5.2.1. Sosial Ekonomi 1. Pendapatan
TABEL 14 PERBANDINGAN PENGELUARAN DALAM SEKALI
MUSIM TANAM Rante No.
Pengeluaran Rp Petani Organik
per rante Petani Anorganik
per rante F
F
1. ≤300.000
3 30
2 20
2. 300.000 -
≤400.000 5
50 4
40 3.
400.000 – ≤500.000
2 20
4 40
4. 500.000
- -
- -
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner, 2010. Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengeluaran petani
dalam mengolah lahannya. Dalam tabel terlihat bahwa pengeluaran dalam sekali musim tanam, petani anorganik yang mempunyai lebih banyak pengeluaran
dibandingkan petani organik. Hal ini disebabkan karena dalam pertanian organik, pupuk yang digunakan kebanyakan adalah pupuk yang diolah petani sendiri.
Misalnya, menggunakan kotoran ternak atau tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan dan dijadikan sebagai kompos, dan sebagai pencegah hama digunakan insektisida hayati
yang dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan juga, yaitu daun sirih, tembakau, dan akar
Universitas Sumatera Utara
pinang muda yang digiling dan airnya disemprotkan ke tanaman. Ada juga petani organik yang membeli kompos, karena tidak mempunyai ternak untuk diambil
kotorannya sebagai pupuk. Responden petani organik yang mengeluarkan biaya Rp300.000 -
≤400.000 ada 5 rumah tangga, sedangkan petani anorganik ada 4 rumah tangga. Terlihat bahwa
biaya yang dikeluarkan petani organik lebih banyak. Hal ini disebabkan karena petani organik mengeluarkan biaya untuk upah tenaga kerja. Responden petani organik yang
mengeluarkan biaya Rp.400.000 – ≤500.000 ada 2 rumah tangga, petani anorganik
ada 4 rumah tangga. Perbedaan pengeluaran tersebut disebabkan biaya transportasi ke pasar. Biasanya, padi organik langsung di jemput ke rumah petani sedangkan padi
anorganik membutuhkan biaya untuk transportasi ke pasar. Pengeluaran untuk usaha tani tersebut meliputi biaya tenaga kerja, pupuk, biaya
transportasi ke pasar, bibit, pestisida dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 15 PERBANDINGAN PENGHASILAN RATA-RATA PER BULAN DARI HASIL
USAHA TANI PADI SAWAH Rante No.
Penghasilan Rp
Petani Organik Petani Anorganik
F f
1. ≤300.000
5 50
5 50
2. 300.000 -
≤400.000 4
40 5
50 3.
400.000 - ≤500.000
1 10
- -
4. 500.000
- -
- -
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner, 2010. Pada tabel 15 dapat disimpulkan bahwa penghasilan petani organik dan petani
anorganik tidak terlalu berbeda. Kebanyakan petani organik membeli juga komposkotoran ternak, hal ini disebabkan karena petani tidak mempunyai hewan
ternak untuk diambil kotorannya. Ada 1 responden petani organik yang mempunyai penghasilan Rp.400.000 -
≤500.000 dari hasil usaha tani padi sawah. Petani organik tersebut mengatakan hal ini disebabkan karena petani tidak mengeluarkan biaya lagi untuk membeli pupuk dan
biaya transportasi. Petani hanya mengeluarkan biaya membeli bibit dan untuk upah tenaga kerja.
Pendapatan tersebut diperoleh melalui penjualan hasil usaha tani responden. Pendapatan ini diperkirakan rata-rata per bulan walaupun panen tidak sekali sebulan.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan tersebut sudah dikurangi biaya input pupuk, tenaga kerjatraktor, bibit, biaya transportasi, pestisida dan lain-lain.
TABEL 16 PERBANDINGAN RESPONDEN YANG MEMPUNYAI PEKERJAAN
SAMPINGAN DI LUAR USAHA TANI No.
