Pertimbangan Majelis Hakim Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2914KPdt2001

overmacht sebagaimana tersebut diatas adalah pertimbangan yang keliru dan tidak adil karena hutang Penggugat sudah jatuh tempo. Apabila Termohon Kasasi Isemula Penggugat tidak memenuhi kewajibannya dengan baik sedangkan hutangnya sudah jatuh tempo, maka demi hukum Pemohon Kasasi berwenang untuk melelang agunan kredit yang telah diserahkan kepada Termohon Kasasi I. Mengenai keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi I tersebut Mahkamah Agung berpendapat: Bahwa keberatan-keberatan ini dapat dibenarkan, karena Judex Facti telah salah menerapkan hukum. Bahwa Termohon KasasiPenggugat tidak melunasi hutang kreditnya karena keadaan terpaksa overmacht tidak dapat dibenarkan. Terbakarnya stock barang dagangan Penggugat tidak terkait dengan perjanjian kredit dan karenanya tidak menghapus atau mengurangi kewajiban Penggugat seperti diatur dalam perjanjian kredit. Penerima kredit tetap terkait dengan perjanjian kredit walaupun barang jaminan terbakar, karena menurut hukum seluruh kekayaan Penggugat merupakan jaminan utang. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, menurut pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi II : PT. BANK EKSPOR IMPOR CABANG PANCORAN sekarang PT. BANK MANDIRI tersebut dan membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.1076Pdt1999PT.DKI tanggal 16 Mei 2000 yang telah menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.175Pdt.G1999PN.Jkt.Sel. tanggal 20 Oktober 1999.

4. Putusan Mahkamah Agung

Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara ini dengan amar putusannya seperti tersebut dibawah ini : Menimbang bahwa, oleh walaupun permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II dikabulkan, namun karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I ditolak, maka Pemohon Kasasi I dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ; Memperhatikan Pasal-Pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004, Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2004 1985 serta peraturan perundangundangan lain yang bersangkutan ; M E N G A D I L I : Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I : PT. MULTI MAKMUR MATARI tersebut ; Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II : : PT. BANK EKSPOR IMPOR CABANG PANCORAN sekarang PT. BANK MANDIRI tersebut ; Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.1076Pdt1999PT.DKI tanggal 16 Mei 2000 yang telah menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.175Pdt.G1999PN.Jkt.Sel. tanggal 20 Oktober 1999 ; MENGADILI SENDIRI : -. DALAM KONVENSI : -. DALAM PROVISI : -. Menolak gugatan provisi ; -. DALAM EKSEPSI : -. Menolak eksepsi Tergugat I ; -. DALAM POKOK PERKARA : 1. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya ; -. DALAM REKONVENSI : 1. Menerima dan mengabulkan gugatan Rekonvensi dari Para Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya ; 2. Menyatakan Tergugat I dalam rekonvensi telah wanprestasi dalam melaksanakan kewajiban pembayaran hutangnya kepada Penggugat Rekonvensi ; 3. Menghukum Tergugat I Rekonvensi untuk membayar secara seketika dan sekaligus lunas atas hutang-hutangnya kepada Penggugat Rekonvensi yang hingga tanggal 15 Juni 1999 mencapai jumlah Rp.2.497.726.037,67,- dua milyar empat ratus sembilan puluh tujuh juta tujuh ratus dua puluh enam ribu tiga puluh tujuh rupiah enam puluh tujuh sen ditambah bunga kredit KMK-Umum sebesar 6 + provisi 1 dan bunga kredit KMK-Umum sebesar 6 + provisi 0,50 sampai dengan pelunasan hutang ; Menghukum Pemohon Kasasi IPenggugat dalam Konvensi membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp.200.000,- dua ratus ribu rupiah ;

