xxxiii reformulasi karya-karyanya menggambarkan Indonesia lewat mata orang Jawa Timur.
Adaun karya-karyanya sebagai berikut: A. Buku dan Berbagai Tulisan
a. 99 Untuk Tuhanku
b. Melihat Dunia dari Secangkir Teh
c. Cahaya Maha Cahaya
d. Hikmah Puasa, Mudik Dunia Akhirat
e. Kafir Liberal
f. Kiai Kocar-kocir
g. Mati Ketawa Cara Repotnasi, Menyorong Rembulan
h. Sedang Tuhan pun Cemburu, Refleksi Sepanjang Jalan
i. Kumpulan Cerpen “BH”
B. Album Kaset Maupun VCDDVD
a. Konser Kenduri Cinta Vol. 1 dan 2
b. Menyorong Rembulan
c. Perahu Nuh
d. Allah Merasa Heran
e. Wirid Padang Bulan
C. Gambaran Umum Buku Kumpulan Cerpen “BH”
Nama Emha Ainun Najib dalam Jagad kepenulisan kita sudah tidak asing lagi. Ratusan kolom dan belasan buku telah lahir dari tangannya, termasuk sejumlah feature
yang ditulisnya untuk media massa. Namun, dari sekian banyak tulisannya, orang mungkin akan mencatat bahwa karya Emha di bidang penulisan cerpen jauh lebih
sedikit dibanding puisi atau esai-esainya, meski tak kalah fenomenal, cerpen-cerpen
xxxiv yang ditulisnya merentang dari tahun 1977 sampai 1982, masa-masa awal ketika Emha
baru memulai kariernya sebagai penulis. Segenggam cerpen itu, yang kini telah terbit dalam antologi tunggal BH 2005, menunjukkan dengan jernih bagaimana Emha
berevolusi menjadi penulis yang benar-benar matang dalam mengolah kata-kata. Apa yang terbayang pertama kali ketika bersentuhan dengan cerpen-cerpen Emha? Pembaca
setidaknya akan menemukan satu ciri khas yang menjadi latar mengapa cerpen-cerpen itu terlihat memikat, yakni kegemaran Emha untuk bersikap “realis”. Emha tak muluk-
muluk mengusung tema besar, melainkan kerap kali berangkat dari satu kejadian remeh di sekelilingnya. Peristiwa dalam cerpen Emha begitu berperan dalam membangun
struktur cerita, sekaligus menopang logika yang membuat cerita itu mudah dicerna dan kerap tak terduga.
Selama ini kita lebih akrab dengan esai-esai sosial budayanya Emha, puisi- puisinya, naskah drama, dan novel. Di dunia seni panggung Emha dikenal dengan Kiai
Kanjengnya serta suaranya diakrabi lewat forum pengajian-pengajian dan sarasehan yang membahas berbagai dimensi kehidupan. Namun dalam dunia cerpen, hal ini sering
luput dari perhatian kita. Harus diakui bahwa untuk soal ini Emha kurang begitu produktif. Dan buku ini adalah sebentuk usaha gigih penerbit Kompas intuk
menghimpun ceceran-ceceran cerpen karya Emha yang ditulisnya 1979-1982 yang tersebar di berbagai media massa. Usaha penerbit Kompas tersebut patut dipuji sehingga
memungkinkan kita untuk turut dapat menikmati karya cerpen-cerpen Emha dalam satu buku kumpulan cerpen yang diberi judul ”BH”Emha ini.
