam tifoid di masyarakat, tetapi yang mengalami penurunan adalah penderita demam tifoid yang berobat ke RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. Berdasarkan rumus NBKW Nilai Batas Keadaan Wabah = x +2SD, dimana x = jumlah penderita rata-rata per bulan = 14512= 12,0834 ≈ 12, SD = 11 177 1 2 = − − ∑ n x x = 4, maka NBKW = x + 2SD = 12+ 2x4 = 20. Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa kasus demam tifoid belum melewati NBKW yang berarti kasus demam tifoid di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar belum menjadi Kejadian Luar Biasa KLB, melainkan dalam tahap waspada. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

6.2. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Sosiodemografi Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.2. 4.8 7.6 10.3 9 4.1 4.8 0.7 0.7 6.9 11.7 7.6 12.4 9 9 1.4 1-5 5-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-75 Umu r T ah u n Proporsi Laki-laki Perempuan Gambar 6.2. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.2 dapat dilihat pada laki-laki proporsi tertinggi pada kelompok umur 21-30 tahun 12,4, pada perempuan tertinggi pada kelompok umur 11-20 tahun 10,3. Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan umur dan jenis kelamin tertinggi pada kelompok umur 21-30 tahun dengan laki-laki 12,4 dan perempuan 9,0. Demam tifoid dapat terjadi pada semua kelompok umur dan semua jenis kelamin. Kelompok usia 21-30 tahun merupakan usia dewasa yang bebas mengkonsumsi makanan dan sering makan tanpa memperhatikan higiene tempat mengolah makan maupun higiene dirinya sendiri. 25 Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. Sex ratio penderita demam tifoid sebesar 1,4 : 1 menunjukkan bahwa jumlah penderita laki-laki lebih besar daripada perempuan, dan hal ini dipengaruhi karena laki-laki lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah sehingga memungkinkan laki-laki mendapatkan resiko lebih besar terkena demam tifoid dibandingkan perempuan. 26

6.3. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Suku

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan suku yang dirawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.3. 50.3 44.8 2.1 1.4 0.7 0.7 10 20 30 40 50 60 Batak Jawa Suku Lainnya M inang M elayu Tionghoa Suku P rop or s i Gambar 6.3. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Suku Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid tertinggi adalah Suku Batak 50,3 dan terendah Suku Melayu dan Tionghoa 0,7. Hal ini bukan merupakan indikasi keterkaitan suku dengan penderita demam tifoid, namun hanya menunjukkan bahwa yang berobat ke RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar mayoritas bersuku Batak. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. Berdasarkan hasil survei BPS Pematangsiantar tahun 2008 proporsi suku batak di Pematangsiantar adalah tertinggi yaitu 56. Jadi keadaan ini mempengaruhi kunjungan pasien yang datang berobat yaitu mayoritas suku Batak. 35

6.4. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Agama

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan agama yang rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.4. 0.7 5.5 32.4 61.4 Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu Gambar 6.4. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Agama Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita demam tifoid berdasarkan agama adalah Islam 61,4 dan terendah Hindu 0,7. Penyakit demam tifoid tidak dipengaruhi oleh agama tertentu. Dalam penelitian ini jumlah penderita yang beragama Islam lebih besar daripada agama-agama lainnya menunjukkan penderita demam tifoid yang datang berobat ke RS. Tentara TK-IV 01.07.01 mayoritas beragama Islam. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

6.5. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pendidikan

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan pendidikan yang rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.5. 54.5 15.8 13.8 8.3 7.6 10 20 30 40 50 60 Pendidikan M enengah Pendidikan Dasar Tidak Sekolah Tidak Tercatat Pendidikan Tinggi Pendidikan P ro por s i Gambar 6.5. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pendidikan Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.5 dapat dilihat bahwa proporsi pendidikan penderita demam tifoid tertinggi adalah Pendidikan Menengah 54,5, dan terendah Pendidikan Tinggi AkademiPT 7,6. Hal ini tidak menunjukkan keterkaitan pendidikan dengan kejadian demam tifoid, hanya menunjukkan pengunjung yang berobat ke Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar terbanyak adalah Pendidikan Menengah SLTPSLTA. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

