Berbagai Kasus-Kasus Keadaan Darurat dalam Sejarah Di Malaysia

Menurut data polisi, 184 orang meninggal dan 356 terluka, 753 kasus pembakaran dicatat dan 211 kendaraan hancur atau rusak berat. Sumber lain menyebutkan jumlah yang meninggal sekitar 196 orang atau bahkan lebih dari 200 orang. Beberapa memperkirakan jumlah kematian bahkan mencapai 700 orang sebagai akibat dari kerusuhan. 71 Dari peristiwa itu, maka perundangan darurat negara dibentuk. Undang-undang darurat, sekalipun berlawanan dengan Perundangan, boleh dibuat oleh pihak lain, selain Perlemen atau Yang di-Pertuan Agong dengan syarat, pihak berkuasa itu telah diwakilkan dengan sempurna. Selanjutnya, setelah kita mengatahui sebagian sejarah mengapa dan bagaimana timbulnya pelaksaan hukum darurat di Malaysia, maka pada bab yang seterusnya, penulis akan menghuraikan perkara-perkara atau perbuatan yang mengakibatkan darurat.

C. Berbagai Kasus-Kasus Keadaan Darurat dalam Sejarah Di Malaysia

Sejak kemerdekaan sampai sekarang, telah banyak peristiwa atau kejadian luar biasa yang menyebabkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kejadian-kejadian tersebut mengandung dan mengakibatkan hal-hal yang mengancam dan membahayakan sehingga kondisi yang normal tidak dapat bertahan. Ancaman yang membahayakan itu sendiri beraneka ragam bentuk dan corak, yang berbeda-beda dari kasus yang satu ke kasus yang lain, pada satu tempat ke satu tempat yang lain. Untuk meghadapi berbagai potensi gangguan dan ancaman tersebut, maka dalam Perlembagaan Persekutuan telah ditetapkan suatu aturan pada Pasal 149 yaitu tentang perbuatan subversif, tindakan yang memudaratkan ketenteraman umum dan Pasal 150 tentang pengumuman atau pemberlakuan keadaan darurat oleh Yang di-Pertuan Agong. Berbagai pergolakan dan bencana yang bersifat membahayakan, sebagian besar di antaranya dapat di atasi dengan secara resmi. Ada beberapa keadaan darurat yang pernah diberlakukan di Malaysia. Deklarasi keadaan darurat untuk pertama kali telah dibuat oleh negara Inggris pada tanggal 13 Juli 1948 untuk mencegah keadaan luar biasa dan huru-hara yang ditimbulkan oleh pemberontakan komunis. Pada masa itu Tanah Melayu belum merdeka, negeri ini diperintah untuk mengikuti perjanjian persekutuan Tanah Melayu tahun 1948. Dalam perjanjian ini tidak disebut langsung sebab akibat darurat secara terperinci. Tetapi tidak diragukan lagi bahwa perjanjian ini mengizinkan Majelis negara bagian untuk membuat undang-undang, memberi wewenang kepada negara pusat untuk membuat deklarasi darurat dan mengambil beberapa langkah mencegah keadaan huru-hara ini. Pemberian izin ini dapat dilihat dalam kutipan “……peace order and good government ……..” untuk negeri-negeri di Semenanjung Malaysia sebagai tujuan dari perjanjian itu. Undang-undang seperti ini tidaklah dianggap menyimpang dari bidang kewenangan ultra vires Perjanjian Persekutuan. Oleh karena itu, Majelis Negeri Bagian pada saat itu telah menetapkan sebuah undang-undang yang bernama Ordinan 72 Peraturan Darurat 1948. Di bawah bagian pasal 3 ordinan inilah deklarasi darurat yang tertanggal 13 Juli 1948 itu telah dibuat oleh Badan Tinggi Persekutuan Melayu. Ordinan ini juga mempunyai beberapa turunan berupa undang-undang kecil yang telah dibuat dan dipraktekan untuk menghapuskan keadaan darurat tersebut. 73 Selanjutnya, deklarasi darurat kedua yang dibuat oleh Yang di-Pertuan Agong pada 3 September 1964, dalam jangka waktu kurang lebih dua minggu sebelum lahirnya Persekutuan Malaysia. Negara Indonesia yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden Soekarno dan menteri luar negeri Dr. Subandrio menentang dengan keras kelahiran Negara Malaysia. Konon Malaysia adalah suatu ancaman politik yang akan membahayakan kedudukan Indonesia. Pertentangan ini terjadi pada awalnya dalam arena diplomatik dan politik antarbangsa, tetapi apabila benar bahwa Malaysia akan memproklamirkan diri, maka Soekarno akan melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia dengan mengatakan bahwa para tentaranya sebentar lagi akan memasuki perairan negeri Johor, Melaka dan negeri Sembilan. Bahkan tak lama setelah itu, tentara Indonesia telah mendarat di beberapa tempat di Johor, Melaka dan negeri Sembilan. Namun, ancaman ini berhasil dicegah oleh Akta Keselamatan Dalam Negeri 1960 sekarang-International Security Act, di mana seluruh wilayah pantai selebar dua batu diukur dari air pinggir laut, wilayah perairan di negeri-negeri Tanah Melayu dan Singapura telah diumumkan sebagai batas wilayah darurat negara. 