Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

pinjam meminjam atau perjanjian kredit. Tidak ada perjanjian jaminan tanpa adanya perjanjian pokoknya. Perjanjian jaminan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu mengikuti perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian pokok berakhir, maka perjanjian jaminan juga akan berakhir atau hapus. Sifat perjanjian jaminan adalah merupakan perjanjian asesor accessoir. Perjanjian jaminan merupakan perjanjian khusus yang dibuat oleh kreditur dengan debitur atau pihak ketiga yang membuat suatu janji dengan mengikatkan benda tertentu atau kesanggupan pihak ketiga dengan tujuan memberikan keamanan dan kepastian hukum pengembalian kredit atau pelaksanaan perjanjian pokok. 5 Fidusia merupakan istilah yang sudah lama dikenal dalam bahasa Indonesia. Undang-undang yang khusus mengatur tentang hal ini, yaitu Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 juga menggunakan istilah “fidusia.” Dengan demikian, istilah “fidusia” sudah merupakan istilah resmi dalam dunia hukum kita. Akan tetapi, kadang-kadang dalam bahasa Indonesia untuk fidusia ini disebut juga dengan istilah “Penyerahan Hak Milik secara Kepercayaan”. 6 Pengalihan hakkepemilikan dimaksud semata-mata sebagai jaminan bagi pelunasanutang, bukan untuk seterusnya dimiliki oleh penerima fidusia. 7 “Rekayasa hukum tersebut dilakukan lewat bentuk globalnya yang disebut dengan Constitutum Posessorium penyerahan kepemilikan benda tanpa menyerahkan fisik benda sama sekali ”. 8 5 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Azas Pemisahan Horizontal, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996, h. 236. 6 Munir Fuady, Jaminan Fidusia Cetakan ke-2 Revisi, Bandung :Citra Aditya Bakti, 2003, h.3 7 Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi dengan UUHT, Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2008, h.35 8 Munir Fuady, Jaminan Fidusia Cetakan ke-2 Revisi, Bandung :Citra Aditya Bakti, 2003, h.3 Perjanjian kredit yang terjadi antara pihak bank dengan pihak debitur dalam prakteknya kadangkala terjadi tidak sesuai dengan keinginan para pihak. Perjanjian kredit tersebut dapat menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Benda jaminan yang diberikan oleh pihak debitur kepada pihak bank terutama pada benda jaminan seperti kendaraan bermotor, peralatan mesin yang dibebani jaminan fidusia ternyata musnah dan nilai dari benda bergerak tersebut setiap tahun akan menyusut. Musnahnya benda jaminan dapat disebabkan karena terjadi pencurian, kebakaran, dan lain-lain. Dalam praktek pelaksanaan pemberian kredit oleh Bank dengan mempergunakan fidusia sebagai lembaga jaminan kredit kepada pengusaha guna mengembangkan usahanya, maka tidak tertutup kemungkinan akan muncul permasalahan-permasalahan hukum karena objek fidusianya tetap berada dalam tangan debitor. Seperti pada kasus yang telah diputus dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 2914KPdt2001. Dalam putusan tersebut diselesaikan sengketa antara PT. MULTI MAKMUR MATARI selaku pemberi jaminan debitur dengan PT. BANK EKSPOR IMPORT CABANG PANCORAN sekarang PT. BANK MANDIRI selaku peneriman jaminan kreditur yang mewajibkan pihak debitur tetap membayar sisa hutangnya kepada kreditur meskipun objek jaminannya telah musnah akibat kebakaran. Putusan MA Nomor 2914KPdt2001 permohonan kasasi oleh PT. Multi Makmur Matari di tolak oleh Mahkamah Agung dikarenakan tidak melunasi hutang kreditnya karena keadaan memaksa overmacht tidak dapat dibenarkan. Terbakarnya stock barang dagangan Penggugat tidak terkait dengan perjanjian kredit dan karenanya tidak menghapus atau mengurangi kewajiban Penggugat seperti diatur dalam perjanjian kredit. Penerima kredit tetap terkait dengan perjanjian kredit walaupun barang jaminan terbakar, karena menurut hukum seluruh kekayaan Penggugat merupakan jaminan utang. Dalam undang-undang telah di atur mengenai musnahnya benda jaminan sebagai salah satu sebab hapusnya perjanjian, namun tidak mengapus klaim asuransi. Tetapi pada prakteknya pihak debitur selaku pemberi fidusia tidak mengetahui secara jelas isi polis asuransi yang dilakukan pihak kreditur dengan perusahaan asuransi. Hal ini mengakibat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap benda jaminan di luar isi polis asuransi yang dibuat maka debitur harus bertanggungjawab penuh terhadap sisa hutangnya. Seperti pada kasus sengketa antara PT. MULTI MAKMUR MATARI selaku pemberi jaminan debitur dengan PT. BANK EKSPOR IMPORT CABANG PANCORAN sekarang PT. BANK MANDIRI selaku peneriman jaminan kreditur. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisis putusan tersebut dalam sebuah karya ilmiah dengan judul: “TANGGUNG JAWAB DEBITUR ATAS MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT Analisis Putusan MA Nomor 2914KPdt2001. ” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pokok pembahasan skripsi ini hanya menyangkut mengenai penyelesaian mengenai objek jaminan fidusia yang musnah.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan di dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana pengaturan tanggung jawab debitur terhadap benda jaminan fidusia yang musnah dalam suatu perjanjian kredit? b. Bagaimana perlindungan para pihak dalam Putusan MA Nomor 2914KPdt2001 terkait musnahnya benda jaminan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang harus di capai oleh penulis dalam melakukan analisis dan pengkajian tentang judul topik tersebut di atas adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaturan tanggungjawab debitur terhadap musnahnya benda jaminan fidusia yang musnah dalam suatu perjanjian kredit. b. Untuk mengetahui dan memahami serta menganalisis mengenai perlindungan para pihak atas musnahnya benda jaminan fidusia dalam perjanjian kredit.