6.6. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pekerjaan

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan pekerjaan yang rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.6. 2.8 7.6 8.3 17.1 29.7 34.5 5 10 15 20 25 30 35 40 KaryawanPegawai Swasta Ibu Rumah T angga Wiraswasta Lain-lain Belum sekolah,pengangguran PNST NI-POLRI PelajarMhsiswa Pe k e rj a a n Proporsi Gambar 6.6. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Pekerjaan Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.6 dapat dilihat bahwa proporsi pekerjaan penderita tertinggi adalah PelajarMahasiswa 34,5 dan terendah adalah KaryawanPegawai Swasta 2,8. Cyrus H. Simanjuntak 1993 dalam penelitiannya di Paseh Jawa Barat menjelaskan bahwa PelajarMahasiswa lebih banyak menderita demam tifoid, karena sering jajan makan di luar rumah, sehingga kemungkinan untuk terinfeksi jauh lebih besar. 14 Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

6.7. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Perkawinan

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan status perkawinan yang rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.7. 40 60 Tidak Kaw in Kaw in Gambar 6.7. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Perkawinan Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan status perkawinan yang tertinggi adalah tidak kawin 60 dan penderita yang kawin 40. Hal ini berkaitan dengan jumlah penderita demam tifoid di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 lebih banyak pada usia 21-30 tahun yang sebagian besar merupakan pelajarmahasiswa sehingga banyak yang belum kawin. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ifera N. di RS. Harapan Pematangsiantar pada tahun 2006 dengan desain case series bahwa proporsi tertinggi penderita demam tifoid tidak kawin 68,4. 24

6.8. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Tempat Asal

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan tempat asal yang rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.8. 2,1 97,9 Kota Pematangsiantar Luar Kota Pematangsiantar Gambar 6.8. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Tempat Asal Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.8 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan tempat asal tertinggi dari dalam Kota Pematangsiantar 97,9 dan dari luar kota Pematangsiantar 2,1. Hal ini diasumsikan karena letak RS. Tentara TK- IV 01.07.01 terletak di kota Pematangsiantar sehingga banyak penderita yang berasal dari kota Pematangsiantar. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

6.9. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Subjektif Symptom

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan gejala subjektif symptom yang rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.9. 0.7 2.1 7.6 10.3 23.4 29.7 38.6 39.3 100 20 40 60 80 100 120 Anoreksia Lidah T ifoid Konst ipasi Nyeri Ot ot Sakit Kepala Diare Munt ah Mual Demam G e ja la S u b je k tif s y m p to m Propors i Gambar 6.9. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Subjektif Symptom Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.9 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan gejala subjektif tertinggi adalah Demam 100 dan yang terendah adalah Anoreksia 0,7. Demam memiliki sensitivitas 100 yang berarti semua penderita demam tifoid mengalami gejala demam. Sensitivitas mual 39,3, menunjukkan dari 100 penderita demam tifoid terdapat 39 orang yang mengalami mual, sensitivitas muntah 38,6, menunjukkan dari 100 penderita demam tifoid terdapat 39 orang yang mengalami muntah. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. Demam merupakan gejala utama demam tifoid yang terjadi karena Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas gejala klinis penderita demam tifoid adalah gejala demam. 23 Pada minggu pertama biasanya penderita demam tifoid memberikan gejala seperti pada umumnya penyakit akut lainnya, seperti demam, mual, muntah, nyeri kepala, pusing, pening, diare atau konstipasi, nyeri otot, nafsu makan kuranganoreksia, serta perasaan tidak enak di perut. 2 Pada demam tifoid, demam biasanya berlangsung sampai dengan minggu kedua 14 hari, dan pada minggu ketiga demam akan turun jika penderita demam tifoid mendapatkan perawatan yang baik. 2 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Santi S. Di RS. Sari Mutiara Medan Tahun 2005 dengan desain case series bahwa semua penderita demam tifoid mengalami demam 100. 36 Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

