61
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum
Penelitian ini menganalisis pengaruh Working Capital Turnover, Economic Value Added, dan Market Value Added
terhadap Market Cap
.Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2009-
2013.Sampel pada penelitian ini merupakan sampel jenuh.Sampel jenuh digunakan karena populasi penelitian ini hanya berjumlah 20 perusahaan saja.
Daftar sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 di bab sebelumnya. Penelitian ini menggunakan 100 unit analisis, dimana data cross
section terdiri dari 20 perusahaan, dan data time series 5 tahun, namun karena
ada beberapa perusahaan sampel yang belum melakukan IPO pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009, sehingga data yang diperoleh pada
perusahaan-perusahaan tersebut tidak lengkap selama 5 tahun lihat tabel 4.2. Hal ini menyebabkan jumlah sampel akhir penelitian ini menjadi 89 sampel
perusahaan.
Tabel 4.1 DaftarPerusahaan Sampel Yang Belum Melakukan IPO Pada Tahun 2009
No Nama Perusahaan
Kode IPO
1 Garuda Indonesia Persero Tbk.
GIAA 11-Feb-11
2 Krakatau Steel Persero Tbk.
KRAS 10-Nov-10
3 PP Persero Tbk.
PTPP 09-Feb-10
4 Semen Baturaja Persero Tbk.
SMBR 28-Jun-13
5 Waskita Karya Persero Tbk.
WSKT 19-Dec-12
Sumber : BEI Yearly Statistic
43 Data mentah yang telah terkumpul terlebih dahulu diolah dengan
Microsoft Excel, yang dilanjutkan dengan pengolahan statistic deskriptif dan pengestimasian model regresi linier berganda.Kemudian berdasarkan model
tersebut, dilakukan uji hipotesis.Pengolahan dan pengujian data secara statistic dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 18.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggunakan prosedur numerik dan grafis dalam meringkas gugus data dengan cara yang jelas dan dapat dimengerti.
Statistik deskriptif membantu kita untuk menyederhanakan data dalam jumlah besar dengan cara yang logis Kustituanto, 2009. Dalam Penelitian
ini, data yang digambarkan melalui analisis statistik deskriptif adalah jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata mean,
dan standar deviasi.Hasil dari uji statistic deskriptif disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Statistics
Market Capitalization
Working Capital Turnover
Economic Value Added
Market Value Added
N Valid
89 89
89 89
Missing Mean
48196235.96 1.3592
1466552.69 54093944.90
Median 14863000.00
2.6600 204476.00
20410800.00 Std. Deviation
5.930E7 13.33757
2994244.000 1.072E8
Minimum 248000
-77.25 -369872
-6777267 Maximum
216720000 29.62
15105269 692624662
44 Dari tabel 4.2 diatas, dapat dijelaskan statistik masing-masing
variabel penelitian, yaitu : 1. Variabel Dependen Y, Market Capitalization, memiliki nilai
minimum 248000, nilai maksimum 216720000, nilai median 14863000.00, sedangkan nilai rata-rata mean 48196235.96, dan
standar deviasi 5.930E7, dengan jumlah sampel sebanyak 89. 2. Variabel Independen X, Working Capital Turnover, memiliki nilai
minimum negatif 77.25, nilai maksimum 29.62, nilai median 2.6600, sedangkan nilai rata-rata mean 1.3592, dan standar deviasi 13.33757,
dengan jumlah sampel sebanyak 89. 3. Variabel Independen X, Economic Value Added, memiliki nilai
minimum negatif 369872, nilai maksimum 15105269, nilai median 204476.00, sedangkan nilai rata-rata mean 1466552.69, dan standar
deviasi 2994244.000, dengan jumlah sampel sebanyak 89. 4. Variabel Independen X, Market Value Added, memiliki nilai
minimum negatif 6777267, nilai maksimum 692624662, nilai median 20410800.00, sedangkan nilai rata-rata mean 54093944.90, dan
standar deviasi 1.072E8, dengan jumlah sampel sebanyak 89.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ialah pengujian asumsi-asumsi statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi yang berbasis Ordinary Least Square OLS.
Model regresi yang diperoleh dengan model ini menghasilkan estimator linear tidak bias yang terbaik Best Linear Unbias Estimator BLUE.