2. Manfaat Penelitian

Pemelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara teoritis maupun praktis. a. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang hukum jaminan fidusia yang keberadaannya sangat dibutuhkan berkaitan dengan aktivitas lembaga keuangan bank. b. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berupa masukan bagi pemerintah maupun lembaga perbankan dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, terutama ketentuan yang menyangkut tanggung jawab debitur terhadap musnahnya benda jaminan fidusia dalam kredit perbankan.

D. Tinjauan Review Studi Terdahulu

Agar tidak terjadi kesamaan antara penulisan skripsi ini dengan penelitian tentang jaminan fidusia lainnya, maka penulis melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian terdahulu. Penelitian-penelitian tersebuat diantaranya: 1. Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS NILAI OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG MENYUSUT Tinjauan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia” yang disusun oleh Reza Adriansyah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2013. Skripsi ini membahas mengenai perlindungan hukum kreditur dan penyelesaiannya akibat menyusutnya nilai objek jaminan fidusia. 2. Skripsi yang berjudul “ PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS RUSAK DAN ATAU MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA PD. BPR BANK PURWOREJO ” yang disusun oleh Efi Handayani, Fakutas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2014. Skripsi ini membahas mengenai perlindungan hukum terhadap kreditur atas jaminan fidusia yang rusak dan atau musnah dalam perjanjian kredit.

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

Suatu teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. 9 Tanggungjawab debitur terhadap musnahnya jaminan fidusia dalam perjanjian tidak terlepas dari peranan bank sebagai lembaga intermediasi, memiliki fungsi sebagai perantara keuangan. Dalam peranannya, terdapat hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang saling terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya dapat melakukan kegiatan dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat ”percaya” untuk menempatkan uangnya dalam produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisasi dana dari masyarakat untuk ditempatkan di banknya dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa perbankan. 9 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h. 19. Bank sebagai lembaga keuangan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian dana yang dihimpun tersebut disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit atau pembiayaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, fungsi konvensional dari bank adalah di samping menghimpun dana dari masyarakat, juga memberi pinjaman menyalurkan kredit kepada masyarakat. 10 Sutan Remmy Syahdeini memberikan batasan bahwa perjanjian kredit memiliki pengertian secara khusus, yaitu perjanjian antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai nasabah debitur mengenai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu yang mewajibkan nasabah nasabah debitur untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. 11 Sutarno berpendapat bahwa perjanjian kredit dibuat untuk kepastian hukum akan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Lahirnya perjanjian kredit memberi konsekuensi kepada kreditur mengenai kepastian hukum bagi kreditur apabila debitur lalai dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur. 12 Dalam memberikan kredit kepada warga masyarakat, bank menerapkan prinsip The Five ”C” yaitu watak character, kemampuan capacity, modal capital, situasi ekonomi condition of economic dan agunan collateral. Bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas 10 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Bandung: Alumni, 2000, h. 8. 11 Sutan Remmy Syahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank, Jakarta: Institut Bankir Indonesia,1993,h. 34. 12 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, h. 246-250.

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

11 194 119

TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 9

SKRIPSI TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 10

PENDAHULUAN TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 20

PENUTUP TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 2 18

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK | TRISNADEWI | Krettha Dyatmika 374 698 1 SM

0 0 15

BAB II PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM SUATU PERJANJIAN KREDIT BANK A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 0 54

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 0 27

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 1 11