Secara Teoritis Secara Praktis

1. Secara Teoritis

Manfaat penelitian yang bersifat teoritis diharapkan bahwa hasil penelitian dapat menyumbangkan pemikiran di bidang hukum terutama di bidang hukum khususnya yang menyangkut hukum tentang LC.

2. Secara Praktis

Manfaat penelitian secara praktis dapat dijadikan bahan masukan bagi para praktisi bisnis yang menggunakan LC sebagai alat pembayaran. Penelitian ini bermanfaat pula bagi para akademisi dan pihak perbankan syariah untuk lebih mengembangkan LC syariah. Sedangkan untuk mayarakat umum, hasil penelitian ini dapat berguna untuk lebih memperkenalkan konsep-konsep LC yang syar’i.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul “Analisis Hukum Terhadap LC Syariah Berdasarkan Undang-undang No.212008 tentang Perbankan Syariah” yang diketahui berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil penelitian khususnya di Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Ilmu Hukum, belum pernah dilakukan penelitian analisis hukum terhadap LC berbasis syariah dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Universitas Sumatera Utara

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Ketentuan internasional LC dimuat dalam Uniform Customs and Practice for Documentary Credit UCP. 18 UCP mengatur pelaksanaan LC secara internasional tetapi hanya bersifat pengaturan umum. Sebagai model law, keberlakuan UCP adalah berdasarkan kesepakatan para pihak. Oleh karena itu agar ketentuan- ketentuan UCP dapat berlaku, maka dalam LC harus memuat pernyataan tunduk pada UCP terhadap seluruh atau sebagian ketentuan UCP. 19 Pasal 2 UCP 600 memberikan definisi tentang Letter of Credit, yaitu setiap perjanjian, apapun nama dan bentuknya yang tidak dapat dibatalkan sepihak dan merupakan jaminan dari issuing bank untuk membayar atas penyerahan dokumen yang disyaratkan LC. 20 C.F.G. Sunaryati Hartono mengatakan; sebagaimana yang dikutip oleh Ramlan Ginting: 21 “Secara harfiah LC dapat diterjemahkan sebagai surat hutang atau surat piutang atau surat tagihan, tetapi sebenarnya LC lebih merupakan suatu janji akan dilakukannya pembayaran, apabila dan setelah terpenuhinya syarat-syarat tertentu.” 18 UCP 600 telah resmi disetujui oleh Banking Commission Meeting International Chamber of Commerce Paris pada tanggal 25 Oktober 2006 dan berlaku pada tanggal 1 Juli 2007. UCP 600 ini merupakan revisi UCP 500, karena baik UCP 500 maupun UCP 600 mempunyai pengertian yang sama. Tjarsim Adisasmita, Menangani Transaksi Ekspor Berdasarkan Letter of Credit, Jakarta: Puja Almasar Consultant, 2007, hal.23. 19 Ramlan Ginting, Letter of Credit, Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Jakarta: Salemba Empat, 2000, hal.7. 20 Tjarsim Adisasmita, Op.cit, hal.31 21 Ramlan Ginting, Op.cit, hal. 15. Universitas Sumatera Utara LC sebagai suatu perjanjian atau kontrak pembayaran yang terpisah dari kontrak dasarnya. Realisasi LC dilakukan atas dasar penyerahan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan LC, sedangkan realisasi kontrak dasar dilaksanakan berdasarkan pengiriman barang sesuai dengan persyaratan kontrak dasar. 22 Hal ini dijelaskan dalam article 4 UCP 600 sebagai berikut: 23 “A credit by its nature is separate transaction from the sale or other contract on which it may be based. Banks are in no way concerned with or bound by such contract…” Kerangka teori yang akan dipakai dalam penelitian ini, adalah teori-teori tentang akad dalam hukum Islam sesuai dengan judul penelitian ini yang mencoba menganalisis LC berbasis syariah. Dalam perbankan syariah LC merupakan salah satu produk yang diaplikasikan dengan prinsip wakalah pemberian kuasa, 24 oleh karena itu teori-teori tentang wakalah juga akan dikembangkan sebagai landasan teori dalam penelitian ini. Terminologi LC tentu tidak akan dijumpai dalam nash-nash Al qur’an maupun Al Hadist sebagai sumber hukum Islam yang utama, namun konsep-konsep yang menjiwai pembentukan LC Syariah tentunya bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist ditambah dengan pendapat para ulama sebagai hasil ijtihad dan sumber- 22 Ramlan Ginting, Op.cit, hal.8 23 Uniform Customs and Practice for Documentary Credits UCP 600, article 4. 