Teknik Pengumpulan Data Letter Of Credit Pada Umumnya

2 Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal-jurnal, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian. 3 Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: Studi Kepustakaan Library Research Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder dengan mengkaji ketentuan perundang-undangan, meneliti nash-nash AlQuran,As SunnahAl Hadist dan Ijtihad para ulama yang terkait dengan materi penelitian. Berbagai literatur serta tulisan-tulisan pakar hukum juga akan ditelusuri melalui studi kepustakaan ini.

4. Analisis Data

Seluruh data yang sudah diperoleh dan dikumpulkan selanjutnya akan ditelaah dan dianalisis secara kualitatif, kemudian ditafsirkan secara yuridis, logis, dan sistematis. Pertama, menemukan makna atau konsep-konsep yang terkandung dalam data sekunder. Konseptualisasi ini dilakukan dengan memberikan interpretasi terhadap data-data yang berupa kata-kata dan kalimat-kalimat; kedua, mengelompokkan konsep-konsep yang sejenis atau berkaitan kategorisasi; ketiga, menemukan hubungan diantara pelbagai kategori; keempat, hubungan diantara Universitas Sumatera Utara pelbagai kategori diuraikan dan dijelaskan. Penjelasan dilakukan dengan menggunakan perspektif pemikiran teoritis para sarjana. Setelah data-data diseleksi, kemudian dianalisis secara kualitatif menggunakan metode deduktif. Metode deduktif berpangkal dari prinsip-prinsip dasar, kemudian menghadirkan objek yang diteliti, 73 untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Analisis diuraikan secara deskriptif yang bersifat kualitatif. Hasil dari analisis ini diharapkan mampu memberikan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini. 73 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, hal.42 Universitas Sumatera Utara

BAB II LETTER OF CREDIT BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP SYARIAH

A. Tinjauan Umum Tentang Letter of Credit

1. Letter Of Credit Pada Umumnya

Letter of Credit atau yang biasa disingkat dengan LC bukanlah merupakan suatu perjanjian yang dapat berdiri sendiri. LC lahir dari adanya perjanjian lain, biasanya jual beli barang jarak jauh antara penjual dan pembeli yang belum saling mengenal dengan baik, bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya. Perjanjian atau kontrak inilah yang menjadi dasar lahirnya LC. Menurut C.F.G. Sunaryati Hartono, secara harfiah LC dapat diterjemahkan sebagai Surat Hutang atau Surat Piutang atau Surat Tagihan, tetapi sebenarnya LC lebih merupakan suatu janji akan dilakukannya pembayaran, apabila dan setelah terpenuhinya syarat-syarat tertentu. 74 Sementara, UCP mengatakan bahwa LC adalah janji dari bank penerbit untuk melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumen-dokumen misalnya konosemen, faktur, sertifikat asuransi yang sesuai dengan persyaratan LC. Inti dari pengertian LC menurut UCP ialah bahwa LC merupakan ”janji pembayaran.” Bank penerbit melakukan pembayaran kepada penerima baik 74 Ramlan Ginting, Op.cit, hal.15 Universitas Sumatera Utara langsung ataupun melalui bank lain atas instruksi pemohon yang berjanji membayar kembali kepada bank penerbit. 75 Ketentuan tentang LC diatur dalam Uniform Customs and Practice for Documentary Credit UCP International Chamber of Commerce ICC Pulication No.600 pasal 1 yang berbunyi sebagai berikut: ”The Uniform Customs and Practce for Documentary Credits, 2007 Revision,ICC Publication No.600 UCP are rules that apply to any documentary Credit credit including, to the extent to which they may be applicable, any standby letter of credit when the text of the credit expressli indicates that it is subject to this rules.they are binding on all parties thereto unless expressly modified or excluded by the credit” 76 LC berdasarkan fungsi, terdiri dari 2 dua klasifikasi yaitu LC sebagai alat pembayaran dan LC sebagai alat penjaminan. Sebagai alat pembayaran., LC memberi rasa aman kepada pihak penerima, sedangkan sebagai alat penjamin, LC memberi rasa aman kepada pihak terjamin.LC sebagai alat pembayaran dapat dilaksanakan jika semua dokumen yang telah diminta LC telah dipenuhi penerima, sebaliknya LC sebagai alat penjaminan dapat dilaksanakan jika pelaksanaan kontrak dasar yang dijamin LC tidak dapat dilakukan oleh pihak yang terjamin. 77 Lebih jelas berikut ini diuraikan keuntungan masing-masing pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan LC sebagai berikut: 1. Bagi pembelipembuka LC, dengan menggunakan sarana LC, kepentingannya akan terjamin, karena ia akan memperoleh kepastian dalam 75 Ibid 76 Uniform Customs and practice for Documentary Credit UCP,2007 Revision,ICC Publication No.600 77 Ibid Universitas Sumatera Utara penerimaan barang yang dibelinya sesuai yang dipersyaratkan dalam LC jumlahjenis barangkualitas, waktu pengapalanpenyerahan, harga dan dokumen-dokumen, sepanjang semua persyaratan LC dipenuhi oleh beneficiary. Dengan demikian pembeli benar-benar terjamin kepentingannya karena memiliki hak untuk menolak membayar dan atau menolak untuk menerima barang apabila persyaratan dalam LC tidak dipenuhi. 2. Bagi penjualbeneficiary, dengan menggunakan sarana LC ia akan terjamin kepentingannya, karena ia akan memperoleh kepastian penerimaan pembayaran atas barang yang dijualnya, sepanjang ia dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta dalam LC. 3. Bagi bank pembuka LC opening bank,dengan LC bank akan terjamin keamanannya karena uang telah dan atau akan dibayarkan kepada eksportir melalui korespondennya negotiating bank akan dapat diterima kembali dari pembuka LC pembeli, sepanjang semua persyaratan LC telah dipenuhi. 4. Bagi negotiating bank, dengan LC bank akan terjamin keamanannya karena uang yang telahakan dibayarkan kepada beneficirypenjual akan dapat diterima kembali dari opening bank, sepanjang semua persyaratan LC dipenuhi. 78 78 Tjarsim Adisasmita,Op.cit, hal.32 Universitas Sumatera Utara

2. Independensi LC Terhadap Kontrak Dasar

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pengawasan Bank Indonesia Terhadap perbankan Syariah Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Studi : Kantor Bank Indonesia Medan)

0 36 133

PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008

1 28 72

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH PASCA UNDANG UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH

1 6 100

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRINSIP PRINSIP SYARIAH DALAM UNDANG UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH UNTUK MENCIPTAKAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN YANG BAIK

0 3 9

PENERAPAN UNDANG UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DALAM KONTEKS PRINSIP SYARIAH MENGENAI PRODUK PEMBIAYAAN

4 57 134

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH (STUDI DI BANK MUAMALAT CABANG SURAKARTA).

0 1 14

Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi (PHSK) Berdasarkan Akad Musyarakah Mutanaqisah (MMQ) Dihubungkan Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

0 0 10

TINJAUAN YURIDIS PRAKTIK INVESTASI EMAS DI BANK SYARIAH DIKAITKAN DENGAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH.

0 0 1

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGADAAN UNDIAN BERHADIAH OLEH BANK SYARIAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH.

0 0 1

TINJAUAN HUKUM PENGALIHAN UTANG DENGAN AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

0 1 1