Sistem Kepercayaan Kehidupan Sosial, Ekonomi Dan Budaya Etnis Jawa Di Berastagi (1968-1986)

36 tanah pertanian tersebut. Buruh tani ini sering juga disebut dengan aron. 18 18 Aron adalah orang-orang upahan atau yang digaji di dalam sektor pertanian. Pada mulanya aron ditujukan kepada masyarakat Karo sendiri yaitu mereka yang membentuk kelompok yang terdiri dari 4-8 orang, mereka bekerja di ladang anggotanya secara bergantian tanpa mendapatkan upah. Akan tetapi setelah kedatangan suku Tapanuli, istilah ini kemudian ditujukan kepada mereka karena banyak diantara mereka yang bekerja sebagai tenaga upahan pada lahan-lahan pertanian orang-orang Karo. Aron ini biasanya adalah mereka yang datang dari daerah Tapanuli atau yang bersuku Batak Toba.

2.4 Sistem Kepercayaan

Sebelum kedatangan agama Kristen Protestan, Katholik,dan Islam ke Tanah Karo, masyarakat telah mengenal satu bentuk kepercayaan kepada kekuatan-kekuatan di luar dirinya, baik kepada roh-roh nenek moyang maupun benda-benda yang dianggap keramat. Dari zaman dahulu, masyarakat Karo memang telah mempunyai suatu keyakinan bahwa batu-batu besar, gunung, laut, pohon-pohon besar dan sebagainya bisa mendatangkan rezeki dan kebahagiaan bagi mereka. Kepercayaan seperti ini merupakan kepercayaan pertama masyarakat Karo sehingga sering disebut dengan Pemena atau Perbegu. Pada zaman sekarang ini masyarakat Karo khususnya di Kecamatan Berastagi telah memeluk agama baik agama Kristen Protestan, Katholik, Islam, Budha maupun aliran kepercayaan lainnya. Untuk lebih jelasnyas dapat dilihat pada tabel berikut. 37 Tabel V Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama No Agama Jumlah 1 Kristen Protestan 20198 orang 2 Kristen Katholik 10593 orang 3 Islam 3537 orang 4 Budha 2980 orang 5 Aliran Kepercayaan 305 orang Sumber: Kantor Kecamatan Berastagi, 1986 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masyarakat Kecamatan Berastagi menganut agama yang berbeda-beda. Agama Kristen Protestan merupakan agama yang paling banyak dianut oleh penduduk Kecamatan Berastagi baik yang beretnis Karo maupun Batak Toba. Agama Islam umumnya dianut oleh pendatang yang beretnis Jawa maupun suku Karo sendiri. Sementara Agama Budha umumnya dianut oleh penduduk yang beretnis Tionghoa. Untuk mendukung peribadatan tersebut, maka di Kecamatan Berastagi dibangun sarana-sarana peribadatan masing-masing agama tersebut. Gereja menjadi sarana ibadah yang paling banyak jumlahnya mengingat di Berastagi sebagian besar penduduknya beragama Kristen Protestan dan Katholik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 38 Tabel VI Sarana Rumah Ibadah di Kecamatan Berastagi No Sarana Ibadah Jumlah 1 Gereja 12 buah 2 Masjid 8 buah 3 Vihara 1 buah Sumber: Kantor Kecamatan Berastagi, 1990 Jadi setelah masuknya agama ke tengah-tengah kehidupan masyarakat Karo khususnya di Kecamatan Berastagi, maka secara otomatis kepercayaan lamatradisional semakin lama semakin berkurang. Masyarakat semakin percaya adanya Tuhan Yang Maha Kuasa, yang mencipatakan langit dan bumi dan segala sesuatunya. Mereka semakin beranggapan bahwa Tuhan itu bukan berasal dari batu- batu besar, kayu besar, gunung, dan laut. Tetapi yang mengetahui asal-usul seluruh alam semesta beserta isinya. Demikian juga halnya dengan upacara tradisional seperti seluk 19 dan ercibal 20 19 Seluk adalah suatu bentuk upacara tradisional yang sering juga disebut dengan kurumah begu hantu nenek moyang atau kerabat kita datang ke rumah. Biasanya untk memanggilnya mereka akan terlebih dahulu pergi ercibal ke suatu tempat yang dianggap keramat. Sepulang dari sana mereka mengadakan pesta dan menari-nari dan melompat-lompat seperti orang kerasukan. Seluk ini dilakukan apabila diantara mereka menginginkan sesuatu yang sudah lama dipendam tapi belum juga didapat. 20 Ercibal adalah meletakkan sesuatu di tengah jalan, di tepi sungai, di batu besar atau di kayu besar misalnya: sirih, kelapa muda, cimpa makanan khas Karo yang terbuat dari tepung dan gula merah dengan harapan bahwa orang yang disembahnya itu akan memakannya dan keinginannya akan tercapaiterwujud. semakin jarang dilakukan oleh masyarakat. 39 Pengaruh agama terhadap kehidupan penduduk memang sangat besar, baik mengenai ketentuan kepribadian, perseorangan, maupun yang berhubungan dengan kemasyarakatan seperti halnya dalam pelaksanaan upacara-upacara tertentu. 21 Pada awalnya tenaga kerja di perkebunan ini direkrut dari daerah Penang dan Singapura dan merupakan etnis Tionghoa. Gelombang perpindahan buruh Cina ke Tanah Deli akhirnya pun menjadi sangat ramai sejak tahun 1850-1930. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan situasi di perkebunan-perkebunan tersebut yang semakin besar membuat para pengusaha perkebunan mengalihkan perhatiannya terhadap buruh Jawa yang direkrut langsung dari daerah Jawa. Hal ini juga karena semakin mahalnya bea imigran yang dikenakan bagi buruh-buruh Cina yang didatangkan dari luar negeri tersebut. 2.5 Latar Belakang Kedatangan Etnis Jawa 2.5.1 Masa Perkebunan di Sumatera Timur