24 Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat ed., Perbankan Syariah Perspektif Praktisi, Jakarta: Muamalat Institute Yayasan Pengembangan Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah, 1999, hal.117. Lebih lengkapnya disebutkan bahwa produk-produk yang dapat diaplikasikan dengan prinsip wakalah adalah: Letter of Credit, berupa LC Impor, Red Clause LC, Diskonto Wesel Expor Ussance LC ke Bank Indonesia, jasa-jasa bank lainnya berupa Clean and Documentary Collection, Money Transfer serta penyelesaian LC settlement LC, yang apabila tidak tersedia dana oleh nasabah dapat dilakukan dengan pembiayaan mudharabah atau musyarakah yang prosesnya sesuai dengan proses pembiayaan yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara sumber hukum Islam lainnya yang terkait dengan perjanjian dan perikatan kontrak. Hukum Islam syariah mempunyai kemampuan untuk ber -evolusi dan berkembang dalam menghadapi soal-soal dunia Islam masa kini. Semangat dan prinsip umum hukum Islam berlaku di masa lampau, masa kini dan akan tetap berlaku dimasa yang akan datang 25 . Pola hukum Islam menyerahkan soal-soal rincian kepada akal manusia dalam berbagai kegiatannya 26 , hal ini memberikan elastisitas pada hukum Islam itu sendiri sehingga hukum Islam selalu up to date dan applicable sepanjang zaman dan dalam setiap permasalahan, termasuk salah satunya adalah LC. Hukum perikatan Islam adalah bagian dari hukum Islam di bidang muamalah yang mengatur perilaku manusia di dalam menjalankan hubungan ekonominya. 27 Menurut H.M. Tahir Azhary, sebagaimana yang dikutip oleh Gemala Dewi,Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, hukum perikatan Islam adalah seperangkat kaidah hukum yang bersumber dari Al Quran, As-Sunnah Al-Hadist, dan Ar-Ra’yu Ijtihad yang mengatur tentang hubungan antara dua orang atau lebih mengenai suatu benda yang dihalalkan menjadi objek suatu transaksi. 28 Dalam bahasa hukum Islam, perikatan atau perjanjian disebut dengan “akad”. Ensiklopedi Hukum Islam mengartikan akad sebagai pertalian ijab 25 Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997, hal.26. 26 Ibid. 27 Gemala Dewi, Wirdyanigsih, Yeni Salma Barlinti, Op.cit, hal.3. 28 Ibid. Universitas Sumatera Utara pernyataan melakukan ikatan, sesuai dengan kehendak syari’at yang berpengaruh pada obyek perikatan. 29 Pencantuman kalimat yang sesuai dengan kehendak syariat maksudnya adalah bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak dianggap sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara’.Sedangkan pencantuman kalimat ”berpengaruh pada obyek perikatan” maksudnya adalah terjadinya pemindahan pemilikan dari suatu pihak yang melakukan ijab kepada pihak lain yang menyatakan kabul 30 Perikatan atau akad adalah salah satu cara untuk memperoleh harta dalam Hukum Islam merupakan cara yang banyak dilakukan sehari-hari dan merupakan cara yang diridhai Allah. 31 Akad atau perikatan merupakan hal yang diatur dalam fiqh muamalat. Ada dua kaidah hukum asal dalam syariah. Kaidah hukum asal muamalat adalah boleh, artinya semua bentuk muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada larangannya. Berbeda dengan kaidah hukum asal ibadah yang melarang semua bentuk peribadatan kecuali ada ketentuannya. 32 29 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqh Muamalat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hal.101. 30 H.M.Hasballah Thaib, Hukum Aqad Kontrak dalam Fiqih Islam dan Praktek di Bank Sistem Syariah, Konsentrasi Hukum Islam, Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005, hal.1. 31 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, hal.11. 32 Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, hal.29. