Kandungan Surat al-Insan TAFSIR SURAT AL-INSAN

Hakikat yang seharusnya para juru dakwah hidup di dalmnya adalah hakikat yang diberitahukan Allah kepada shahibud da’wah pertama Nabi Muhammad SAW. Yaitu bahwa penugasan dakwah itu urusan dari sisi Allah SWT, karena Dialah pemilik dakwah itu, dan kebenaran yang diturunkan-Nya tidak mungkin boleh dicampur dengan kebatilan yang diserukan oleh orang- orang yang berbuat dosa dan kafir itu. Karena keduanya merupakn dua sistem yang berbeda, dan dua jalan yang tidak mungkin bertemu. Jika kebatilan dengan segala kekuatan dan pasukannya dapat mengalahkan golongan mukmin yang minoritas dan lemah, maka hal itu adalah untuk suatu hikmah yang hanya Allah yang mengetahuinya. Karena itu, diperlukan kesabaran sehingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Hendaklah terus memohon kekuatan dan pertolongan kepada Allah dengan berdo’a dan bertsabih kepda-Nya pada malam-malam yang panjang, untuk menjadi bekal di dalam menempuh jalan dakwah ini. 57

C. Kandungan Surat al-Insan

Secara garis besar ketiga ayat ini mengandung dua unsur; Yang pertama, yaitu perintah yang diberikan Allah SWT kepada rasul-Nya. Dan kedua yaitu yang bersifat larangan. 57 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran, terj, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, Cet. 1, h. 191-193 Yang bersifat perintah, bahwasanya Allah SWT menyuruh kepada rasul-Nya untuk selalu bersikap sabar dalam menghadapi ketentuan yang telah digariskan Allah kepadanya. Dan yang bersifat larangan hendaknya Nabi Muhammad SAW jangan mengikuti bujukan dan rayuan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadapnya. Sebagai seorang rasul yang membawa misi risalah ilahiah agama Islam ini merupakan tugas yang sangat berat baginya. Karena beliau sendiri mengetahui persis bagaimana karakteristik masyarakat Arab pada saat itu, namun ini merupakan ketetapan tuhan yang memang sudah seharusnya dilaksanakan bagi seorang rasul. Para ahli tafsir memberikan penafsiran yang sama terhadap ayat ini, karena didalam tiga ayat ini tersimpan sebuah hakikat yang sangat besar dari hakikat- hakikat dakwah imaniah. Yaitu suatu hakikat bagaimana seharusnya para juru dakwah mengajak mereka kejalan keimanan yang sebenarnya. Rasulullah SAW, menghadapi kaum musyrikin dengan mengajak mereka kepada agama Allah yang Esa. Akan tetapi, beliau tidak hanya menghadapi persoalan akidah semata yang ada didalam jiwa mereka. Akan tetapi persoalan yang dihadapi Rasulullah pada saat itu, adalah kondisi lingkungan yang meliputi akidah dan sikap hidup mereka. Inilah yang membuat mereka menentang ajakan dakwah Rasulullah yang sedemikian keras. Penentangan yang begitu keras yang dilakukan oleh orang-orang kafir bukan hanya dalam bentuk fisik dan physikis, tetapi kilauan dunia pun dilakukan oleh mereka terhadap Rasulullah dengan syarat beliau mau berhenti dari dakwahnya. Jadi pada hakikatnya ayat ini merupakan modal dasar bagi para juru dakwah agar tidak melupakan prinsip dasar dari ayat tersebut, yakni selalu bersikap sabar dan tidak melupakan ibadah baik yang bersifat mahdhah ataupun ghair mahdhah serta zikir sebagi pengingat kita akan kebesaran dan pertolongan Allah SWT. Disamping itu ayat ini melarang seorang mukmin, apalagi kalau ia sebagai pemimpin ummat atau pun pendidik jangan sampai tergiur akan kesenangan duniawi yang ditawarkan oleh orang-orang yang penuh dosa dan maksiat, dengan tujuan hendak mematikan gerakan dakwah.

BAB IV ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-INSAN DAN