Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan antara kemiskinan dan sektor pertanian di Indonesia sangatlah erat. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006 sebanyak 39,05 juta orang dan sebagian besar 63 persen di antaranya berada di daerah perdesaan. Dari total jumlah penduduk miskin yang ada, sekitar 58 persennya bekerja di sektor pertanian. Di daerah pedesaan, persentasenya bahkan jauh lebih tinggi, mencapai 70 persen BPS 2006. Pemerintah menyadari betul hal ini. Salah satu komitmen politik dari Kabinet Indonesia Bersatu KIB adalah revitalisasi sektor pertanian dan perdesaan untuk mampu berkontribusi signifikan pada pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan RPPK yang dicanangkan presiden pada 11 Juni 2005 mempunyai dua sasaran akhir, yaitu pertumbuhan sektor pertanian dengan rata-rata 3,52 persen per tahun selama 2004-2009, dan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani RPJMN, 2005. Komitmen politik ini menunjukkan keyakinan dan pemahaman pemerintah bahwa pembangunan pertanian memang merupakan salah satu kontributor penting dalam pengentasan masyarakat dari kemiskinan, terutama di daerah perdesaan http:pangan.litbang.deptan.go.idberkas-PDFIPTEK2008Nomor101- Mahyuddin.pdf.diakses 25September2009Pukul 09.30 WIB. Universitas Sumatera Utara Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari aspek kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman tanaman, kontribusi untuk mengurangi jumlah orang- orang miskin dipedesaan dan peranannya terhadap nilai devisa yang dihasilkan dari ekspor. Sektor pertanian masih diharapkan tetap memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia dan sektor pertanian akan lebih berperan lagi bagi sektor industri kalau sektor pertanian sebagai pemasok supply bahan baku disektor industri Soekartawi, 2000 : 97. Strategi kebijakan pembangunan pertanian 2005-2009 disusun berlandaskan Rencana Pembangunan Menengah Nasional RPJM yang terkait dengan pembangunan pertanian, antara lain : 1. Revitalisasi pertanian. Strategi ini diarahkan untuk meningkatkan : a Kemampuan produksi beras dalam negeri sebesar 90-95 dari kebutuhan, b Diversifikasi produksi dan konsumsi pangan, c Ketersediaan pangan asal ternak, d Nilai tambah dan daya saing produk pertanian, produksi dan ekspor komoditas pertanian 2. Peningkatan investasi dan ekspor non-migas, 3. Pemantapan stabilitas ekonomi makro, 4. Penganggulangan kemiskinan, 5. Pembangunan pedesaan, dan 6. Perbaikan pengelolaan SDA dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Universitas Sumatera Utara Arah kebijakan yang perlu ditempuh dalam pembangunan pertanian jangka panjang, yaitu: a. Membangun basis bagi partisipasi petani b. Meningkatkan potensi basis produksi dan sakala usaha pertanian c. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan sumber daya insani pertanian yang berkualitas d. Mewujudkan sistem pembiayaan pertanian tepat guna e. Mewujudkan sistem inovasi pertanian f. Penyediaan perlindungan bagi petani g. Mewujudkan Agroindustri berbasis pertanian domestik di pedesaan h. Mewujudkan sistem rantai pasok terpadu berbasis kelembagaan pertanian yang kokoh i. Mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan berpihak kepada petani dan pertanian http:pangan.litbang.deptan.go.idberkas-PDFIPTEK2008Nomor101- Mahyuddin.pdf diakses 25September200909.30 Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan tanaman pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang terbaik untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air dan udara. Kerawanan pangan sering terjadi dibanyak negara yang sedang berkembang, maka negara-negara industri berusaha mengembangkan teknologi “revolusi hijau” untuk mencukupi kebutuhan pangan dunia. Sebagai konsekwensi dikembangkannya teknologi “revolusi hijau” maka kearifan lokalpengetahuan tradisional yang berkembang sesuai dengan WIB Universitas Sumatera Utara budaya setempat mulai terdesak bahkan mulai dilupakan. Teknologi modern yang mempunyai ketergantungan tinggi