Independensi LC Terhadap Kontrak Dasar

2. Independensi LC Terhadap Kontrak Dasar

Secara hukum LC merupakan perjanjian yang terpisah independen dari kontrak dasarnya, yaitu kontrak perjanjian pembelian dan perjanjian pembukaan LC itu sendiri. Namun demikian eksistensi LC sangat tergantung pada adanya kedua kontrak dasar tersebut, sebab perjanjian LC tidak mungkin ada tanpa adanya kontrak penjualan dan perjanjian pembukaan LC. Dengan kata lain. Kontrak penjualan merupakan dasar penerbitan permintaan pembukaan LC, dan penerbitan pembukaan LC menjadi dasar bagi perjanjian LC itu sendiri. Independensi LC terhadap kontrak dasarnya dapat dilihat dari ketentuan UCP 600 pada artikel 4 yang berbunyi sebagai berikut: ”a credit by its nature is a separate transaction from the sale or other contract on which it may be based. Banks are in no way concern with or bound by such contract, even if any reference whatsoever to it is included in the credit. Consequently, the undertaking of a bank to honour, to negotiate or to fulfil any other obligation under the credit is not subject to claims or defences by the applicant resulting from its relationships with the issuing bank or the beneficiary...” Independensi LC dapat dilihat dari realisasinya yang hanya berkaitan dengan pemenuhan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam LC. Secara hukum apabila pelaksanaan kontrak penjualan tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka LC tetap harus dilaksanakan. Sepanjang semua dokumen yang dipersyaratkan LC dapat dipenuhi oleh penerima, maka bank penerbit atau kuasanya wajib membayar LC tersebut, walaupun barang yang menjadi objek dalam perjanjian dasarkontrak penjualan tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan dalam kontrak Universitas Sumatera Utara penjualan tersebut. Mengenai hal ini, UCP 600 secara tegas menyatakan pada artikel 5: ”Banks deal with documents and not with goods, services or performance to which the documents may relate.” Ketentuan artikel 5 tersebut mencerminkan bahwa bank hanya berurusan dengan dokumen-dokumen, sedangkan barang-barang, pelayanan maupun performa yang mungkin berhubungan dengan dokumen itu sendiri, tidak menjadi urusan bagi bank yang bersangkutan.

3. Pihak-pihak yang terkait dengan transaksi LC

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pengawasan Bank Indonesia Terhadap perbankan Syariah Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Studi : Kantor Bank Indonesia Medan)

0 36 133

PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008

1 28 72

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH PASCA UNDANG UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH

1 6 100

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRINSIP PRINSIP SYARIAH DALAM UNDANG UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH UNTUK MENCIPTAKAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN YANG BAIK

0 3 9

PENERAPAN UNDANG UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DALAM KONTEKS PRINSIP SYARIAH MENGENAI PRODUK PEMBIAYAAN

4 57 134

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH (STUDI DI BANK MUAMALAT CABANG SURAKARTA).

0 1 14

Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi (PHSK) Berdasarkan Akad Musyarakah Mutanaqisah (MMQ) Dihubungkan Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

0 0 10

TINJAUAN YURIDIS PRAKTIK INVESTASI EMAS DI BANK SYARIAH DIKAITKAN DENGAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH.

0 0 1

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGADAAN UNDIAN BERHADIAH OLEH BANK SYARIAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH.

0 0 1

TINJAUAN HUKUM PENGALIHAN UTANG DENGAN AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

0 1 1