6.10. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Objektif

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan gejala objektif yang rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.10. 9.3 16.3 25.6 34 45 53.7 10 20 30 40 50 60 Anemia Eosinofilia Limfosit osis T rombosit openia Leukopenia Uji Widal + G e ja la O b je k tif s ig n Propors i Gambar 6.10. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Gejala Objektif Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.10 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan gejala objektif tertinggi yaitu uji widal+ 53,7 dengan titer O ≥1200. Yang berarti dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 54 orang uji positif dengan uji widal. Sensitivitas leukopenia 45 menunjukkan dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 45 orang yang mengalami leukopenia, sensitivitas trombositopenia 34 menunjukkan dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 34 orang yang mengalami trombositopenia, sensitivitas limfositosis 25,6 menunjukkan dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 26 orang yang mengalami limfositosis, sensitivitas eosinofilia 16,3 menunjukkan dari 100 orang Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. penderita demam tifoid terdapat 16 orang yang mengalami eosinofilia, sensitivitas anemia 9,3 menunjukkan dari 100 orang penderita demam tifoid terdapat 9 orang yang mengalami anemia. Sampai saat ini uji widal merupakan reaksi serologis yang digunakan untuk membantu diagnosis demam tifoid. Uji widal mempunyai kelemahan baik sensitivitas dan spesifitasnya yang rendah maupun interpretasi yang sulit dilakukan. Namun uji widal + akan memperkuat dugaan pada penderita demam tifoid. Uji widal + pada penderita demam tifoid apabila hasil diagnosa ditemukan titer O ≥ 1120, sedangkan uji widal - pada penderita demam tifoid dapat terjadi karena faktor-faktor yang berhubungan dengan penderita seperti pengambilan serum terlalu dini, pengobatan antibiotik sebelumnya, adanya gangguan immunologi, serta sediaan antigen yang bervariasi. 23 Uji widal sebaiknya tidak hanya satu kali saja dilakukan, melainkan perlu dilakukan pemeriksaan berikutnya 5-7 hari setelah pemeriksaan pertama untuk melihat kenaikan titer 4 kali sehingga dapat memastikan diagnosa demam tifoid. 32 Di Rumah Sakit ini tidak diketahui kapan dilakukan pemeriksaan penderita demam tifoid dengan uji widal dan berapa kali dilakukan. Pemeriksaan darah tepi pada penderita demam tifoid dapat ditemukan leukopenia, limfositosis, trombositopenia, anemia, eosinofilia. Pada hasil pemeriksaan darah tepi adanya leukopenia dan limfositosis menjadi dugaan kuat diagnosis demam tifoid. 3 Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

6.11. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi yang rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.11. 8,5 91,5 Tanpa Komplikasi Ada Komplikasi Gambar 6.11. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.11 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi tertinggi pada yang tidak mengalami komplikasi 91.5 dan yang mengalami komplikasi 8.5. Proporsi penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi 6,2 pada usia 12 tahun, 26 tahun, 2 tahun, 22 tahun, 75 tahun, 48 tahun, 23 tahun, 8 tahun dan 8 tahun. Komplikasi pada demam tifoid terjadi oleh karena tidak mendapatkan pengobatan, perawatan yang adekuat dan menunjukkan gejala klinis setelah dua minggu penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi masih demam. 34 Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ifera N. di RS. Harapan Pematangsiantar pada tahun 2006 dengan desain case series bahwa proporsi tertinggi penderita demam tifoid tanpa komplikasi 93,5. 24 Hasil penelitian Rumintan, E di RS. Bhayangkara Medan pada tahun 2007 dengan desain case series bahwa proporsi tertinggi penderita demam tifoid tanpa komplikasi 90,8. 37

6.12. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis Komplikasi

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan jenis komplikasi yang rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.12. 77.8 11.1 11.1 20 40 60 80 100 Pneumonia Anemia Perit onit is Jenis Kom plik asi P rop or s i Gambar 6.12. Diagram Bar Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis Komplikasi Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Dari gambar 6.12 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan jenis komplikasi tertinggi adalah Pneumonia 77,8 dan terendah Anemia dan Peritonitis masing-masing 11,1. Pada minggu kedua atau lebih sering timbul komplikasi demam tifoid mulai dari yang ringan sampai berat bahkan kematian. Berat atau ringannya komplikasi Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. yang timbul tergantuang pada kuantitas, jenis, keganasan bakteri serta kekebalan tubuh penderita. Komplikasi dapat terjadi di dalam usus intestinal dan di luar usus ekstra intestinal. Peritonitis terjadi di dalam usus karena adanya infeksi pada selaput perut dengan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut, dinding abdomen tegang dan nyeri pada tekanan. Anemia terjadi karena adanya penurunan hemoglobin secara tiba- tiba tanpa adanya pendarahan. Pneumonia dapat timbul pada awal sakit dengan gejala penderita demam tifoid mengalami sesak napas. 3 Hal ini sesuai dengan penelitian Nasution, S.H., di Rumah sakit martha Friska Medan 2005 dengan desain case series, dari 12 penderita demam tifoid dengan komplikasi terdapat 66,7 8 orang yang mengalami komplikasi pneumonia. 38