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan kaidah hukum asal muamalat, maka perjanjian LC adalah boleh dalam perspektif syariah, kecuali dalam pelaksanaannya mengandung hal-hal yang dilarang oleh syariah, misalnya mengandung unsur riba. Lebih jauh akan dipaparkan beberapa kaidah pokok yang harus dipegang dalam fiqh Islam yang akan menjadi pedoman umum bagi teori, konsep dan praktek ekonomi Islam: 1. Pada dasarnya setiap bentuk muamalat adalah dibolehkan kecuali terdapat larangan dalam Al Quran atau Sunnah. 2. Hanya Allah lah yang berhak mengharamkan atau menghalalkan suatu hal. manusia hanya memiliki hak untuk berijtihad, yaitu menafsirkan atas apa yang dijelaskan oleh Al Quran dan Sunnah. 3. Sesuatu yang bersifat najis dan merusak harkat manusia dan lingkungan adalah haram. 4. Sesuatu yang menyebabkan kepada yang haram adalah haram. 5. Tujuan atau niat baik tidak dapat membuat yang haram menjadi halal. 6. Halal dan haram adalah berlaku bagi siapapun yang muslim, berakal dan merdeka. 7. Keharusan dalam menentukan skala prioritas dalam pengambilan keputusan, yaitu: a menghindari kerusakan lebih diutamakan daripada mencari kebaikan, b kepentingan sosial dan luas diutamakan daripada kepentingan individu yang sempit, Universitas Sumatera Utara c manfaat kecil dapat dikorbankan untuk mendapat manfaat yang lebih besar, d bahaya kecil dapat dikorbankan untuk menghindari bahaya yang lebih besar. 33 Al Quran dan Sunnah dengan tegas menguraikan prinsip dasar hukum kontrak atau akad Islam. Prinsip yang pertama adalah bahwa harta merupakan ciptaan dan pemberian Allah, bedanya dengan konsep harta yang sekularistik, yang menganggap harta merupakan nilai yang ditetapkan dan ditetapkan ulang sesuai kebutuhan untuk memanfaatkan kegunaannya. Prinsip yang kedua adalah, kontrak merupakan cara yang bermoral dan absah untuk mendapatkan kekayaan. 34 Adapun rukun akad menurut jumhur mayoritas fuqoha, rukun akad terdiri dari: 1. Pernyataan untuk mengikatkan diri sighah al aqad. 2. Pihak-pihak yang berakad. 3. Obyek akad. 35 Setiap akad memiliki syarat-syarat khusus. Tetapi secara umum ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suatu akad. Para ulama fiqih menetapkan syarat-syarat umum tersebut sebagai berikut: 36 33 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam P3EI Universitas Islam Indonesia Yogyakarta atas kerjasama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hal.35. 34 Frank E. Vogel dan Samuel L. Hayes,III, Hukum Keuangan Islam: Konsep, Teori dan Praktik, di alih bahasakan oleh M. Sobirin Asnawi, Siwi Purwandari dan Waluyati Handayani, Bandung: Nusamedia, 2007, hal. 87-88. 35 Ulama mazhab Hanafi berpendapat, bahwa rukun akad itu hanya satu yaitu sighah al- aqad, sedangkan pihak-pihak yang berakad dan objek akad tidak termasuk rukun akad, tetapi syarat akad. M. Ali Hasan, Op.cit, hal.103. 36 H.M. Hasballah Thaib, Op.cit, hal 8-9. Universitas Sumatera Utara 1. Pihak-pihak yang melakukan akad telah dipandang mampu bertindak menurut hukum mukallaf. 37 2. Obyek akad harus diakui oleh syara’. Untuk itu obyek akad ini harus memenuhi syarat: berbentuk harta, dimiliki seseorang, dan bernilai harta menurut syara’. Para ulama fiqih menetapkan bahwa akad yang telah memenuhi rukun dan syarat, mempunyai kekuatan hukum yang mengikat terhadap pihak-pihak yang melakukan akad. 38 Mengenai hal ini Allah SWT telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu…”QS.Al Maidah:1 Dapat juga dilihat pada Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: “Perjanjian dapat dilakukan diantara kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslim terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalakan yang haram.” Syariah Islam sangat menjunjung asas kebebasan berkontrak sebagaimana dapat dilihat dari kaidah usul fiqih yang menyatakan pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Oleh karena itu, seorang muslim bebas untuk mengadakan berbagai macam akad dengan segala inovasinya sepanjang tidak ada mengandung unsur atau hal-hal yang diharamkan oleh Al Quran dan atau Sunnah. 