Mempunyai Pekerjaan sampingan
di luar usaha tani Petani Organik
Petani Anorganik F
f
1. Ya
9 90
10 100
2. Tidak
1 10
- -
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner, 2010. Pada tabel 16 terlihat bahwa hampir semua responden mempunyai pekerjaan
sampingan di luar sebagai petani padi sawah. Hanya 1 petani yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan. Hal ini disebabkan karena responden sudah terlalu tua untuk
bekerja lagi. Di lain sisi, tidak ada lagi anak yang akan dibiayai karena semua anaknya sudah merantau. Menurut responden, dengan hasil tanaman padi sawah saja
sudah cukup untuk biaya hidupnya sehari-hari. Responden hanya tinggal dengan istrinya. Tanaman padi sawah responden juga biasanya dikerjakan oleh buruh tani
harian.
Universitas Sumatera Utara
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di luar petani padi sawah. Responden petani organik, tukang ojek ada 4 rumah tangga, beternak ayam ada 2
rumah tangga, usaha warung kelontong ada 1 rumah tangga, PNS ada 1 rumah tangga, dan sebagai pembuat batu bata ada 2 rumah tangga. Sedangkan responden
petani anorganik, sebagai tukang ojek ada 3 rumah tangga, pembuat batu bata ada 2 rumah tangga, beternak ayam dan kerbau ada 1 rumah tangga, pedagang sayuran ada
2 rumah tangga dan buruh tani harian ada 1 rumah tangga.
TABEL 17 PERBANDINGAN PENGHASILAN RESPONDEN RATA-RATA PER BULAN
DI LUAR PETANI PADI SAWAH No.
Penghasilan Rp Petani Organik
Petani Anorganik F
F
1. ≤300.000
4 40
1 10
2. 300.000 – 400.000
2 20
5 50
3. 400.000 – 500.000
3 30
4 40
4. 500.000
1 10
- -
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner 2010 Pada tabel 17, penghasilan petani dari usaha sampingan mereka berbeda – beda.
Responden petani organik yang mempunyai penghasilan Rp.300.000 – Rp. 400.000 ada 2 rumah tangga. Pekerjaan sampingan petani tersebut adalah sebagai tukang ojek
Universitas Sumatera Utara
dan pembuat batu bata. Petani anorganik yang mempunyai penghasilan Rp.3000.000 – Rp.400.000 ada 5 rumah tangga. Pekerjaan sampingan mereka adalah beternak
hewan, seperti ayam dan kerbau 2 rumah tangga, membuka usaha warung kelontong 1 rumah tangga, pembuat batu bata 2 rumah tangga. Responden petani organik ada 1
rumah tangga yang mempunyai penghasilan di luar usaha tani diatas Rp. 500.000, yaitu mereka yang bekerja juga sebagai PNS di kantor Kepala Desa.
TABEL 18 PERBANDINGAN PENGELUARAN RESPONDEN RATA-RATA
PER BULAN No.
Pengeluaran Rp
Petani Organik Petani Anorganik
F F
1. ≤400.000
1 10
- -
2. 400.000 – 500.000
2 20
3 30
3. 500.000 – 600.000
4 40
4 40
4. Di atas 600.000
3 30
3 30
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner, 2010. Responden yang pengeluarannya
≤Rp.400.000 adalah responden yang mempunyai anak hanya 1 orang. Responden yang mempunyai pengeluaran di atas
Rp. 600.000 adalah responden yang menunjukkan bahwa rumah tangga tersebut mempunyai anak yang bersekolah di tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi, juga
Universitas Sumatera Utara
responden yang mempunyai anak lebih dari 5 orang, sehingga biaya pengeluaran bulanan petanipun semakin bertambah.
2. Pangan TABEL 19
PERBANDINGAN KUALITAS DAN KUANTITAS PANGAN SETIAP HARINYA DALAM SEBULAN
No .
