Kriteria Perbuatan dan Tindakan Pemberontakan yang Dikatakan Negara

E. Kriteria Perbuatan dan Tindakan Pemberontakan yang Dikatakan Negara

Dalam Keadaan Darurat Keadaan darurat negara terdapat dalam Pasal 150 Perlembagaan Malaysia. Dalam ayat 1 Pasal 150 dinyatakan: Jika Yang di-Pertuan Agong berpuas hati bahawa suatu darurat besar sedang berlaku yang menyebabkan keselamatan, atau kehidupan ekonomi, atau ketentera- man umum di dalam Persekutuan atau mana-mana bahagiannya terancam, maka Yang di-Pertuan Agong boleh mengeluarkan suatu Proklamasi Darurat dengan membuat dalamnya suatu perisytiharan yang bermaksud sedemikian. Berdasarkan Pasal 1501 tersebut bahwa apa yang dimaksud darurat adalah satu darurat besar atau terjadinya suatu keadaan yang genting, kacau, buruknya keadaan yang membahayakan serta mengancam keselamatan keamanan negara atau kehidupan perekonomian negara. 60 Akan tetapi Perlembagaan tidak memberikan definisi yang rinci tentang darurat dan jenis-jenisnya. Sehingga ada orang yang mengatakan bahwa suatu krisis itu belum sampai kepada tingkat darurat atau belum dapat dikatakan darurat, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa suatu keadaan krisis itu telah sampai kepada keadaan darurat. Adanya perbedaan pendapat tersebut tidak dapat memberikan penyelesaian yang pasti untuk keamanan negara. Oleh karena itu, Perlembagaan memberikan wewenang kepada Yang di-Pertuan Agong untuk menen- tukan apakah suatu keadaan krisis itu sudah mencapai keadaan darurat atau belum. Bagindalah yang dapat menentukan ada tidaknya keadaan darurat tersebut, walaupun pada hakekatnya Baginda berbuat demikian atas nasihat dari Jemaah Menteri. 61 23 2 4 Berkenaan dengan tidak adanya penjelasan yang rinci tentang darurat dalam Undang-undang, Lord MacDermott sebagaimana dikutip oleh Wu Min Aun mengatakan bahwa yang dimaksud dengan keadaan darurat seperti yang dipakai dalam pasal 1501 tidak hanya dibatasi kepada mengunakan kekerasan ataupun ancaman kekerasan di luar undang-undang dalam segala bentuknya, makna asal kata darurat itu juga dapat mencakup keadaan-keadaan atau suasana dan peristiwa yang luas, termaksuk berbagai kejadian seperti perang, kemarau panjang, banjir, wabah penyakit dan jatuhnya kerajaan atau pemerintahan. 62 Keadaan bahaya atau darurat itu sendiri dapat terjadi dalam beberapa kemungkinan bentuk dan viarasi, mulai dari yang paling besar tingkat bahayanya sampai ke tingkat yang paling kurang bahayanya. Tingkat bahaya yang timbul juga ada yang bersifat langsung dan ada pula yang bersifat tidak langsung. Oleh karena itu, dipandang dari pengertian demikian, keadaan-keadaan demikian itu, dalam praktik, sangat bervariasi atau beraneka ragam bentuk dan tingkat kegentingannya yang memaksa kepala pemerintahan untuk bertindak cepat. Jika dirinci, keadaan yang demikian itu dapat berkaitan dengan keadaan-keadaan berikut: a. Keadaan bahaya karena ancaman perang yang datang dari luar negeri. b. Keadaan bahaya karena tentera nasional sedang berperang di luar negeri, seperti tentera Amerika Serikat berperang dengan Iraq. c. Keadaan bahaya karena peperangan yang terjadi di dalam negeri atau ancaman pemberontakan bersenjata. 21 + , + , D . 3 d. Keadaan bahaya karena kerusuhan sosial yang menimbulkan ketegangan sosial yang menyebabkan fungsi-fungsi pemerintahan konstitusional tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. e. Keadaan bahaya karena terjadinya bencana alam natural disaster atau kecelakaan yang dahsyat yang menimbulkan kepanikan, ketegangan, dan mengakibatkan pemerintah konstitusional tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Misalnya, musibah gelombang ”tsunami” di Aceh dan bencana- bencana alam yang lainnya. f. Keadaan bahaya karena kondisi keuangan negara. 63 Untuk setiap jenis bahaya atau keadaan darurat tersebut, diperlukan upaya- upaya yang berbeda-beda pula bentuk, corak, dan sifatnya. Bahkan untuk setiap jenis keadaan itu sangat mungkin memerlukan format perundangan yang juga berbeda- beda satu sama lain untuk ditugasi memulihkan keadaan agar menjadi normal kembali. Oleh karena itu, diperlukan pula pengaturan yang rinci mengenai mekanime untuk mengatasi keadaan darurat. Suatu keadaan yang menyebabkan darurat negara terdapat dalam Pasal 149 ayat 1 yaitu perbuatan subversif, 64 tindakan yang memudaratkan ketenteraman umum, pelaku perbuatan tersebut telah dianggap sebagai penentang subversif jika: 2 , . , , - ; : F 133 2 2 : : 7 : a Melakukan kekerasan terhadap orang dan harta atau menyebabkan orang banyak takut akan kekerasan tersebut; b Membangkitkan perasaan yang tidak suka terhadap Yang di-Pertuan Agong atau mana-mana kerajaan dalam persekutuan; c Mengembangkan perasaan jahat atau permusuhan antara beberapa kaum atau golongan penduduk yang mungkin menyebabkan kekerasan; d Telah menyebabkan mudarat kepada penyelenggaraan atau perjalanan apa-apa bekalan atau perkhidmatan kepada orang ramai atau mana-mana golongan orang ramai dalam Persekutuan; e Mendatangkan mudarat kepada ketenteraman umum atau keselamatan, persekutuan atau mana-mana bahagiannya. 65 Dengan demikian, keadaan negara dapat dibedakan antara keadaan normal dan keadaan yang tidak normal atau luar biasa yang bersifat pengecualian. Keadaan darurat negara yang bersifat tidak normal itu dapat terjadi karena berbagai kemungkinan sebab dan faktor. Penyebabnya dapat timbul dari luar external dan dapat pula dari dalam negeri sendiri internal. Ancamannya dapat berupa ancaman militer atau ancaman bersenjata atau dapat pula yang tidak bersenjata, tetapi dapat menimbulkan korban jiwa dan raga di kalangan warga negara ataupun mengancam integritas wilayah negara yang kedua-duanya harus dilindungi oleh negara. 66 24 , , , + I + . 11 22 , . , 2 Keadaan yang tidak normal itu, jika terjadi harus dihadapi, diatasi, dan akibat- akibatnya harus ditanggulangi dengan maksud untuk mengembalikan negara kepada keadaan yang normal menurut Undang-undang Dasar dan peraturan perundang- undangan yang normal. Jika keadaan yang tidak normal itu terjadi, harus ada pemegang kekuasaan yang diberi kewenangan untuk membuat keputusan tertinggi dengan mengabaikan untuk sementara waktu beberapa prinsip dasar yang dianut oleh negara yang bersangkutan.

F. Sejarah Pelaksanaan Hukum Darurat di Malaysia