terhadap bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida kimia serta bahan kimia pertanian lainnya lebih diminanti petani daripada melaksanakan pertanian yang akrab lingkungan. Upaya melakukan gerakan pertanian organik mulai berkembang di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian organik dunia. Konsumen negara-negara maju menjadi pemicu awal dan inspirasi dari bergulirnya pertanian organik ini. Di Indonesia, pertanian organik menjadi “tren” karena tumbuhnya kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi produk yang aman dan sehat. Selain itu, proses produksinya juga cukup bersahabat dengan lingkungan. Tanpa disadari, di Indonesia telah berkembang praktik pertanian organik untuk berbagai komoditas seperti beras, sayuran dan buah-buahan walaupun kenyataannya bahwa secara kualitas beberapa dari produk ini belum memenuhi persyaratan baku SNI Standar Nasional Indonesia yang bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap produk organik yang dihasilkan petani. Pemerintah tidak mau ketinggalan respon. Sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap gerakan pertanian organik di Indonesia dilakukan melalui Departemen Pertanian yang telah mencanangkan beberapa paket kebijakan degan motto; “ Go Organic 2010 ” yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai produsen pangan organik yang permintaan pasarnya cendrung meningkat dengan signifikan. Pertanian organik adalah “sistem manajemen produksi holistic yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah”. Produk pertanian organik ditetapkan dengan Standar Universitas Sumatera Utara Nasional Indonesia SNI, Pertanian Organik yang disahkan oleh Badan Standarisasi Nasional melalui BSN SNI 01-6729-2002 Sebastian Eliyas Saragih, 2008:61. Dalam pengembangan pertanian organik terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Perlu dipertimbangkan secara mendalam aspek biaya dan manfaat dalam pengembangan teknologi ini. Secara teoritis memang dengan pengembangan pertanian yang meniadakan input buatan, biaya produksi semakin murah. Namun untuk mengubah proses produksi yang selama ini telah berlangsung diperlukan pengorbanan yang tidak sedikit, khususnya pada awal penerapannya. Hal ini menyebabkan pengembangan teknologi ini bagi kegiatan usaha tani rakyat sebagai bagian pertanian Indonesia masih dipertanyakan. 2. Penerapan teknologi pertanian organik sebagain besar masih ditingkat laboratorium. Dengan demikian, masih diperlukan penelitian-penelitian secara mendalam sehingga dapat menjadi teknologi yang dapat dipasarkan. Pada tahap awal tentunya memerlukan dukungan dari pemerintah, untuk berikutnya dalam jangka panjang dapat dalam bentuk riset bisnis. 3. Pengembangan pertanian organik terkait dengan orientasi pada permintaan pasar, sehingga diperlukan kemampuan enterpreneurship. Dengan demikian kualitas sumber daya manusia menjadi pra syarat bagi pengembangan kegiatan ini. Pada hal sebagai mana dikemukakan di atas hal ini belum sepenuhnya didukunng oleh sumber daya manusia Indonesia. Universitas Sumatera Utara 4. Dengan konsep agribisnis maka kegiatan pertanian merupakan suatu sistem yang di dalamnya saling terkait. Pengembangan pertanian organik pada dasarnya adalah pengembangan teknik budi daya. Keberhasilan subsistem ini terkait dengan kemampuan subsistem lain dalam mendukungnya, seperti penyediaan sarana produksi yang lebih baik, pemasaran yang lebih terpadu dan kelembagaan yang lebih mendukung merupakan rangkaian yang saling terkait satu sama lainnya. 5. Produksi pertanian Indonesia sebagaian besar masih tetap berorientasi pada pemenuhan pasar domestik. Dalam pasar ini belum ada perbedaan yang tegas dari selera konsumen terhadap produk pertanian yang organik dan yang non organik. Hal ini sebenarnya karena ketersediaaan yang masih rendah dari produk pertanian organik. Untuk meningkatkan permintaan tersebut perlu dilakukan promosi dan penyebaran informasi kepada masyarakat luas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan permintaan tersebut baru akan terjadi pada masyarakat kelas pendapatan atas. Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menyesuaikan perbedaan harga antara kedua jenis produk tersebut, sehingga produk pertanian organik dapat dijangkau semua lapisan masyarakat. Dengan tantangan-tantangan tersebut, terlihat bahwa sistem pertanian organik bukanlah suatu hal yang mudah untuk diterapkan secara luas. Namun demikian kita perlu optimis bahwa dalam jangka panjang hal ini bukanlah suatu impian lagi http:Imto.wordpress.com200801pengertian-organik WIB. diakses 20September 2009Pukul 13.30 Universitas Sumatera Utara Banyak cara yang ditempuh berbagai pihak untuk mengatasi masalah pertanian organik. Banyaknya perhatian baik dari dunia Internasional maupun dari berbagai pihak LSM menandakan bahwa demikian pentingnya di bahas mengenai pertanian organik. Ada beberapa LSM yang mencoba mengambil kebijakan dengan menyelenggarakan berbagai program pembinaan pertanian organik yang diwujudkan dalam bantuan dan pelatihan pertanian organik melalui berbagai LSM yang didirikan. Salah satu LSM yang bergerak di bidang pertanian organik di daerah pedesaan adalah Yayasan BITRA Indonesia Bina Keterampilan Pedesaan. Dimana Yayasan BITRA sudah menerapkan model pertanian organik di beberapa kelompok dampingan dan telah memulai gerakan pertanian organik sejak tahun 1997. Desa Lubuk Bayas adalah salah satu desa dampingan Bitra. Desa Lubuk Bayas terletak di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Lubuk Bayas artinya Lubuk Beras yang berasal dari bahasa Kalimantan. Di wilayah Perbaungan Desa Lubuk Bayas sebagai sumber beras. Mayoritas masyarakat di desa ini bergerak di bidang pertanian, terutama pertanian padi sawah. Pertanian organik di Desa Lubuk Bayas baru diterapkan sejak tahun 2008. Kehidupan masyarakat di desa ini tergantung pada tanaman padinya. Kebutuhan sosial ekonomi petani juga masih kurang. Terlihat dari kondisi perumahan penduduk yang masih banyak terbuat dari papan dan kayu. Serta kamar mandi yang berada di luar rumah. Menurut Herman, salah satu petani organik binaan BITRA dan juga yang menjadi Ketua Kelompok Tani Subur, kehidupan sosial ekonomi petani organik dampingan BITRA lebih tinggi dibandingkan yang non organik. Hal ini dapat dilihat Universitas Sumatera Utara dari harga jual padi organik yang lebih tinggi di banding padi non organik. Namun, kebanyakan petani lebih memilih melakukan pertanian anorganik. Menurut Herman, kondisi ini disebabkan oleh 4 faktor, yaitu : 1. Masyarakat susah merubah kebiasaan yang instan, yaitu butuh waktu dan pemahaman yang cukup lama untuk beralih dari tanah kimiawi menjadi tanah organik, 2. Kurangnya informasi kepada petani tentang keuntungan yang diperoleh dari pertanian organik, 3. Pemahaman yang kurang tentang adanya saprodi sarana produksi, dan 4. Petani belum pernah diajak analisa usaha, dimana petani hanya mengetahui cara meproduksi, tapi tidak mengetahui pemasaran. Luas lahan pertanian padi sawah di Desa Lubuk Bayas kurang lebih 300 ha. Sejak dimulai pertanian organik tahun 2008-2009, mempengaruhi 20 pertanian anorganik yaitu 60 ha menjadi lahan organik. Sementara sisanya 80 adalah pertanian anorganik yaitu 240 ha. Biaya untuk pertanian padi organik adalah 15 dari hasil panen yang diperoleh di luar tenaga kerja. Pertanian organik biayanya secara bertahap, karena masih dalam masa peralihan tanah kimiawi ke tanah organik. Untuk tahap pertama biayanya 50 dari hasil, tahap kedua 25 dari hasil, dan tahap ke tiga tanah sudah mulai netral dan biayanya 15 dari hasil, sedangkan biaya pertanian anorganik adalah 20 dari hasil panen. Zat perangsang tumbuh ZPT yang dipakai dalam pertanian organik adalah urin air seni sapi atau kotoran ternak. Pencegah hama digunakan insektisida hayati daun sirih, tembakau, akar pinang muda di giling, lalu direndam 2x24 jam, kemudian Universitas Sumatera Utara disaring dan airnya disemprotkan pada tanaman. Pupuk ini dipakai ketika dibutuhkan saja. Sementara untuk tanaman anorganik ZPT yang dipakai 45 