Pengaturan tentang Tanggung Jawab Debitur atas Benda Jaminan yang

Risiko merupakan suatu akibat dan suatu keadaan yang memaksa Overmacht sedangkan ganti rugi merupakan akibat dari wanprestasi. Apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, tidak dapat mengembalikan kredit tepat pada waktunya, maka mekanisme atau prosedur pelaksanaan eksekusi atas barang yang menjadi jaminan adalah pihak bank harus memberitahukan secara tertulis kepada mereka agar segera menyerahkannya kepada bank. Setelah barang dikuasai oleh bank, maka tindakan selanjutnya melaksanakan eksekusi terhadap jaminan tersebut. Terhadap risiko tersebut di atas, maka beberapa usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mengatasi risiko, yaitu : 1. Menerima risiko, apabila suatu risiko yang dihadapi oleh seseorang diperkirakan tidak begitu besar atau usaha untuk menghindari, mencegah, memperalihkan itu diperhitungkan lebih besar daripada keuntungannya, maka orang yang menghadapi risiko itu mungkin akan mengambil sikap, bahwa ia akan menerima saja risiko itu. Dengan kata lain ia akan pasrah saja. 2. Menghindari risiko, menghindari atau menjauhi adalah suatu cara menghadapi masalah yang penuh dengan risiko. Seseorang yang menghindari atau menjauh dari suatu pekerjaan, suatu benda yang penuh risiko, berarti dia berusaha menghindari risiko itu sendiri. 3. Mencegah risiko, dengan cara melakukan beberapa usaha sehingga akibat yang tidak diharapkan, yang mungkin timbul akan dapat diatasi atau dihindari. 4. Mengalihkan risiko, bahwa seseorang yang menghadapi risiko meminta orang lain untuk menerima risiko tersebut. Ini dilakukan dengan memperalihkan risiko tersebut berdasarkan suatu perjanjian. Beberapa cara mengatasi risiko maka pengalihan risiko merupakan cara yang paling efektif, karena dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain yang telah disepakati tentunya pihak tersebut bersedia mengambil alih risiko. Hal demikian berarti bahwa jika risiko atau peristiwa yang tidak pasti benar-benar terjadi maka pihak yang bersedia menanggung peralihan risiko tersebut adalah lembaga pertanggungan yaitu perusahaan asuransi. Besarnya uang pertanggungan yang diterima tidak akan pernah sebanding dengan akibat yang ditimbulkan karena kecelakaan, kerusakan, kehilangan, dan cacat. Namun, setidaknya uang pertanggungan yang diterima, dapat meringankan beban ganti rugi. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, pengertian Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Dari pengertian tersebut, manusia dalam mengarungi kehidupannya dan dalam setiap kegiatannya selalu berhadapan dengan risiko. Setiap orang yang ingin memperkecil risiko yang akan terjadi karena peristiwa yang tidak pasti dapat dilakukan dengan mengasuransikan segala sesuatu yang dapat menimbulkan risiko. Perusahaan asuransi tidak memberikan ganti rugi sepenuhnya atas benda jaminan yang musnah tersebut, yang mengakibatkan bank masih mengalami kerugian maka bank meminta kepada debitur untuk menutup sisa kerugian yang timbui dengan beberapa cara : 1. Dengan cara pengembalian langsung sisa kerugian yang tidak diganti sepenuhnya oleh perusahaan asuransi. 2. Jika debitur belum dapat mengembalikan sepenuhnya kerugian yang timbul tanpa melalui perusahaan asuransi karena benda jaminan tidak diasuransikan maka debitur meminta kebijakan kepada kreditur untuk diberikan tenggang waktu pengembalian dari tenggang waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian, dan juga keringanan terhadap nilai pinjaman yang harus dilunasi oleh debitur. Tanggung jawab debitur terhadap jaminan benda bergerak yang hilang adalah tetap mengembalikan pinjaman kredit kepada kreditur. Jika benda bergerak yang diasuransikan hilang maka debitur tetap mempertanggungjawabkan pengembalian pinjaman kredit melalui perusahaan asuransi kepada kreditur, walaupun tidak dibayar sepenuhnya oleh perusahaan asuransi dimana benda jaminan diasuransikan. Sisa dari pinjaman kredit yang belum lunas tetap dilunasi oleh pihak debitur. Tetapi jika benda jaminan bergerak tidak diasuransikan ternyata musnah maka debitur bertanggung jawab penuh dalam pengembalian pinjaman kredit kepada kreditur. Hal ini dikarenakan debitur telah terikat dalam perjanjian kredit dengan pihak bank. Pada dasarnya setiap perjanjian kredit yang dilaksanakan tidak merugikan pihak bank, walaupun dalam pelaksanaan perjanjian kredit itu benda jaminan musnah. Mengenai perpindahan atau pengalihan hak milik dimaksud haruslah tetap mengacu kepada sistem hukum jaminan yang berlaku, yaitu bahwa pihak penerima jaminan atau kreditur tidak dibenarkan menjadi pemilik yang penuh atas benda tersebut, artinya kewenangan kreditur hanyalah kewenangan yang berhak atas benda jaminan dalam hal ini hanya hak kepemilikan yang beralih sedangkan benda jaminan masih dikuasai oleh pemberi fidusia. Konsekuensi hukum jika timbul masalah atau gugatan karena kesalahan kesengajaan atau kekuranghati-hatian dari debitur sehubungan dengan penggunaan atau pengalihan benda jaminan, maka pihak kreditur dibebaskan dari tanggung jawab. Dengan demikian di dalam setiap peijanjian kredit yang dilakukan adanya pengikatan atau perlindungan terhadap benda jaminan debitur melalui perusahaan asuransi khususnya terhadap benda jaminan bergerak merupakan syarat penting yang bertujuan untuk mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan di kemudian hari. Sehingga dengan demikian pihak bank dapat menuntut ganti rugi kepada perusahan asuransi, dimana benda jaminan itu diasuransikan walaupun tidak dibayar sepenuhnya oleh perusahaan asuransi tersebut.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NOMOR 2914KPdt2001

A. Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2914KPdt2001

1. Para Pihak

Putusan ini merupakan kasus antara Tjong Kwet Khiong alias Atung selaku direktur dari PT. MULTI MAKMUR MATARI selanjutnya disebut sebagai PT. MMM sebuah perusahaan yang bergerak dibidang usaha pengelolaan kertas khususnya pembuatan buku tulis yang berkantor di Jalan Waspada Buntu No. 19 RT.004 RW.012 Kelurahan Tmbora, Jakarta Utara selaku Pemohon Kasasi dahulu Penggugat dengan BANK EKSPOR IMPOR CABANG JAKARTA PANCORAN sekarang PT. BANK MANDIRI selanjutnya disebut sebagi PT. BM yang berkantor di Gedung Graha Bukaka, Jalan Raya Pasar Minggu No. 17 A. Jakarta Selatan selaku Termohon Kasasi I dahulu Tergugat II dan ASURANSI WAHANA TATA CABANG JAKARTA PONDOK INDAH selanjutnya disebut sebagai ASWATA yang berkantor di Jalan Sultan Iskandar Muda No. 8 B. Jakarta Selatan selaku Termohon Kasasi II dahulu Tergugat I.

2. Kasus Posisi

Terjadinya kasus ini berawal dari adanya perjanjian kredit dengan No. 001KMK-UmumX97 pada 23 Oktober 1997, dimana PT. MMM telah mendapat pinjaman uang dari PT. BM sebesar Rp.1.120.000.000,- dan 54 sebesar Rp.740.000.000,- dengan memberikan jamina terhadap pengembalian kredit tersebut berupa penyerahan hak milik secara fidusia, pemindahan dan penyerahan hak sebagai jaminan pribadi yang kesemuanya dimuat dalam bentuk Akta Notaris. Barang jaminan tersebut telah di asuransikan kepada ASURANSI WAHANA TATA CABANG JAKARTA PONDOK INDAH dengan polis asuransi No. 02-18-22000246 dan No. 01- 18-22000247. Pada tanggal 14 Mei 1998 telah terjadi kebakaran pada pabrik PT. MULTI MAKMUR MATARI yang telah mengakibatkan musnahnya barang yang menjadi jaminan kreditnya dengan BANK EKSPOR IMPOR CABANG JAKARTA PANCORAN sekarang PT. BANK MANDIRI. Atas kejadian tersebut, maka ia meminta kepada PT. BANK MANDIRI membantu melakukan klaim asuransi. Namun pada saat mengajukan klaim tersebut, ASURANSI WAHANA TATA CABANG JAKARTA PONDOK INDAH menolak membayar dengan alasan resiko yang diderita tersebut tidak dijamin oleh polis standar kebakaran. Akibat tidak dibayarkan klaim asuransi oleh pihak asuransi, maka PT. MULTI MAKMUR MATARI sangat merasa dirugikan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan Tergugat I ASURANSI WAHANA TATA CABANG PONDOK INDAH dan Tergugat II PT. BANK MANDIRI. Penggugat PT. MULTI MAKMUR MATARI menuntut kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk memberikan putusan dalam perkara ini sebagai berikut : -. DALAM PROVISI : -. Memerintahkan kepada Tergugat II untuk tidak melakukan penagihan pembayaran kredit terhadap Penggugat selama dalam proses pemeriksaan perkara sampai dengan diperolehnya putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum yang pasti, dengan ketentuan Tergugat II akan dikenakan uang paksa dwangsom sebesar Rp.1.000.000,- satu juta rupiah setiap harinya apabila melalaikan putusan provisi ini ; -. DALAM POKOK PERKARA : 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ; 2. Menyatakan sah dan berharga terhadap sita jaminan yang telah diletakkan; 3. Menyatakan Tergugat I telah melakukan perbuatan ingkar janji wanprestasi ; 4. Menghukum Tergugat I untuk melakukan pembayaran klaim asuransi kepada Penggugat dengan jumlah