dihadiri oleh majelis syura, juga karena wilayah Islam semakin luas, maka yang berhak menentukan jabatan khalifah tidak hanya mereka yang berada
di Madinah, tetapi juga hak mereka yang menjadi wilayah-wilayah baru Islam pendapat Muawwiyah bin Abi Sufyan juga didukung oleh pejabat di
Madinah yang kemudian bergabung dengan dirinya di Syria. Pertentangan terus berlanjut.
Permasalahan yang dihadapi oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib ini juga berbeda dari pemerintahan sebelumnya, kalau pada pemerintahan Abu Bakar
disebabkan oleh adanya syubhat di dalam penafsiran mengenai hukum, maka pada periode Ali ini lebih disebabkan oleh politis yang sangat urgent pokok
untuk menyebabkan adanya pemberontakan bughât. Di dalam sejarah umat Islam sedikitnya ada tiga kelompok kaum bughat yang timbul sewaktu
kekhalifahan Ali, mereka terdiri dari ahlu al-Jamâl di Bashrah, kelompok Mua’wiyah di Shiffin dan al-Khawarij di Nahrawan.
54
E. Peran Syura dalam Menerapkan Prinsip Darurat
Prinsip darurat didasarkan bahwa darurat itu diukur dengan ukuran keburukannya. Artinya, darurat memperbolehkan kita melanggarnya agar jangan
sampai melampaui ukuran yang ditentukan dipaksa oleh darurat yang sebenarnya. Oleh itu, untuk membatasi ukuran ini adalah syûrâ. Darurat sebagai suatu teori umum
dan serba meliputi merupakan dasar bagi fleksibilitas kelenturan dari banyaknya
4
. C
+ 73
hukum-hukum syar’i, baik yang berhubungan dengan akidah, ibadah, pemerintah maupun muamalah. Dalam konteks keterwakilan syûrâ, prinsip darurat dhârûrî
dapat dijelaskan sebagai prinsip yang didasarkan kepada standar batas negatifnya. Artinya darurat yang membuka peluang pergeseran hukum boleh ibâhât itu adalah
yang tidak melampaui batas-batas darurat. Ukuran yang dapat distandardisasi untuk melihat baik tidaknya darurat itu difungsikan, adalah melalui standar syûrâ.
55
Dengan demikian, syura dapat diangkat untuk menentukan demarkatif batas pemisah suatu
regulasi pengaturan dapat disebut melanggar atau tidak melanggar.
56
Darurat itu merupakan berpengaruh pada sikap pribadi, dan juga berpengaruh pada ketetapan jama’ah, rakyat atau umat, setiap suatu ketetapan yang dikeluarkan di
dalam syura adalah ketika keluar dari kehendak bebas, jauh dari tekanan dan paksaan, baik paksaan ini datang sebagai hasil dari perbuatan pihak kedua itu sendiri atau dari
kondisi-kondisi asing dari kedua belah pihak. Sebagai hasil dari itu, pihak yang melakukan tindakan pemberontakan dan kemudian menang dari pihak asing yang
menyerang sehingga dipaksakan kepada ahl hall wal aqd yang kemudian mengambil suatu ketetapan tentang pengakuan terhadap pemerintahannya, dan mereka pun
benar-benar telah mengeluarkan ketetapan ini tanpa ada pilihan bebas bagi mereka, maka ketetapan ini jelas merupakan ketatapan yang tercela, tidak mengikat mereka,
44
C 2+
, 3
+ ,
4 .
; ,
4 44
56
Asap Taufik Akbar, “Fikih Politik NU Pendekatan sosialisasi Atas Lahirnya Konsep Wali Al- Amr al-Dlarury bi al- Syaukah”, Makalah tidak diterbitkan, Jakarta: PPs. UIN, 2002, h. 5
dan tidak pula mengikat orang lain. Hal itu berarti bahwa mereka harus cepat-cepat membatalkannya dan membersihkannya dari perbuatan tersebut.
57
Syûrâ yang merupakan sebuah sistem yang mencapai tujuan secara syar’i dan
ditetapkan dengan melihat manfaatnya serta disepakati oleh banyak orang adalah sebuah solusi penyelesaian untuk menetapkan sebuah keadaan yang dianggap
genting dan darurat. Akan tetapi, mengakui sahnya pemerintahan darurat bukan berarti tidak lagi memperdulikan perbedaan antara pemerintahan itu dengan
pemerintahan yang sah secara syûrâ yang perwujudannya ialah khalifah yang sah dan râsyidah lurus.
58
Setelah mengatahui penjelasan bagaimana dan tindakan hukum Islam dalam mengatasi masalah darurat negara disebabkan pemberontakan, oleh itu, penulis akan
meneruskan pada bab tentang Konsep Keadaan Darurat Dalam Perundangan Malaysia
4
- 7
: +:
E -
, F
1 4
4
4
BAB III K0NSEP KEADAAN DARURAT DALAM
PERUNDANGAN MALAYSIA
Dalam mendirikan sebuah negara, pasti menginginkan sebuah negara dan bangsa yang mewujudkan akan keselarasan yang dinamis. Namun demikian,
perjalanan untuk membina sebuah negara yang aman dan damai itu terdapat permasalahan oleh beberapa kasus yang menyebabkan negara ini dapat dikatakan
darurat. Dalam perjalanan sejarah, sejak kemerdekaan sampai sekarang, negara
Malaysia tidak pernah terlepas dari aneka peristiwa dan kejadian-kejadian yang bersifat luar biasa, baik di bidang politik, di bidang ekonomi maupun di bidang sosial.
Demikian pula, bencana alam terus-menerus menerpa dari waktu ke waktu, baik yang datang dari laut, udara, maupun dari perut bumi. Bencana alam juga datang dari
manusia, dari hewan seperti flu burung, nyamuk demam berdarah, dan lain-lain sebagainya.
59
Demikian penulis akan meneruskan pada bab ini bagaimana awal kejadian darurat di Malaysia dan apakah yang dikatakan perbuatan yang
membahayakan negara, siapakah yang berhak dalam memberikan ketentuan apabila berlakunya darurat negara serta bagaimana pemerintah atau Perundangan Malaysia
dalam menyelesaikan masalah ini.
4
- +
+ ,
+ H0
+ I
+ .
1332 1