Determinan a. HostPejamu Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008

2.5.2. Determinan a. HostPejamu

a.1. Umur Faktor umur merupakan determinan penting yang menentukan manifestasi klinis demam tifoid. Pengaruh umur pada insiden berhubungan dengan mekanisme imun seluler dan humoral, frekuensi kontaminasi fecal oral yang lebih sering. 3 Demam tifoid dapat terjadi pada setiap kelompok umur, tetapi lebih sering terjadi pada usia 3 – 19 tahun. 25 Menurut penelitian Simanjuntak, C.H., dkk 1989 terdapat 77 penderita demam tifoid pada umur 3-19 tahun dan tertinggi pada umur 10-15 tahun dengan insidens rate 687,9 per 100.000 penduduk, insidens rate pada umur 0-3 tahun sebesar 263 per 100.000 penduduk. 14 a.2. Jenis Kelamin Resiko relatif morbiditas akibat penyakit demam tifoid pada laki-laki 2 sampai 3 kali lebih besar dibandingkan perempuan. 25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lili Musnelina, dkk., di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta pada tahun 2001-2002, dari 182 responden demam tifoid yang diperiksa, demam tifoid lebih banyak diderita oleh laki-laki 55,49 daripada perempuan 44,51. 26 a.3. Keasaman Lambung Bila keasaman lambung meningkat misalnya karena penggunaan antasid dalam waktu lama akan meningkatkan kepekaan seseorang terhadap infeksi dengan strain Salmonella yang resisten. 3 Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010.

b. Agen

Semakin besar Salmonella typhi yang tertelan semakin banyak pula orang yang menunjukkan gejala klinis, semakin pendek masa inkubasi tetapi tidak merubah sindroma klinik yang timbul. Dari suatu penelitian didapatkan bahwa jumlah organisme yang dapat menimbulkan gejala penyakit adalah sebanyak 10 5 -10 6 organisme. Akan tetapi peneliti lain mengatakan bahwa bila yang tertelan sebesar 10 9 organisme dapat bersifat fatal. 3

c. Lingkungan

Negara sedang berkembang dengan sumber air dan sistem pembuangan limbah yang kurang memadai, dengan higiene dan sanitasi yang buruk, merupakan daerah endemis demam tifoid. Kasus demam tifoid yang terjadi di daerah endemik 95 merupakan kasus yang dirawat secara poliklinis. 3 Berdasarkan hasil penelitian Lubis, R tahun 1998 dengan desain Kasus Kontrol menyatakan bahwa faktor risiko penderita demam tifoid di RSUD Dr. Soetomo, yaitu higiene perorangan yang kurang, mempunyai risiko 20,8 kali lebih besar untuk terkena demam tifoid OR=20,8; 95 CI:2,1-199,8 dan kualitas air minum yang tercemar berisiko sebesar 6,4 kali untuk terjadinya penyakit demam tifoid OR=6,4; 95 CI:1,7-24,2. 27 2.6. Sumber Penularan 2.6.1. Penderita Demam Tifoid Sumber penularan yang utama adalah penderita demam tifoid, dimana individu tersebut dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella typhi dalam Rani N. F. Nainggolan : Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008, 2010. fesesnya dan feses inilah yang merupakan sumber pencemar untuk makanan dan minuman baik secara langsung melalui tangan penderita maupun melalui lalat sebagai vektor mekanik. 7

2.6.2. Carrier Demam Tifoid