45
4.2.2.1 Uji Normalitas
Sebelum menggunakan statistik parametis, telah digunakan pengujian normalitas data dengan uji statistik non parametis
kolmogorov-Smirnov K-S, dengan ketentuan sebagai berikut : 4.2.3.1 Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05
maka data berdistribusi normal. 4.2.3.2 Jika nilai signifikansinya lebih kecil daripada 0,05
maka data tidak berdistribusi normal. Bila data tidak berdistribusi normal, maka teknik statistik
parametis tidak dapat digunakan untuk alat analisis. Suatu data membentuk distribusi normal bila jumlah data diatas dan dibawah
rata-rata adalah sama, demikian juga simpangan bakunya.
Tabel 4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Ditransformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 89
Normal Parameters
a,b
Mean .0000000
Std. Deviation 3.57260448E7
Most Extreme Differences Absolute
.194 Positive
.194 Negative
-.163 Kolmogorov-Smirnov Z
1.832 Asymp. Sig. 2-tailed
.002
Dari hasil pengujian diatas, besarnya nilai K-S adalah 1.832 dan signifikan pada 0.002 maka dapat bahwa disimpulkan data
tidak berdistribusi normal.Untuk itu perlu dilakukan transformasi
46 data menjadi bentuk Logaritma natural Ln agar data berdistribusi
normal. Setelah dilakukan transformasi, dilakukan pengujian ulang dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4 Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Ditransformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 89
Normal Parameters
a,b
Mean .0000000
Std. Deviation .83219267
Most Extreme Differences Absolute
.088 Positive
.088 Negative
-.073 Kolmogorov-Smirnov Z
.832 Asymp. Sig. 2-tailed
.493 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil penguian K-S diatas, K-S yang diperoleh adalah 0,832 dan signifikan pada 0,493 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dimana p 0,005 p= 0,493 0,005. Dengan demikian secara keseluruhan bahwa nilai
observasi telah terdistribusi normal. Pada grafik histogram, dapat dilihat bahwa data tidak
menceng skewnes ke kiri atau ke kanan . Pada grafik normal p- plot juga akan terlihat titik-titik menyebar dan mendekati sekitar
garis diagonal, yang artinya data berdistribusi normal.
47
Gambar 4.1 Uji Normalitas Dengan Analisis Grafik Histogram
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot
48
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gajala multikolonieritas adalah dengan melihat besaran korelasi anatara
variabel independen dan besarnya tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir, yaitu Tolerance 0,10 dan Variance Inflation Factor
VIF 10. Berikut disajikan tabel hasil pengujian:
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Ln_WCT
.827 1.210
Ln_EVA .474
2.110 Ln_MVA
.436 2.295
a. Dependent Variable: Ln_MC
Hasil pengujian menunjukkan angka tolerance untuk LN_WCT lebih besar dari 0,1 0,827 0,1, LN_EVA lebih besar
dari 0,1 0,474 0,1, LN_MVA lebih besar dari 0,1 0,436 0,1. Angka VIF untuk LN_WCT lebih kecil dari 10 1,210 10,
LN_EVA lebih kecil dari 10 2,110 10 , LN_MVA lebih kecil dari 10 2,295 10 . Berdasarkan hasil pengujian tersebut diperoleh
kesimpulan tidak terdapat multikolonieritas.Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel bebas independen.
49
Tabel 4.6 Coefficient Correlations
Coefficient Correlations
a
Model Ln_MVA
Ln_WCT Ln_EVA
1 Correlations
Ln_MVA 1.000
.285 -.688
Ln_WCT .285
1.000 .024
Ln_EVA -.688
.024 1.000
Covariances Ln_MVA
.003 .001
-.002 Ln_WCT
.001 .005
.000 Ln_EVA
-.002 .000
.004 a. Dependent Variable: Ln_MC
Dari tabel di atas dapat dilihat tingkat korelasi antar variabel bebas, yaitu : tingkat korelasi antar variabel bebas antara LN_MVA
terhadap LN_WCT menunjukkan angka 0,285 atau -28,5, tingkat ini masih jauh dibawah 95 . Tingkat korelasi antara LN_MVA
terhadap LN_EVA menunjukkan angka -0,688 atau -68,8 . Tingkat korelasi antara LN_EVA terhadap LN_WCT menunjukkan angka
0,24 atau 24 . Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dibuktikan bahwa tidak terdapat korelasi antar variabel bebas atau
tidak terdapat multikolonieritas.