J M
Perbandingan Kualitas dan Kuantitas Pangan Petani Organik
Petani Anorganik
Sering Kadan
g Jarang
tidak pernah
Jumlah Sering
kadan g
jarang Tidak
perna h
Jumlah
F F F F
f F
f f f f
1.
N
1 10
- -
- -
- -
1 10
1 10
- -
- -
- -
1 10
2. T
3 30
6 60
1 10
- -
1 10
- -
5 50
5 50
- -
1 10
3. S
5 50
4 40
1 10
- -
1 10
6 60
3 30
1 10
- -
1 10
4. I
1 10
- -
- -
- -
1 10
1 10
- -
- -
- -
1 10
5.
D
- -
5 50
5 50
- -
1 10
- -
5 50
4 40
1 10
1 10
6.
B
- -
2 20
7 70
1 10
1 10
- -
4 40
5 50
1 10
1 10
Sumber : Kuesioner, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : JM : Jenis Makanan
N : Nasi
T : TempeTahuTelor
S : Sayur
I : Ikan
D : Daging
B : Buah-buahan
Data pada tabel 19 menunjukkan kualitas dan kuantitas pangan responden petani organik dan petani anorganik. Kebutuhan akan nasi sudah terpenuhi dengan
baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel di atas dimana 10 rumah tangga 100 petani anorganik dan 10 rumah tangga 100 petani anorganik dapat mengkonsumsi nasi
setiap harinya. Beras yang dikonsumsi ada hasil pertanian sendiri. Jenis makanan TahuTelorTempe termasuk sering dikonsumsi responden.
Menurut responden, jenis makanan tahu, temped an telor adalah jenis makanan yang harganya terjangkau dan mudah di dapat di warung – warung. Biasanya jenis
makanan tahu, temped an telor dikonsumsi responden sebagai sarapan pagi mereka. Dari tabel terlihat bahwa hampir semua responden petani mengkonsumsi sayur
–sayuran setiap hari. Menurut responden harga sayur-sayuran tidak terlalu mahal sehingga dapat dikonsumsi setiap hari. Sayuran yang biasanya mereka konsumsi
adalah sayuran yang ditanam sendiri, ada juga yang membelinya di warung – warung terdekat.
Responden petani organik dan petani anorganik termasuk sering mengkonsumsi ikan, terlihat dari tabel yang menunjukkan bahwa 10 rumah tangga 100 responden
petani organik dan 10 rumah tangga 100 responden petani anorganik sering mengkonsumsi ikan. Ikan yang mereka konsumsi biasanya dari hasil tangkapan
Universitas Sumatera Utara
mereka sendiri dari Pantai yang dekat dari desa, yaitu Pantai Kelang yang jaraknya kurang lebih 2 km dari perumahan penduduk. Ada juga yang membelinya dari pasar.
Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pangan responden sudah terpenuhi cukup baik. Terlihat dari pemenuhan kebutuhan pangan mereka, ikan, nasi dan sayur
dikonsumsi setiap hari. Responden petani organik maupun responden petani anorganik tidak ada yang mengatakan sering mengkonsumsi daging dan buah-
buahan. Kata tidak pernah disini diartikan bukanlah sebuah rumah tangga tersebut tidak
pernah mengkonsumsi buah-buahan, melainkan maksudnya disini adalah tidak adanya anggaran rutin untuk membeli buah-buahan dalam setiap bulannya.