1 J 7 - + + , + 1 Tetapi, apabila tentara Indonesia akan mendarat di Pontian dan di Labis, Johor, Negeri sembilan dan Melaka yang telah diumumkan sebagai wilayah darurat negara, maka hal ini bertujuan agar Pasukan Keselamatan Malaysia Tentara dapat bertindak dengan bebas. 74 Deklerasi darurat yang ketiga telah dibuat oleh negara pada 14 September 1966, yang bertujuan untuk menyelesaikan pertikaian politik yang membahayakan keadaan keselamatan di Negeri Sarawak. Ini telah dijelaskan oleh wakil Perdana Menteri, Tun Abdul Razak dalam pidatonya di Parlemen. Pertikaian politik yang timbul di negeri Sarawak pada waktu itu disebabkan karena ketua menteri Sarawak Datuk Stephen Kalong Ningkan, enggan meletakkan jabatan apabila beliau dipecat oleh Yang dipertuan Negeri Sarawak Tun Abang Haji Openg. Deklarasi darurat yang sangat penting ialah deklarasi yang dibuat oleh Yang di-Pertuan Agong pada 15 Mei 1969. Deklarasi ini dibuat karena adanya suatu konflik golongan antara orang-orang Melayu dengan orang-orang bukan Melayu yang meletus pada 13 Mei 1969 di mana sedang berlangsung pemilihan umum untuk legislatif dan juga negera bagian. Pada waktu kampanye pemilihan umum, isu-isu golongan telah muncul. Pada 13 Mei 1969 Pemilihan umum ini belum selesai dan keputusan pemilihan umum masih dalam tahap menunggu. Namun telah terjadi insiden pada saat itu yang menyebabkan warga sipil yang tidak berdosa terbunuh, rumah dan toko dibakar dan harta benda binasa. Oleh karenanya, Yang di-Pertuan Agong atas nasihat jemaah menteri yang ada pada waktu itu telah membuat maklumat darurat. 75 Sayangnya, parlemen tidak dapat bersidang karena parlemen yang lama telah dibubarkan dan parlemen yang baru belum terbentuk. Kemudian Yang di-Pertuan Agong membuat beberapa undang- undang yang dinamakan ordinan dengan menggunakan kewenangannya di bawah pasal 150 Undang-Undang Dasar Malaysia. Ada 77 ordinan semuanya yang dibuat oleh Yang di-Pertuan Agong yang meliputi berbagai permasalahan, tetapi ordinan yang terpenting ialah ordinan darurat kuasa perlu No. 1 dan ordinan darurat kuasa perlu No. 2. di bawah wewenang kedua ordinan ini dalam usaha mencegah darurat, pemerintahan di negara ini tidak lagi dijalankan dalam sistem bersama menteri tetapi dijalankan dengan satu sistem baru yang sama dengan pemerintahan militer. Deklarasi darurat yang keempat, merupakan darurat yang terpenting ialah sebuah maklumat yang di buat Yang di-Pertuan Agong pada 15 Mei 1969. Deklarasi ini dibuat berdasarkan peristiwa perselisihan dan kerusuhan antara kaum golongan antara orang-orang Melayu dengan orang-orang non-Melayu yang meledak pada 13 Mei 1969. Hal ini terjadi pada bulan Mei 1969. Berikutnya, pada tahun 1977 pihak komunis telah melakukan kekacauan dengan melakukan pengeboman di tugu peringatan dan melempar bom di pos Polisi Kehutanan di Jalan Pekeliling, Kuala Lumpur yang merupakan bulan pemilihan umum untuk legislatif dan juga untuk pemilihan Dewan Perwakilan Daerah Undangan Negeri. Pada waktu kampanya pemilihan umum, isu-isu golongan telah ditimbulkan dengan ada batasan. Pada 13 4 566 ,6 6 7897 :+ 7 14 , 133 4 3 Mei 1969 pemilihan umum belum selesai dan keputusan pemenang pemilihan umum masih ditunggu-tunggu, tanpa terduga terjadi insiden yang menyebabkan banyak warga sipil yang tidak berdosa terbunuh sia-sia, rumah dan toko dibakar dan harta benda lenyap. Oleh karenanya, Yang di-Pertuan Agong atas nasihat sebagian menteri yang ada pada waktu itu telah membuat deklarasi darurat. Deklarasi darurat yang kelima dibuat oleh Yang di-Pertuan Agong pada 8 November 1977. Deklarasi ini dibuat untuk menyelesaikan pertikaian politik yang timbul di negeri Kelantan, yang pada saat itu diperintah oleh partai PAS Partai Islam se-Malaysia. Partai PAS merupakan salah satu anggota partai dalam Barisan Nasional pada waktu itu yang memerintah negara pusat dan negari-negeri lain. Anggota PAS meminta Menteri Besar 76 Kelantan pada waktu itu Datuk Haji Mohd. Nasir meletakan jabatan tetapi beliau enggan berhenti dari jabatan sebagai Menteri Besar. 77 Setelah melihat kasus-kasus yang telah pernah terjadi di Malaysia, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan darurat itu bukan saja karena bencana alam atau peperangan malah keadaan darurat ini juga tejadi disebabkan oleh pertikaian politik serta rusuhan yang boleh menyebabkan kerusakan harta benda serta membahayakan keselamatan orang awam. Oleh itu, penulis akan meneruskan bab bagaimanakah kerajaan atau pemerintah di Malaysia dalam menyelesaikan masalah ini. 2 . F - + + , + 1

D. Penanganan dan Penyelesaian Keadaan Darurat Negara