keseluruhannya sebesar Rp.1.600.000.000,- satu milyar enam ratus juta rupiah dan DEM 1.800.000.00- ; 5. Menghukum Tergugat I untuk melakukan pembayaran penggantian biaya kerugian dan bunga sebesar Rp.1.152.000.000,- satu milyar seratus lima puluh dua juta rupiah dan DEM 1.296.000.00,- ; 6. Menyatakan secara hukum uang hasil pembayaran klaim asuransi oleh Tergugat I kepada Penggugat adalah untuk kepentingan pelunasan pinjaman kredit Penggugat kepada Tergugat II dan apabila terdapat sisa kelebihan maka menjadi hak Penggugat ; 7. Menghukum Tergugat II untuk tidak melakukan penagihan pelunasan pinjaman kredit yang sudah jatuh tempo berikut bunga- bunganya kepada Penggugat sampai dilunasinya pembayaran klaim asuransi oleh Tergugat I kepada Penggugat ; 8. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada bantahan,banding maupun kasasi ; 9. Menghukum Para Tergugat supaya membayar biaya perkara ; -. ATAU : -. Apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil- adilnya ; Di persidangan, pihak Tergugat I mengajukan eksepsi Penggugat tidak berhak mengajukan gugatan kepada Tergugat I dalam perkara a quo, karena polis asuransi yang disengketakan dalam perkara a quo adalah polis asuransi yang memuat klausula Bank Bankers Clause maka yang berhak mengajukan claim atas asuransi terhadap Tergugat I adalah Tergugat II PT. Bank Ekspor Impor Indonesia. Bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat II telah mengajukan gugatan Rekonvensi yang pada pokoknya telah mengemukakan bahwa menunjuk kepada jangka waktu perjanjian kredit ternyata masa perjanjian kredit tersebut saat ini telah berakhir. Bahwa dengan demikian telah terbukti bahwa Tergugat dalam RekonvensiPenggugat dalam Konvensi telah ingkar janji wanprestasi dalam melaksanakan kewajiban pembyaran atas fasilitas kredit yang telah diterimanya dari Penggugat dalam RekonvensiTergugat II dalam Konvensi. Bahwa atas prbuatan Tergugat dalam RekonvensiPenggugat dalam Konvensi tersebut, Penggugat dalam RekonvensiTergugat II dalam Konvensi telah mengalami kerugian sebesar Rp.2.497.726.037,67,-. Terhadap gugatan tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah mengambil putusan, yaitu dengan putusannya Nomor : 175Pdt.G1999PN.Jkt.Sel. tanggal 20 Oktober 1999 yang amarnya berbunyi sebagai berikut : -. DALAM KONVENSI : -. DALAM PROVISI : -. Menolak gugatan provisi ; -. DALAM EKSEPSI : -. Menolak eksepsi Tergugat I Konvensi ; -. DALAM POKOK PERKARA : 1. Menolak gugatan Penggugat Konvensi seluruhnya;

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

11 194 119

TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 9

SKRIPSI TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 10

PENDAHULUAN TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 20

PENUTUP TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 2 18

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK | TRISNADEWI | Krettha Dyatmika 374 698 1 SM

0 0 15

BAB II PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM SUATU PERJANJIAN KREDIT BANK A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 0 54

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 0 27

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 1 11