Jenis makanan yang ideal adalah yang banyak mengandung unsur pembangun seperti protein, air dan mineral, unsur pengatur seperti vitamin-vitamin dan mineral,
serta yang mengandung unsur pemberi tenaga, seperti lemak, karbohidrat dan protein. Unsur-unsur tersebut terdapat di dalam makanan yang disebut empat sehat lima
sempurna, yaitu nasi, ikan dan daging, sayur-sayuran, buah-buahan, serta susu. Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi terpenuhinya unsur-unsur tersebut.
karena apabila tingkat sosial ekonomi responden semakin tinggi, maka akan dapat memenuhi segala kebutuhan pangan responden.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 20 PERBANDINGAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN
No. Kebutuhan Pangan Petani Organik
Petani Anorganik F
f
1. Terpenuhi
7 70
6 60
2. Tidak terpenuhi
3 30
4 40
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner, 2010. Dalam tabel 20 terlihat bahwa pemenuhan kebutuhan pangan responden sudah
terpenuhi cukup baik. Ada 3 responden petani organik dan 4 responden petani anorganik yang mengatakan kebutuhan makanan mereka belum terpenuhi dengan
baik. Jarang mengkonsumsi daging dan buah-buahan menurut responden belum dapat dikatakan bahwa kebutuhan pangan mereka sudah terpenuhi dengan baik.
Pada tabel 20 dapat dilihat bahwa indikasi tingkat pemenuhan kebutuhan pangan oleh responden petani organik dan responden petani anorganik perbedaannya
hanya sedikit. Menurut sebagian besar responden, kebutuhan pangan mereka sudah terpenuhi dengan baik, dimana nasi, ikan dan sayur adalah makanan mereka hampir
setiap hari, walaupun mereka jarang mengkonsumsi daging dan buah-buahan. Daging dan buah-buahan harganya cukup mahal, itu sebabnya responden jarang
mengkonsumsi makanan tersebut. Di lain sisi, tidak adanya anggaran biaya untuk membeli daging dan buah – buahan.
Universitas Sumatera Utara
3. Sandang TABEL 21
PERBANDINGAN KUANTITAS MEMBELI SANDANG DALAM SETAHUN
No .
Jenis Pakaia
n Perbandingan kuantitas membeli sandang dalam setahun
4xthn 2xthn
1xth n
Tidak Jumlah
4xth n
2xth n
1xth n
Tidak Jumlah
F F
f f
F f
f f
F f
1. Pakaian
Harian
- -
6 6
4 4
- -
1 10
1 1
5 5
4 4
- -
1 10
2. Pakaian
Resmi
- -
1 1
8 8
1 1
1 10
- -
2 2
6 6
2 2
1 10
Sumber : Kuesioner, 2010. Dari tabel 21 terlihat bahwa rata – rata responden membeli pakaian harian 2 kali
setahun. Biasanya untuk dipakai sehari-hari atau pakaian untuk bepergian. Membeli pakaian resmi rata-rata 1 kali dalam setahun. Pakaian tersebut biasanya dipakai
sewaktu ada acara ataupun sewaktu perayaan hari besar agama mereka, seperti perayaan Idul Fitri. Hampir semua responden hanya membeli baju resmi pada
perayaan hari besar agama mereka. Ada 1 orang petani anorganik yang mengatakan membeli pakaian harian
sebanyak 4 kali dalam setahun. Hal ini disebabkan karena responden tersebut selalu menjadi penyanyi di acara pesta yang diadakan oleh warga desa. Misalnya dalam
acara pesta pernikahan warga desa, biasanya responden tersebut yang sering menjadi
Universitas Sumatera Utara
penyanyi dalam pesta. Hal ini yang menyebabkan responden selalu membeli pakaian 4 kali setahun.
Disini, kata tidak pernah diartikan bahwa responden petani tidak mempunyai anggaran khusus untuk membeli pakaian sehari-hari maupun pakaian resmi.
TABEL 22 PERBANDINGAN TINGKAT PEMENUHAN
KEBUTUHAN SANDANG No.