37 Berdasarkan ketentuan ini akad yang dilakukan oleh anak kecil yang belum mumayyiz atau dilakukan oleh orang yang kurang waras secara langsung hukumnya tidak sah kecuali dilakukan oleh wali mereka dan mendatangkan manfaat bagi mereka. Ibid. 38 M. Ali Hasan, Op.cit, hal.108. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian syariah Islam menganut asas kebebasan berkontrak dengan batasan-batasan tertentu. Di antara beberapa transaksi yang dilarang dalam Islam adalah Israf dan tabzir menafkahkan hartanya untuk berbagai hal yang diharamkan oleh Allah seperti digunakan untuk menyuap, taraf berfoya-foya dengan jalan menyalahgunakan nikmat dan taqtir tidak mau memberikan hartanya untuk keperluan yang hak seperti enggan membayar zakat. 39 Sebagaimana telah dikemukakan bahwa LC adalah salah satu produk perbankan syariah yang merupakan aplikasi dari akad wakalah. Ensiklopedi hukum Islam menjelaskan pengertian wakalah, yaitu perwakilan yang bertindak untuk dan atas nama orang yang diwakilinya. Dalam fiqih Islam wakalah merupakan salah satu bentuk transaksi dalam rangka tolong menolong antarpribadi dalam masalah perdata dan pidana. 40 Pengertian wakalah menurut Persepakatan Ulama dalam Hukum Islam adalah mewakilkan seseorang atas wewenangnya dalam hal yang dibolehkan untuk diwakilkan, seperti dalam jual beli dan lain-lainnya. 41 Secara etimologi wakalah berasal dari kata “wakalah” yang berarti menjaga. Seperti dalam firman Allah: “waqaalu hasbunallahu wani’mal wakiil” artinya Maha Suci Allah Dialah yang memberikan segala nikmat dan Allah adalah sebaik-baik 39 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hal.136. 40 Abdul Azis Dahlan, et.al., ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, hal.1911. 41 Persepakatan Ulama dalam Hukum Islam , Ensiklopedi Ijmak , dialih bahasakan oleh Sahal Mahfudz, Mustafa Bisri, Jakarta: Pustaka Firdaus kerjasama dengan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat P3M, 1987, hal.102. Universitas Sumatera Utara wakil QS. Ali Imran 3: 173. Kata wakil disini berarti Al Hafizh, “Yang Menjaga”. Juga dalam firman Allah: “Laa ilaa ha illa huwa fat takhidzuhu wakila” QS. Al Muzammil 73: 9. 42 Hukum wakalah adalah jaiz dan masyru’ disyariatkan. 43 Dengan demikian akad al wakalah dibolehkan dalam Islam. Landasan hukum dari pemberian fasilitas di Bank Syariah dalam bentuk wakalah seperti dalam pembukaan L C adalah: 1. Al Quran Surat Al Kahfi 18 : 19 yang artinya: “…maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini,…” Surat An Nisa 4: 35 yang artinya: “…Maka jikalau kamu kuatirkan ada persengketaan antara keduanya maka kirimkanlah seorang juru damai, dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan.” 2. Hadist Banyak hadist yang mengandung hukum perwakilan diantaranya sebagai berikut: Dikabarkan Rasulullah SAW telah mengutus Assaah untuk mengumpulkan zakat, Urwah Bin Umayah untuk menjadi wali dalam pernikahan beliau dengan Ummu Habibah Binti Abi Sofyan, Abu Rafi’i dalam menerima pernikahan Maimunaah Binti Haris HR.Malik, Syafi’i, Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Hibban dan 42 HM. Hasballah Thaib, Op.cit., hal.91. 43 Abu Bakar Jabir El-Jazairi, Pola Hidup Muslim Minhajul Muslim Muamalah, dialihbahasakan oleh Rachmat Djatnika dan Ahmad Sumpeno, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1991, hal.782. Universitas Sumatera Utara diriwayatkan Rasulullah telah mengangkat Hakim Bin Hajam dikala membeli ternak kurban HR. Abu Dawud dan At Tirmizi. 44 Rukun wakalah menurut jumhur ulama ada empat, yaitu yang mewakilkan, wakil, hal yang diwakilkan, dan sigah lafal wakil. 