B. Analisis Putusan MA Nomor 2914KPdt2001

Pembebanan kebendaan dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta Jaminan Fidusia. Pasal 5 ayat 1 UUJF. Sifat akta notaris tersebut adalah memaksa, sehingga seluruh akta jaminan fidusia harus berupa akta notariil. Dimana akta itu sendiri merupakan perjanjian yang bukan perjanjian yang bersifat berdiri sendiri, sehingga Jaminan Fidusia merupakan assesoir dari perjanjian kredit itu sendiri. 1 Kemudian, Undang-Undang Jaminan Fidusia juga menganut prinsip pendaftaran jaminan fidusia, yang diatur dari Pasal 11 sampai dengan Pasal 18 UUJF. Sekalipun dalam pasal 11 Undang-Undang Jaminan fidusia disebutkan bahwa yang didaftar tersebut adalah benda yang dibebani jaminan fidusia akan tetapi harus diartikan jaminan fidusia tersebut yang didaftarkan. Tujuan pendaftaran dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepada pihak yang berkepentingan, serta untuk memenuhi asas publisitas dengan maksud 1 A. A. Andi Prajitno, Hukum Fidusia : Problematika Yuridis Pemberlakuan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Cetakan I, Malang : Bayumedia Publishing, 2009, h. 205. masyarakat dapat mengakses informasi dan mengetahui adanya dan keadaan benda yang merupakan objek fidusia juga untuk memberikan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani dengan jaiman fidusia, hal ini mencegah terjadinya fidusia ulang sebagaimana yang dilarang oleh pasal 17 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan fidusia. 2 Kewajiban pendaftaran ini tentu bukan tanpa alasan. Menurut Pasal 37 ayat 3 Undang-Undang Jaminan Fidusia, jika dalam jangka waktu dimaksud tidak dilakukan penyesuaian, maka perjanjian Jaminan Fidusia tersebut bukan merupakan hak agunan atas kebendaan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini. Berdasarkan ketentuan ayat ini, maka perjanjian Jaminan Fidusia yang tidak didaftar tidak mempunyai hak yang didahulukan preferen baik di dalam maupun diluar kepailitan dan atau likuidasi. Didalam kasus penelitian ini, bahwa perjanjian kredit oleh PT. MMM dengan PT. BM telah dibuat secara akta notariil sebagaimana layaknya praktek-praktek pada bank seperti biasanya. Dimana jaminan fidusia tersebut merupakan assesoir dari Perjanjian Kredit PT. MMM dengan PT. BM Perjanjian Kredit No. 001KMK-UmumX97 pada 23 Oktober 1997. Dalam kasus ini sebenarnya tidak dijelaskan jenis jaminan yang digunakan, akan tetapi di lihat dari bentuk jaminan perjanjian tambahan berupa stok barang dagangan tersebut bisa di ambil kesimpulan bahwa jaminan dalam dalam kasus ini termasuk dalam jaminan fidusia. Hanya saja tidak diikat pada 2 Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 1983, h. 5. lembaga jaminan fidusia seperti yang sudah di jelaskan pada bab sebelumnya mengenai pengikatan jaminan kredit. Kemudian jika dilihat dari tahun pembuatan perjanjian kredit yaitu tahun 1997, dimana pada tahun tersebut hanya ada KUHPerdata dan juga UU Rumah Susun yang sedikit mengatur mengenai jaminan fidusia. Belum ada undang- undang yang mengatur secara lebih spesifik seperti Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, karena undang-undang tersebut mengatur kewajiban mengenai pendaftaran perjanjian kredit menggunakan jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Perjanjian kredit secara fidusia dalam perkara ini hanya dibuat berupa akta otentik yang dibuat dihadapan notaris tanpa melakukan pendaftaran ke Kantor Pendaftaran Fidusia, akan tetapi akta notaris tersebut tetap memiliki kekuatan hukum. Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 2914KPdt2001, sebelumnya terdapat beberapa pertimbangan dari Judex Facti yang menurut penulis sudah benar dalam putusannya. Karena jika dilihat dari kronologis kasusnya pihak PT. Multi Makmur Matari Penggugat telah melakukan wanprestasi dengan tidak membayar sisa pinjaman kredit tehadap Bank Ekspor Impor Cabang Jakarta Pancoran sekarang PT. Bank Mandiri dengan alasan bahwa benda jaminan telah musnah akibat kebakaran. Selanjutnya dalam hukum jaminan fidusia, persoalan wanprestasi merupakan yang menjadi hal utama, terutama karena hukum jaminan sebagai pembayaran atas hutang. Mengenai objek jaminan fidusia berupa stok barang

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

11 194 119

TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 9

SKRIPSI TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 10

PENDAHULUAN TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 3 20

PENUTUP TANGGUNG JAWAB PEMBERI FIDUSIA/DEBITUR DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA ATAS MUSNAHNYA OBYEK FIDUSIA DI TANGAN DEBITUR KARENA OVERMACHT (Analisis Putusan MA Nomor : 2914 K/Pdt/2001).

0 2 18

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK | TRISNADEWI | Krettha Dyatmika 374 698 1 SM

0 0 15

BAB II PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM SUATU PERJANJIAN KREDIT BANK A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 0 54

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 0 27

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tanggung Jawab Debitur Terhadap Musnahnya Benda Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Kredit Bank

0 1 11