Putusan Mahkamah Agung Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2914KPdt2001
lembaga jaminan fidusia seperti yang sudah di jelaskan pada bab sebelumnya mengenai pengikatan jaminan kredit.
Kemudian jika dilihat dari tahun pembuatan perjanjian kredit yaitu tahun 1997, dimana pada tahun tersebut hanya ada KUHPerdata dan juga UU Rumah
Susun yang sedikit mengatur mengenai jaminan fidusia. Belum ada undang- undang yang mengatur secara lebih spesifik seperti Undang-Undang No. 42
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, karena undang-undang tersebut mengatur kewajiban mengenai pendaftaran perjanjian kredit menggunakan jaminan
fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Perjanjian kredit secara fidusia dalam perkara ini hanya dibuat berupa
akta otentik yang dibuat dihadapan notaris tanpa melakukan pendaftaran ke Kantor Pendaftaran Fidusia, akan tetapi akta notaris tersebut tetap memiliki
kekuatan hukum. Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 2914KPdt2001, sebelumnya
terdapat beberapa pertimbangan dari Judex Facti yang menurut penulis sudah benar dalam putusannya. Karena jika dilihat dari kronologis kasusnya pihak
PT. Multi Makmur Matari Penggugat telah melakukan wanprestasi dengan tidak membayar sisa pinjaman kredit tehadap Bank Ekspor Impor Cabang
Jakarta Pancoran sekarang PT. Bank Mandiri dengan alasan bahwa benda jaminan telah musnah akibat kebakaran.
Selanjutnya dalam hukum jaminan fidusia, persoalan wanprestasi merupakan yang menjadi hal utama, terutama karena hukum jaminan sebagai
pembayaran atas hutang. Mengenai objek jaminan fidusia berupa stok barang
ditentukan bahwa penerima fidusia Bank mempunyai hak untuk menempatkan tanda-tanda identifikasi pada objek jaminan fidusia, yang
memperlihatkan bahwa penerima fidusia adalah pemilik objek jaminan fidusia dan pemberi fidusia berkewajiban memelihara tanda tersebut.
3
Menurut beberapa yurispudensi jaminan fidusia, dapat disimpulkan bahwa fidusia diartikan sebagai penyerahan hak milik secara kepercayaan atas
benda bergerak sebagai jaminan, yang ditekankan adalah segi ”penyerahan hak milik”. Dalam Undang-Undang Rumah Susun, fidusia diartikan sebagai hak
jaminan yang berupa penyerahan hak atas benda berdasarkan kepercayaan yang disepakati sebagai jaminan bagi pelunasan piutang kreditur, yang
ditekankan adalah ”penyerahan hak”. Dengan demikian yang diserahkan kepada kreditur penerima fidusia bukan terbatas pada hak milik atas benda
melainkan juga hak-hak lainnya atas benda. Baik pengertian fidusia menurut yurispudensi maupun Undang-Undang Rumah Susun, keduanya mempunyai
hakikat penyerahan yang sama yakni debitur pemberi fidusia menyerahkan hak milik atas benda adalah dalam fungsinya sebagai jaminan.
4
Sedangkan menurut Undang-Undang Jaminan Fidusia UUJF sendiri, fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
3
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia : Suatu Kebutuhan Yang Didambakan Cetakan II, Bandung: PT. Alumni, 2010, h. 200.
4
Ibid, h. 265.