Kegiatan Shalat Tahajjud Upaya untuk memudahkan shalat tahajjud qiyamul lail

Artinya: “Sesungguhnya bangun diwaktu malam itu adalah lebih tepat untuk khusyu dan bacaan disaat itu lebih berkesan”. Q.S . Al-Muzammil: 6 4. Masuk surga dengan aman Sebagaimana firman Allah SWT : ☺ ⌧ Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam taman-taman surga dan dimata air-mata air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam”. Q.S. Al-Dzariyat: 15-17. 89 5. Mendapat tempat yang terpuji. Sebagaimana firman Allah SWT: ☺ Artinya: “Dan dari sebahagiaan malam maka bertahajjudlahkamu sebagai ibadah tambahan mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketampat yang terpuji”. Q.S. Al-Isra: 79. 90

c. Kegiatan Shalat Tahajjud

89 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: 1990, h. 859 90 Ibid, h. 436 1 Waktu Shalat Tahajjud Shalat malam tahajjud boleh dilakukan setelah shalat isya hingga shalat shubuh. Namun ada sejumlah waktu utama untuk qiyamul lail yaitu: a. Sepertiga malam terakhir و ﷲا ﻰ ﷲا لﻮ ر نا ةﺮ ﺮه ﻰ ا لﺎ : ءﺎ ا ﻰ ا ﺔ آ ﻰ ﺎ و كرﺎ ﺎ ر لﺰ ﺮ ا ا ﻰ ﺎ ﺪ ا . لﻮ : ﺄ ؟ ﻰ ﻮ ﺄ و ﺄ ؟ﻰ ﻮ ﺪ ﺮ ﺎ ؟ ﻰ وﺮ و . اور Artinya: “Pada setiap malam Allah Tabaraka Wata’ala turun kelangit dunia, ketika malam tinggal tersisa sepertiga terakhir, lalu berfirman, “Siapa yang berdoa kepadaKu lalu Aku kabulkan doanya, siapa yang minta kepadaKu, lalu akan Aku berikan permintaannya, siapa yang minta ampun kepadaKu, lalu Aku ampuni dia.” HR. Muslim 91 Menurut hadits di atas terkabulnya doa disepertiga malam terakhir adalah jaminan pasti dan penjaminnya adalah Allah SWT, karena huruf fa’ ﺎ dikata ﺮ ﺎ , ﺎ , , menurut bahasa berarti kata sambung dan bermakna segera. 92 b. Tengah malam ا ة ﺔ ﺮ ا ﺪ ة ا او . اور 91 Imam Husen Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Darul Fikr: 1988, Juz I, h. 447 92 Bassam Athiyah, Nikmatnya Qiyamul Lail, Jakarta: An-Nadwah, 2002, cet, ke 4, h. 42 Artinya: ”Dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” HR. Muslim. 2 Pelaksanaan shalat tahajjud pada waktu ini ada dua macam, yaitu: a. Dengan dua kali tidur Tidur pada awal malam setelah shalat isya sampai tengah malam, kemudian shalat tahajjud pada akhir malam, tidur lagi sampai menjelang subuh. Cara ini dianggap afdhal oleh sebagian ulama, karena tidak tampak sudah berqiamul lail sehingga bersih dari sifat riya. b. Dengan satu kali tidur Shalat tahajjud di tengah malam dengan satu kali tidur, seluruh waktu malam dari setelah shalat isya dibagi dua. Jadi tidur diawal malam sampai tengah malam lalu qiyanul lail sampai terbit fajar. 93

d. Upaya untuk memudahkan shalat tahajjud qiyamul lail

Menurut Imam al-Ghazali ada beberapa cara untuk memudahkan qiyamul lail shalat tahajjud antara lain adalah sebagai berikut: 1. Jangan banyak makan hingga menyebabkan banya minum yang pada akhirnya diserang kantuk dan berat untuk bangun tidur. 93 Ibid, h. 13-14 2. Pada siang hari, jangan anda lelahkan diri anda dengan serangkaian kegiatan yang menguras tenaga dan melemahkan urat syaraf, karena hal itu mengundang rasa kantuk. 3. Jangan anda tinggalkan qailulah tidur sebentar di kala siang, karena merupakan sunnah yang dapat membantu qiyamul lail. 4. Hindari perbuatan dosa dan dusta, karena hal itu menyebabkan hati menjadi keras, kotor, dan berkarat, dan menghalangi anda dari sumber datangnya rahmat. 5. Bersihnya hati dari kedengkian terhadap orang-orang Islam, bid’ah, khurafat, dan maksud-maksud duniawi. Karena semua ini adalah penyakit yang dapat memalingkan manusia dari ketaatan kepada Allah. 6. Rasa takut yang selalu bercokol di hati dibarengi dengan rasa pendeknya angan-angan terhadap dunia, mentafakkuri kedahsyatan hari kiamat dan tingkatan-tingkatan jahannam. 94

B. Aplikasi Pendidikan Dalam Surat al-Insan Ayat 24- 26 Dalam Bingkai Pendidikan Islam

Tanggung jawab pendidikan diselengarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik adalah membantu anak didik dalam perkembangan dan daya- 94

A. Najiyullah, Qiyamul Lail Penyegar Jiwa, Jakarta: Islamuna Press, 1996, cet ke, I, h.

84-85