4.2.2.3 Uji Heteroskedasitas
Uji Heteroskedasitas bertujuan untuk menguj apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai variansyang sama untuk semua
observasi. Salah satu uji untuk mengetahui heteroskedastisitas ini
50 adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada
diagram pancar scatterplot. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SRESID.Jika ada pola
tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol
pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
51 Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk
memprediksi MC berdasarkan masukan variabel WCT, EVA, dan MVA. Adanya titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang
lain dikarenakan adanya data observasi yang sangat berbeda dengan data observasi yang lain .
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi anatara anggota observasi yang disusun menurut urutan waktu.Uji ini bertujuan untuk
menganalisis apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan tingkat kesalahan pada
periode t-1. Data obeservasi yang menggunakan data time series harus diuji apakah data tersebut menggandung autokorelasi atau
tidak.
Tabel 4.7 Uji Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .908
a
.824 .815
.74721 1.688
a. Predictors: Constant, Ln_WCT, Ln_MVA, Ln_EVA b. Dependent Variable: Ln_MC
52 Hasil penggujian pada tabel memperlihatkan nilai statistik
DW sebesar 1.688. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel DW dengan nilai signifikansinya 5, jumlah sampel 89 dan jumlah
variabel independen 3 k=3,maka akan diperoleh nilai dL ditabel sebesar 1,6095 dan dU 1,7012. Nilai DW sebesar 1.688 terletak
diantara dL dan dU, sehingga tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.Maka dari itu dilakukan Uji Runs Test untuk memperoleh
kesimpulan yang lebih jelas.
Tabel 4.8 Uji Runs Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
.06797 Cases Test Value
44 Cases = Test Value
44 Total Cases
88 Number of Runs
37 Z
-1.715 Asymp. Sig. 2-tailed
.086 a. Median
Berdasarkan hasil pengujian Runs Test diatas, diperoleh signifikansi pada 0,086 , sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tidak memiliki autokorelasi, dimana p 0,005 p= 0,086 0,005. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat diyakini bahwa nilai
observasi cukup random, sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi.
53
4.2.3 Pengujian Hipotesis
Hasil uji asumsi klasik memperlihatkan data observasi tidak memenuhi asumsi normalitas, kemudian dilakukan transformasi ke dalam
bentuk logaritma natural LN.Sehingga persamaan yang baru memenuhi asumsi klasik dan dapat dianalisis lebih lanjut untuk pengujian hipotesis.
Penulis menggunakan analisis regresi berganda untuk melakukan pengujian hipotesis dengan bantuan program SPSS 18.
4.2.3.1 Persamaan Regresi
Tabel 4.9 Analisis Hasil Regresi
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 5.522
.734 7.524
.000 Ln_WCT
.060 .073
.046 .816
.417 Ln_EVA
.381 .064
.445 5.980
.000 Ln_MVA
.383 .057
.522 6.719
.000 a. Dependent Variable: Ln_MC
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa : 1. Konstanta sebesar 5,522 menunjukkan bahwa apabila tidak ada
variabel independen WCT, EVA, MVA maka Market Cap bernilai sebesar 5,522.
2. β1 sebesar 0,060 menunjukkan bahwa setiap penambahan Working
Capital Turnover sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan Market Cap
sebesar 6,0 dengan asumsi variabel lain tetap.
54 3.
β2 sebesar 0,381 menunjukkan bahwa setiap penambahan Economic Value Added
sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan Market Cap sebesar 38,1 dengan asumsi variabel lain tetap.
4. β3 sebesar 0,383 menunjukkan bahwa setiap penambahan Market
Value Added sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan Market Cap
sebesar 38,3 dengan asumsi variabel lain tetap.
4.2.3.2 Analisis Koefisien Determinasi
Nilai koefisien korelasi R menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan
variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0,5 dan mendekati 1. Koefisien determinasi R square
menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah nol sampai dengan
satu. Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka variabel- variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas.