Kebutuhan Sandang
Petani Organik Petani Anorganik
F F
1. Terpenuhi
7 70
6 60
2. Tidak terpenuhi
3 30
4 40
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner. 2010. Dalam tabel 22 terlihat bahwa hampir semua responden mengatakan kebutuhan
sandang mereka sudah terpenuhi cukup baik. Ada 7 rumah tangga responden yang mengatakan kebutuhan sandang mereka belum terpenuhi dengan baik. Menurut
responden yang mengatakan sandang mereka belum terpenuhi karena mereka hanya membeli pakaian baru sekali setahun saja. Menurut responden hal itu belum terpenuhi
dengan cukup baik. Responden tidak mempunyai anggaran khusus untuk membeli pakaian, bila ada rejeki berlebih maka responden bisa membeli pakaian.
Universitas Sumatera Utara
4. Perumahan TABEL 23
PERBANDINGAN STATUS KEPEMILIKAN RUMAH No.
Status Rumah Petani Organik
Petani Anorganik F
F
1. Milik sendiri
4 40
5 50
2. Warisan
5 50
3 30
3. Kontrak
1 10
2 20
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner. 2010. Pada tabel 23 menunjukkan bahwa status kepemilikan rumah responden yang
mengontrak ada 3 rumah tangga. Menurut responden, mereka mengontrak rumah karena mereka tidak mempunyai cukup uang untuk membeli rumah sendiri.
Umumnya biaya konrak rumah di desa Lubuk Bayas ± Rp.2.000.000,00 per tahun. Ukuran rumah tersebut tidak terlalu luas, kira – kira berukuran 5 x 8 meter, jenis
bahan bangunannya terbuat dari papankayu dan semi permanen. Menurut hasil wawancara, sebagian besar responden petani organik dan petani
anorganik bisa memiliki rumah sendiri dengan membeli tanah terlebih dahulu. Responden sendirilah yang mendirikan bangunan rumah mereka. Menurut responden
rumah yang langsung jadi harganya cukup mahal. Kebanyakan perumahan yang mereka bangun juga adalah semi permanen. Banyak juga petani yang mempunyai
rumah dari warisan orang tuanya. Hal itu terjadi jika orang tuanya meninggal dunia.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 24 PERBANDINGAN JENIS BAHAN BANGUNAN RUMAH
No. Bahan Bangunan
Petani Organik Petani Anorganik
F F
1. Permanen
2 20
1 10
2. Semi permanen
5 50
4 40
3. Papankayu
3 30
5 50
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner, 2010. Tabel 24 terlihat bahwa hanya 3 responden petani organik dan petani anorganik
yang mempunyai rumah permanen. Hal ini didukung pekerjaan sampingan responden, seperti responden petani organik yang bekerja sebagai PNS dan
memelihara hewan ternak seperti kerbau, ayam dan warisan dari orang tua responden. Banyak juga responden yang masih mempunyai rumah yang terbuat dari
papankayu. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, mereka mengatakan bahwa mereka tidak mampu memperbaiki rumahnya karena tidak adanya biaya. Di
sisi lain, ada juga yang ingin mempertahankan bentuk rumahnya yang terbuat dari papankayu dan biasanya penghuninya adalah responden yang usianya sudah tua.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 25 PERBANDINGAN SUMBER AIR BERSIH
No. Sumber Air Bersih Petani Organik
Petani Anorganik F
F
1. Pompa air
- -
1 10
2. Sumur
9 90
8 80
3. Mata airsungai
1 10
1 10
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner, 2010. Dalam tabel 25, rata – rata responden memperoleh air bersih dari sumur. Alasan
responden rata-rata menggunakan sumur sebagai sumber air bersih. Karena menurut mereka untuk membuat pompa air biayanya lebih mahal dan air sungaimata air jauh
dari tempat mereka tinggal. Menurut responden kegiatan di pagi hari akan terganggu karena harus mengambil air di tempat yang cukup jauh untuk memasak. Ada 2
responden yang memperoleh air bersih dari mata airsungai. Hal ini disebabkan karena responden tidak mempunyai lahan lagi untuk membuat sumur. Di sisi lain,
sungaimata air itu tidak terlalu jauh dari rumah responden tersebut, sehingga responden bisa dengan mudah memperoleh air bersih.