45 Sedangkan syarat yang harus dipenuhi oleh suatu akad wakalah adalah: 1. Orang yang mewakilkan muwakkil, pen disyaratkan a telah cakap bertindak hukum, yaitu telah balig dan berakal sehat, baik laki- laki maupun perempuan, b boleh tidak berada ditempat maupun berada di tempat, c boleh dalam keadaan sakit maupun dalam keadaan sehat 46 ; 2. Wakil disyaratkan: a cakap bertindak hukum untuk dirinya dan orang lain serta memiliki pengetahuan yang memadai tentang masalah yang diwakilkan kepadanya, b wakil ditunjuk secara langsung oleh orang yang mewakilkan dan penunjukannya harus tegas sehingga benar-benar tertuju kepada wakil yang dimaksud, c syarat bahwa wakil harus secara tegas dan serius menjalankan tugasnya 47 . Menurut HM. Hasballah Thaib, syarat wakalah adalah pemberian kuasa dari muwakkil kepada wakil dicantumkan dalam akad, dan kedua-duanya cakap hukum. 44 HM.Hasballah Thaib, Op.cit, hal. 92. 45 Abdul Azis Dahlan, et.al., Loc.cit. 46 Ibid. 47 Ibid. Universitas Sumatera Utara Wakil yang ditunjuk tidak ada hubungan darah langsung dengan mitra pihak muwakkil. Kelalaian wakil dalam menjalankan kuasa dari muwakkil menjadi tanggung jawab wakil. Tetapi apabila kegagalan tersebut disebabkan forcemajeur, menjadi tanggung jawab muwakkil. Apabila wakil yang ditunjuk ada beberapa orang maka masing-masing wakil tidak dibenarkan bertindak sendiri sebelum bermusyawarah dengan wakil yang lain, kecuali dengan seizin muwakkil. 48 3. Hal yang diwakilkan disyaratkan: a bukan sesuatu yang mubah boleh dilakukan oleh setiap orang atau dengan kata lain yang menjadi objek perwakilan bukan milik umum, b merupakan milik sah dari orang yang mewakilkan, c memiliki identitasyang jelas, d bukan berbentuk utang kepada orang lain seperti pernyataan:”saya tunjuk engkau sebagai wakil saya untuk meminjam uang kepada Ahmad.” Jika hal ini terjadi maka utang itu merupakan utang wakil, e merupakan sesuatu yang dibolehkan menurut syarak. Apabila objek perwakilan adalah sesuatu yang diharamkan maka perwakilan tersebut tidak sah. 49 4. Keuntungan wakil, disyaratkan: 50 a tidak merugikan pemberi kuasa dan mitra pemberi kuasa, 48 HM. Hasballah Thaib, Op.cit, hal.94-95. 49 Abdul Azis Dahlan, et.al., Loc.cit. 50 HM. Hasballah Thaib, Op.cit, hal.96. Universitas Sumatera Utara b wakil berhak mendapatkan upah fee berdasarkan kesepakatan bersama yang didasarkan pada ‘urf kebiasaan. Akibat hukum wakalah dalam hal jual beli, menurut ulama fikih dibedakan antara perwakilan mutlak dan perwakilan secara terbatas. Dalam perwakilan secara mutlak maka wakil bebas melakukan segala tindakan dalam jual beli yang diwakilkan itu. Sedangkan dalam perwakilan terbatas, tindakan wakil hanya terbatas pada hal-hal yang telah ditentukan oleh muwakkil dan tidak boleh bertindak melampaui batas- batas tersebut. 51 Kebijakan-kebijakan wakalah menurut Persepakatan Ulama dalam Hukum Islam adalah: 1. Wakalah dapat ditetapkan berdasarkan setiap perkataan yang menunjukkan adanya izin. Dalam hal wakil mewakilkan itu, tidak disyaratkan bentuk ungkapan khusus. 2. Perwakilan itu sah dalam segala hak perdata seperti dalam hal jual beli, nikah- ruju’, fasakh, cerai dan khulu’, begitu pula perwakilan sah dalam hal menunaikan hak-hak Allah yang memang boleh diwakilkan seperti memberikan zakat, haji atau umrahnya orang yang telah meninggal atau orang yang lemah. 3. Perwakilan sah bila dilakukan dalam penerapan hudud dan dalam pemenuhannya. 4. Perwakilan itu tidak boleh dalam hal bertaqarrub kepada Allah. 51 Abdul Azis Dahlan, et.al. ed, Loc.cit. Universitas Sumatera Utara 5. Perwakilan itu batal dengan adanya fasakh pembatalan dari salah seorang yang menjadi wakil, atau yang mewakilkan, atau salah satu pihak meninggal dunia, gila, atau muwakkil mencabut perwakilan terhadap wakil. 6. Wakil dilarang untuk membeli atau menjual barang yang serupa dengan objek yang diwakilkan dari dan kepada orang-orang yang masih dalam ikatan kekerabatan. 7. Wakil tidak bertanggungjawab atas kerusakan atau kehilangan barang yang diwakilkan kepadanya kecuali dia yang merusaknya. 8. Perwakilan mutlak adalah sah, maka seseorang boleh mewakilkan segala urusan perdata dan wakil dapat melakukan apa saja yang termasuk hak-hak perdata orang yang diwakilinya. 