Tabel 4.10 Model Summary
Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R
Square Std. Error
of the Estimate
Change Statistics R Square
Change F
Change df1 df2
Sig. F Change
dimension0
1 .881
a
.777 .769
.84675 .777
98.543 3
85 .000
a. Predictors: Constant, Ln_MVA, Ln_WCT, Ln_EVA b. Dependent Variable: Ln_MC
55 Pada tampilan ouput SPSS model summary , nilai koefisien
korelasi R sebesar 0,777 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara WCT,EVA, dan MVA variabel independen
terhadap Market Cap variabel dependen kuat. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada diatas 0,5 dan mendekati 1.
Angka adjusted R Square atau koefisien determinasi adalah 0,769. Hal ini berarti 76,9 variasi atau perubahan dalam variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya 23,1 dijelaskan oleh faktor - faktor lain. StandarError of
Estimate SEE adalah 0,84675, semakin kecil nilai SEE maka akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
4.2.3.3 Pengujian Secara Simultan
Uji Signifikan Simultan atau yang dikenal dengan Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil pengolahan data denagn program SPSS versi 18.0 maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji-F
ANOVA
b
Model Sum of Squares df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 211.963
3 70.654
98.543 .000
a
Residual 60.944
85 .717
Total 272.907
88 a. Predictors: Constant, Ln_MVA, Ln_WCT, Ln_EVA b. Dependent Variable: Ln_MC
56 Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara
bersama-sama variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari
nilai F hitung sebesar 98,543 dengan nilai signifikansi sig sebesar 0,00. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari
F tabel 98,543 2,71. Dilihat signifikansinya, nilai signifikansi adalah sebesar 0,000, lebih kecil dari nilai signifikan sebesar 0,05.
Hasil perhitungan baik melalui F hitung maupun nilai signifikannya, menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi Market Cap, atau dapat dikatakan bahwa WCT, EVA, dan MVA secara bersama-sama berpengaruh terhadap Market Cap.
4.2.3.4 Pengujian Secara Parsial
Uji - t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya.Hasil pengolahan dapat dilihat pada
tabel 4.13.
Tabel 4.12 Hasil Uji-t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 5.522
.734 7.524
.000 Ln_WCT
.060 .073
.046 .816
.417 Ln_EVA
.381 .064
.445 5.980
.000 Ln_MVA
.383 .057
.522 6.719
.000 a. Dependent Variable: Ln_MC
57 Dari tabel hasil pengolahan SPSS dapat dilihat besarnya t
hitung untuk variabel WCT sebesar 0,816 dengan nilai signifikan 0,417. Hasil uji tersebut dapat menunjukkan t hitung adalah lebih
kecil dari t tabel 0,8161,66298. Dilihat signifikansinya, nilai signifikansi WCT adalah sebesar 0,417, lebih besar dari nilai
signifikan sebesar 0,05. Hasil perhitungan baik melalui t hitung maupun nilai signifikannya, menunjukkan WCT tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabelMarket Cap. Nilai t tabel, dimana level of significance
α = 0,05 5 dan derajat kebebasan df = n – k atau 89 – 4.
Nilai t hitung untuk variabel EVA adalah 5,980 dengan nilai signifikan 0,000. Hasil uji tersebut dapat menunjukkan t hitung
adalah lebih besar dari t tabel 5,980 1,66298. Dilihat signifikansinya, nilai signifikansi EVA adalah sebesar 0,000, lebih
kecil dari nilai signifikan sebesar 0,05. Hasil perhitungan baik melalui t hitung maupun nilai signifikannya, menunjukkan EVA
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Market Cap. Nilai t hitung untuk variabel MVA adalah 6,719 dengan nilai
signifikan 0,000. Hasil uji tersebut dapat menunjukkan t hitung adalah lebih besar dari t tabel 6,719 1,66298. Dilihat
signifikansinya, nilai signifikansi MVA adalah sebesar 0,000, lebih kecil dari nilai signifikan sebesar 0,05. Hasil perhitungan baik
58 melalui t hitung maupun nilai signifikannya, menunjukkan MVA
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Market Cap. Berdasarkan tabel 4.9 dan penjelasan di atas, di dapatlah
persamaan regresi sebagai berikut : LN_MC = 5,522 + 0,060 LN_WCT + 0,381 LN_EVA + 0,383 LN_MVA + e
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,769. Hal ini berarti bahwa 76,9 variasi atau perubahan dalam harga saham dapat dijelaskan oleh variasi WCT,
EVA dan MVA, sedangkan sisanya sebesar 23,1 dijelaskan oleh sebab – sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
Berdasarkan hasil pengujian, diketahui secara parsial bahwa Working Capital Turnover
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Market Cap
, sedangkan Economic Value Added dan Market Value Added mempunyai pengaruh yang signifikan dan memiliki pengaruh ke arah positif
terhadap Market Cap. Dari hasil pengujian tersebut, maka hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Working Capital Turnover WCT terhadap Market Cap Dari penjelasan uji t diatas, diketahui bahwa Working Capital
Turnover memiliki koefisien regresi yang positif, yaitu sebesar 0,060,
yang mana berarti bahwa setiap perubahan Working Capital Turnover sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan Market Cap sebesar 6,0
59 dengan asumsi variabel lain tetap. Dalam pengujian hipotesis yang
dilakukan, diketahui bahwa Working Capital Turnover berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Market Cap, artinya setiap
perubahan Working Capital Turnover akan mempengaruhi perubahan pada Market Cap tapi tidak siginifikan.