Ada 1 responden yang memperoleh air bersih dari pompa air. Responden tersebut tinggal bersama istrinya dan sudah berusia 56 tahun. Anak-anak mereka
sudah merantau. Responden tersebut tidak sanggup mengambil air dari sumur karena usia, sehingga responden menggunakan pompa air untuk memperoleh air bersih.
Universitas Sumatera Utara
PERBANDINGAN JENIS PENERANGAN
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, responden petani organik dan petani anorganik semuanya 100 menggunakan listrik sebagai alat penerangan di
rumah mereka. Tidak ada responden yang menggunakan penerangan dengan menggunakan petromak. Disini terlihat bahwa listrik sudah lama masuk ke desa
tersebut dan semua warga desa sudah menggunakan listrik sebagai alat penerangan.
5. Kesehatan TABEL 26
PERBANDINGAN KEMAPUAN RESPONDEN UNTUK BEROBAT
No. Kemapuan
responden untuk berobat
Petani organik Petani Anorganik
F F
1. Mampu
6 60
7 70
2. Tidak mampu
4 40
3 30
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner, 2010. Tabel 26 menunjukan bahwa rata – rata responden mampu berobat ke rumah
sakit. Ada 7 responden yang mengatakan tidak mampu membawa berobat anggota keluarganya yang sakit. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, biasanya responden
tersebut membeli obat-obatan yang dijual bebas dipasaran Ada juga yang
Universitas Sumatera Utara
menggunakan obat-obatan tradisional. Misalnya, obat-obatan yang diramu sendiri oleh responden atau di kusuk. Keluarga responden yang masuk angin, keseleo, pegal
– pegal biasanya di kusuk. Setelah kusuk sakit tersebut biasanya hilang. Biasanya tukang kusuk datang langsung ke rumah reponden. Responden lebih memilih obat-
obatan tradisonal, hal ini disebabkan karena mahalnya harga obat dan biaya berobat ke puskesmas. Dari jawaban responden diperoleh data bahwa apabila anggota
keluarga yang sakit tersebut tidak bisa lagi disembuhkan dengan obat-obatan yang mereka gunakan tadi, baru dibawa dibawa berobat ke bidanmantri.
6. Pendidikan TABEL 27
PERBANDINGAN TINGKAT PENDIDIKAN No. Tingkat Pendidikan
Petani Organik Petani Anorganik
F F
1. AkademiPerg.
Tinggi 1
10 1
10
2. SLTA
3 30
4 40
3. SLTP
5 50
4 40
4. SD
1 10
1 10
Jumlah 10
100 10
100
Sumber : Kuesioner, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan tingkat pendidikan yang dimaksud disini adalah tingkat pendidikan kepala rumah tangga responden. Rata – rata responden tamatan SLTP dan
SLTA. Ada 2 responden yang hanya tamatan SD. Hal tersebut disebabkan karena sewaktu kecil orang tua responden petani organik sudah meninggal dunia, sehingga
tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Sebaliknya, responden petani anorganik tidak melanjutkan sekolahnya karena memang tidak berniat melanjut ke
jenjang yang lebih tinggi lagi. Ada 2 responden yang tamatan perguruan tinggidiploma. Hal ini didukung
kondisi keuangan orang tua mereka yang terbilang lumayan, sehingga bisa menyekolahkan responden ke perguruan tinggidiploma.
Dari 10 responden petani organik, hanya ada 2 rumah tangga yang mampu membiayai pendidikan anaknya sampai Perguruan Tinggidiploma, sedangkan petani
anorganik ada 1 rumah tangga. Kemampuan responden membiayai anaknya sampai Perguruan Tinggidiploma didukung oleh pekerjaan sampingan responden, misalnya
PNS dan memelihara ternak seperti kerbau dan ayam.
Universitas Sumatera Utara
5.2.2. Status Kepemilikan Lahan Pertanian TABEL 28