ccrante. Dimana penyemprotan dilakukan 3 kali, masing-masing 15 cc tiap penyemprotan. Harga ZPT Rp.25.000,liter. Untuk pestisida anorganik dibutuhkan dana kurang lebih Rp.100.000,-rante untuk membeli racun hama. Sementara untuk pestisida pertanian organik yang dipakai hanya pestisida nabati atau tumbuh-tumbuhan kering dan dipakai tergantung kebutuhan. Harga pupuk untuk pertanian organik Rp.1.000,-kg - Rp.1.500,-kg. Sedangkan harga pupuk anorganik Rp.2.500,-kg - Rp.4.000,-kg. Untuk pertanian anorganik, biasanya hasil panen di jemput ke rumah petani dan pembeliagen yang menentukan harganya jika petani meminjam dana dari agen. Sedangkan untuk pertanian organik harga padi organik tidak tergantung kepada tengkulak dan pasar yang mencari. Padi organik harganya tinggi dan permintaan juga tinggi, sementara padi anorganik harga standar dan pemintaan juga standar. Per rante pertanian anorganik dapat menghasilkan gabah kering panen 300 kgrante dan harga 2.500kg. Jadi, 300 kg x Rp 2.500,- = Rp.750.000rante. Dikurangi biaya input bibit, pupuk, biaya pemasaran yaitu 20. Jadi, per panen petani non organik mendapatkan Rp.600.000,- per rante. Sedangkan pertanian organik dapat menghasilkan gabah kering panen 280 kg. Harga 3.500kg. Jadi, 280 kg x Rp.3.500,- = Rp.980.000. dikurangi biaya input 15. Jadi, per panen petani organik mendapatkan Rp.833.000,-rante. Dapat di lihat per-rante pertanian anorganik mendapatkan hasil yang lebih banyak dibandingkan pertanian organik, akan tetapi harga padi organik lebih mahal dibanding padi Universitas Sumatera Utara anorganik. Banyaknya permintaan beras organik juga mempengaruhi harga beras organik yang relatif mahal dibanding beras non organik. Harga beras organik Rp.8000,-kg sedangkan harga beras non organik Rp.5.800,-kg. Karena kurangnya pendapatan dari pertanian beras, maka banyak petani yang mempunyai kerja sampingan. Seperti, karyawan di perusahaan kilang batu bata, pedagang, nelayan, dan lain –lain. Pada tabel 1 dapat dilihat perbandingan pertanian organik dan pertanian anorganik. Tabel 1 Unsur-unsur Pertanian Pertanian Organik Pertanian Anorganik Harga gabah Rp.3.500kg Rp.2.500kg Harga beras Rp.8.000kg Rp.5.800kg Pupuk 1.000-1.500kg Rp.2.500-4.000kg ZPT Tergantung Kebutuhan air kencing ternak 45 ccrante Luas lahan 60 ha 240 ha Dampak lingkungan Tanah menjadi subur Merusak lingkungan Sumber : Hasil Wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Subur 2009 Pekerjaan merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup dan pada hakekatnya manusia mempunyai kebutuhan hidup yang bermacam ragamnya serta tidak terbatas. Dalam pemenuhan kebutuhannya, pendapatan dari petani padi belum memberikan hasil yang maksimum. Hal ini terlihat dari kebutuhan primer mereka yang masih belum terpenuhi dan kondisi perumahan yang masih Universitas Sumatera Utara seadanya. Dengan bekerja mereka mengharapkan adanya peningkatan kesejahteraan kehidupan keluarganya. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melihat Apakah Ada Perbedaan Tingkat Sosial Ekonomi Petani Organik dan Anorganik di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Berdagai.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

15 104 93

Partisipasi Petani Dalam Penerapanpertanian Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas,Kecamatan Perbaungan,Kabupaten Serdang Bedagai)

1 68 72

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik Di Kabupaten Serdang Bedagai(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan)

2 80 83

Analisis Pendapatan Pada Petani Padi Sawah Terhadap Kesejahteraan (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

19 173 117

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 4 104

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Padi Organik (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

0 3 78

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 16

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Analisis Perkembangan Pendapatan Petani Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 4