2. Pengaruh Economic Value Added EVA terhadap Market Cap Dari penjelasan uji t diatas, diketahui bahwa Economic Value Added
memiliki koefisien regresi yang positif, yaitu sebesar sebesar 0,381, yang mana berarti bahwa setiap perubahan Economic Value Added
sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan Market Cap saham sebesar 38,1 dengan asumsi variabel lain tetap. Dalam pengujian hipotesis
yang dilakukan, diketahui bahwa Economic Value Added berpengaruh positif dan signifikan terhadap Market Cap, artinya
setiap perubahan Economic Value Added akan mempengaruhi perubahan pada Market Cap secara siginifikan. Hasil ini sesuai
dengan hasil yang diperoleh Rahman 2013, dimana variabel EVA memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Market Cap.
3. Pengaruh Market Value Added MVA terhadap Market Cap Dari penjelasan uji t diatas diketahui bahwa Market Value Added
memiliki koefisien regresi yang positif, yaitu sebesar sebesar 0,383, yang mana berarti bahwa setiap perubahan Market Value Added
sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan Market Cap sebesar 38,3 dengan asumsi variabel lain tetap. Dalam pengujian hipotesis yang
60 dilakukan, diketahui bahwa Market Value Added berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Market Cap, artinya setiap perubahan Market Value Added
akan mempengaruhi perubahan pada Market Cap secara siginifikan.
Tidak signifikannya pengaruh Working Capital Turnover terhadap Market Cap
perusahaan kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kondisi sosial, politik, serta ekonomi Indonesia yang tidak stabil sehingga
mengakibatkan tingginya resiko bisnis dan berdampak pada timbulnya keraguan para investor terhadap kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan going concernnya. Faktor lain juga dapat berupa kurangnya transparansi yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan terhadap
pemegang saham mengenai rencana-rencana mereka untuk mempertahankan kesehatan perusahaan.
Working Capital Turnover juga hanya berpusat pada kondisi jangka
pendek perusahaan, tidak seperti EVA, MVA, dan Market Cap yang merupakan ukuran jangka panjang perusahaan. EVA dan MVA akan
memberikan gambaran yang lebih baik jika digunakan untuk melihat kondisi jangka panjang perusahaan, dan Market Cap merupakan ukuran perusahaan
yang diukur sejak pertama kali perusahaan IPO sampai saat ini. Adanya ganguan kesehatan jangka pendek perusahaan kemungkinan tidak dapat
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ukuran perusahaan sejak ia go public.
61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari Working Captal Turnover WCT,
Economic Value Added EVA, dan Market Value Added MVA, terhadap
Market Capitalization . Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik
inferensial setelah sebelumnya dilakukan pengujian asumsi klasik. Hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Economic Value Added dan Market Value Added
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Market Capitalization.
Sedangkan Working Capital Turnover hanya berpengaruh secara simultan saja terhadap Market Capitalization.
2. WCT tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Market Cap dan memiliki arah pengaruh yang positif. Hal ini berarti setiap
perubahan pada WCT, tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap Market Cap.
3. EVA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Market Cap dan memilki arah pengaruh yang positif. Hal ini berarti bahwa
meningkatnya EVA akan meningkatkan Market Cap secara signifikan. 4. MVA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Market Cap, dan
memiliki arah pengaruh yang positif. Hal ini berarti bahwa