Apa yang dikisahkan Emha dalam buku ini bukanlah semata-mata perihal BH melulu. Kumpulan cerpen ini memuat 15 judul cepen. Cerpen BH hanyalah salah
satunya. Apa yang menarik dari cerpen-cerpen Emha? Karakter khas tulisan Emha
xxxv adalah sederhana, bersahaja dan mengalir. Kesederhanaan bahasanya sangat terkait
dalam lingkungan wong cilik, masyarakat yang selama ini sangat dekat dengan kehidupannya. Sebagaimana yang selalu disuarakannya dalam bentuk-bentuk produk
fakir yang lain-lain, Emha tetaplah Emha yang konsisten menyuarakan berbagai soal kemanusian sehari-hari. Membikin peristiwa yang keseharian itu untuk ditafakuri
sehingga kita jadi tambah mengerti sesuatu setiap menghadapi sepenggal peristiwa. Ia mengajarkan agar jangan meremehkan peristiwa keseharian sekecil atau sesederhana
apapun. Intinya lewat kumpulan cerpen ‘BH’ Emha mengajak kita berpikir bahwa setiap kejadian keseharian sesederhana apapun merupakan sebuah peristiwa kemanusiaan yang
mengandung hikmah yang amat berharga. Seorang pemikir sepatutnya sensitive terhadap perisrtiwa apapun dalam hidupnya. Karena papun sepatutnya menjadi hikmah,
tanpa perlu banyak membebek pada deretan kutipan-kutipan bijak atau argumen- argumen ilmiah para pemikir yang kesannya ‘complicated’. Akan tetapi menjadikan
pengalaman kesehariannya sendiri sebagai ladang dialektika dan sarana menemukan sesuatu dengan mengempiriskannya sendiri. Sederhana saja kok, kadang kita sendiri
yang bikin asumsi harus rumit, karena pengen terkesan elit. Apa yang dilakukan Emha pada cerpen-cerpennya seperti mengajak ngobrol
atau berdialektika, merenungi setiap peristiwa atau kejadian dalam cerita yang terkesan sangat dekat, akrab, intim dengan diri pembaca seperti halnya peristiwanya sendiri.
Emha sangat bersahaja mengolah peristiwa keseharian menjadi sebuah kisah bernuansa reflektifperenungan. Ia sangat fasih membawa pembaca kepada dialog batiniah. Hal ini
sebagai bukti bahwa Emha sangat mendalami suasana batin tokoh-tokoh dalam cerpennya. Dari peristiwa menangis, cerita pelacur, romantika persuami istrian,
xxxvi kewanitaam, eksistensi diri, keresahn hidup, pergulatan batiniahpikir, hingga urusan
BH dapat dijadikan bahan kontemplasi. Cerpen-cerpen Emha mengajak kita untuk mampu mengurai lautan hikmah
dalam tiap laku kemanusiaan kita, lingkungan sekitar kita sesederhana dan sekecil apapun yang sering luput dari perhatian kita dengan senantiasa mengasah kelembutan
serta kedalaman rasa dan pikir. Sungguh, setidaknya buku Emha yang satu ini adalah buku pemikiran. Apapun yang bisa membuat kita berpikir dan menyadari sesuatu yang
berharga.
xxxvii
BAB IV ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH
PADA KUMPULAN CERPEN “BH” KARYA EMHA AINUN NAJIB A.
Analisis Cerpen-Cerpen Pada Kumpulan Cerpen “BH”
Nama Ainun Najib dalam jagad kepenulisan kita sudah tidak asing lagi. Ratusan kolom dan belasan buku lahir dari tangannya, orang mungkin akan mencatat bahwa
karya Emha di bidang penulisan cerpen jauh lebih sedikit disbanding puisi atau esai- esainya, meski tak kalah fenomenal. Cerpen-cerpen yang ditulisnya merentang dari
tahun 1977-1982, masa-masa awal ketika Emha baru memulai karirnya sebagai penulis. Segenggam cerpen itu yang yang kini telah terbit dalam antalogi tunggal “BH” 2005,
menunjukan dengan jernih sebagaimanaEmha berevolusi menjadi penulis yang benar- benar matang dalam mengolah kata-kata. Dan segenggam cerpen ini terdiri 15 judul
cerpen, namun penulis hanya mengambil 5 judul saja, yang penulis anggap di dalamnya terdapat pesan-pesan dakwah. Kelima judul tersebut adalah: BH, Ambang, Kepala
Kampung, Podium dan Di belakangku. Cerpen yang menjadi tajuk kumpulan ini, “BH”, mengisahkan sebuah dramatik
yang khas bagaimana dua orang yang saling mencintai memahami arti cinta lebih dari sekedar seks atau hubungan intim di atas ranjang, melainkan ketulusan dan kepandaian
memelihara batas, walaupun ada kesempatan buat “aku” untuk melakukan hal yang dilarang Allah SWT. Hal ini mengingatkan kita bagaimana Nabi Yusuf a.s, yang dapat
mengendalikan hawa nafsunya untuk tidak mengindahkan ajakan Siti Zulaiqo untuk berhubungan intim dengannya. Hal ini tidak lain karena pertolongan dan hidayah dari
Allah SWT.