9. Apabila wakil membeli atau menjual barang tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan muwakkil kepadanya, membeli barang yang cacat, atau membeli dengan maksud menipu , maka muwakkil berhak menolaknya. 10. Perwakilan itu sah dengan pemberian upah dan ketentuan batas kerja yang dijelaskan oleh pihak yang mewakilkan. 52 Menurut Sayid Sabiq sebagaimana yang dikutip oleh Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi k. Lubis, wakalah berakhir dengan sendirinya apabila terjadi hal-hal sebagai berikut: 52 Persepakatan Ulama dalam Hukum Islam, Op.cit, hal.103-105. Universitas Sumatera Utara 1. Pemberi atau penerima kuasa meninggal dunia, atau menjadi tidak waras, sebab dengan terjadinya kematian dan ketidakwarasan berarti syarat syahnya perjanjian kuasa tidak terpenuhi. 2. Dihentikannya pekerjaan dimaksud, yang berarti secara otomatis pemberian kuasa tidak bermanfaat lagi. 3. Pencabutan kuasa oleh orang yang memberikan kuasa. 4. Penerima kuasa memutuskan sendiri. 5. Orang yang memberikan kuasa keluar dari status kepemilikan. 53 Dalam konteks LC, maka berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 34 tentang LC Impor Syariah, akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan LC impor adalah: 1. Wakalah bil Ujrah; 2. Wakalah bil Ujrah dengan Qardh; 3. Murabahah; 4. Salam atau Istishna dan Murabahah; 5. Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah 6. Musyarakah; dan 7. Wakalah bil Ujrah dan Hawalah. 53 Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1994, hal. 25. Universitas Sumatera Utara Sedangkan akad yang dapat digunakan untuk pembiayaan LC ekspor berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.35 tentang LC Ekspor Syariah adalah: 1. Wakalah bil Ujrah; 2. Wakalah bil Ujrah dan Qardh; 3. Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah; 4. Musyarakah; 5. Bai’ dan Wakalah. Aplikasi wakalah dalam pembukaan LC adalah sebagai berikut: 1. Nasabah memberi tahu bank kebutuhan membuka LC dan meminta bank untuk menyediakan fasilitas tersebut. 2. Bank meminta nasabah untuk menempatkan dana di bank dalam jumlah yang cukup atas dasar prinsip al wadiah dalam giro. 3. Bank membuka LC dan membayar kepada bank koresponden dengan mempergunakan uang nasabah yang didepositokan dan menyerahkan dokumen terkait kepada nasabah. 4. Bank menarik fee dan komisi kepada nasabah atas penggunaan fasilitas pembukaan LC. 54 54 Karnaen Perwataatmadja, H. Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Pt. Dana Bhakti Prima Yasa, 1992, hal.42-43. Universitas Sumatera Utara

2. Kerangka Konsepsi

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pengawasan Bank Indonesia Terhadap perbankan Syariah Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Studi : Kantor Bank Indonesia Medan)

0 36 133

PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008

1 28 72

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH PASCA UNDANG UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH

1 6 100

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRINSIP PRINSIP SYARIAH DALAM UNDANG UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH UNTUK MENCIPTAKAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN YANG BAIK

0 3 9

PENERAPAN UNDANG UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DALAM KONTEKS PRINSIP SYARIAH MENGENAI PRODUK PEMBIAYAAN

4 57 134

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH (STUDI DI BANK MUAMALAT CABANG SURAKARTA).

0 1 14

Pembiayaan Hunian Syariah Kongsi (PHSK) Berdasarkan Akad Musyarakah Mutanaqisah (MMQ) Dihubungkan Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

0 0 10

TINJAUAN YURIDIS PRAKTIK INVESTASI EMAS DI BANK SYARIAH DIKAITKAN DENGAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH.

0 0 1

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGADAAN UNDIAN BERHADIAH OLEH BANK SYARIAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH.

0 0 1

TINJAUAN HUKUM PENGALIHAN UTANG DENGAN AKAD MURABAHAH DI BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

0 1 1