6.13. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid

Berdasarkan tabel 5.8. lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid adalah 4,33 hari 4 hari dengan SD= 1,720 hari, dimana lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama rawatan maksimum adalah 10 hari. Minimum lama rawatan adalah 1 hari dan maksimum adalah 10 hari. Penderita yang lama rawatannya 1 hari ada 1 orang 0,7. Karakteristik penderita yang lama rawatannya 1 hari adalah umur 16 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Sedangkan penderita yang memiliki lama rawatan 10 hari yaitu 1 orang, umur 28 tahun, perempuan. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

6.14. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita demam tifoid berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang rawat inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.13. 1.4 4.1 46.2 48.3 Pulang Berobat Jalan PBJ Sembuh Klinis Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS M eninggal Dunia M D Gambar 6.13. Diagram Pie Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi keadaan sewaktu pulang penderita demam tifoid adalah pulang berobat jalan 48,3 dan yang terendah adalah meninggal dunia 1,4. Penderita demam tifoid yang pulang meninggal dunia usia 7 tahun jenis kelamin laki-laki, usia 28 tahun jenis kelamin laki-laki. Penderita demam tifoid yang baru sembuh masih mengekskresikan Salmonella typhi dalam waktu 3 bulan ataupun lebih dari 1 tahun, karena itu penderita demam tifoid yang dinyatakan sembuh harus tetap melakukan pemeriksaan bakteriologis sebulan sekali untuk mengetahui keberadaan Salmonella typhi dalam Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. tubuh. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri disebabkan karena biaya perobatan yang mahal. Hal ini sesuai dengan penelitian Rumintan di RS.Bhayangkara Medan 2007 bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang tertinggi adalah pulang berobat jalan 91,4. 38 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi, R di RSU Permata Bunda Medan pada tahun 2007 dengan desain case series bahwa proporsi tertinggi keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan 99. 39 6.15. Analisa Statistik 6.15.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi Proporsi umur berdasarkan status komplikasi rawat inap di RS. Tentara TK- IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.14. 44.4 47.4 55.6 52.6 10 20 30 40 50 60 Ada Komplikasi Tanpa Komplikasi Status Komplikasi P ropor s i ≤ 20 tahun 20 tahun Gambar 6.14. Diagram Bar Umur Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. Berdasarkan gambar 6.14 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang mempunyai komplikasi tertinggi berada pada usia 20 tahun dengan proporsi 55,6 dan penderita yang tanpa komplikasi tertinggi pada usia 20 tahun dengan proporsi 52,6. Hal ini berhubungan dengan penderita yang mengalami komplikasi rawat inap inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 tertinggi berada pada usia 20 tahun yaitu pada kelompok umur 21-30 tahun 33,3, 41-50 tahun dan 71-75 tahun masing-masing11,1. Risiko terjadinya komplikasi pada orang dewasa lebih tinggi daripada anak- anak karena gejala klinis demam tifoid pada orang dewasa cenderung berat dan perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, sedangkan pada anak-anak gejala klinis demam tifoid cenderung tidak khas dan perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu yang pendek. 25 Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi – square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel 50 expected count yang besarnya kurang dari 5. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

6.15.2. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi

Lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi di RS. Tentara TK-IV 01.07.01. Pematangsiantar Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 6.15. 4.19 4.89 1 2 3 4 5 Tanpa Komplikasi Ada Komplikasi S tat u s Ko m p li kasi Hari Lama rawatan rata-rata hari Gambar 6.15. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi Rawat Inap di RS. Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008 Berdasarkan gambar 6.15 dapat diketahui bahwa dari 145 penderita demam tifoid, yang mempunyai komplikasi sebanyak 9 orang dengan lama rawatan rata-rata 4,89 hari, dan yang tanpa komplikasi sebanyak 97 orang dengan lama rawatan rata- rata 4,19 hari. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai p = 0,399 p 0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi. Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

6.15.3. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Status Komplikasi