21
1.3.2 Manfaat Penelitian
Setiap penulisan diharapkan akan mampu memberi manfaat kepada khalayak umum maupun suatu kelompok tertentu. Demikian pula halnya dengan penulisan ini
diharapkan akan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Diharapkan akan memperkaya penelitian di bidang sosial khususnya ilmu sejarah
2. Diharapkan akan memberikan pengetahuan yang luas terhadap masyarakat
mengenai keberadaan etnis Jawa di Berastagi.
1.4 Tinjauan Pustaka
Mengenai Kecamatan Berastagi dan etnis Jawa sendiri telah pernah ditulis, akan tetapi masih sangat minim jumlahnya sehingga masih sangat sedikit diketahui
oleh khalayak umum. Oleh sebab itu, penulisan ini diharapkan juga akan mampu memberikan sumbangan atas permasalahan tersebut. Dengan melakukan tinjauan
pustaka terlebih dahulu terhadap sumber-sumber yang mendukung penelitian ini. Baik yang memuat segala hal yang berhubungan dengan etnis Jawa dan kota
Berastagi secara khusus maupun Tanah Karo secara umum. Wara Sinuhaji, dalam bukunya “Aktivitas Ekonomi dan Enterpreneurship
Masyarakat Karo Pasca Revolusi”, menjelaskan bahwa dalam masyarakat Karo terdapat sistem sosial dan nilai-nilai yang mendorong kemajuan ekonominya. Di
Karo bertani adalah pekerjaan terhormat karena mereka sadar pertanian modern memberikan hasil yang setidaknya sama dengan pekerjaan lainnya, bahkan melebihi
pendapatan pegawai negeri. Dengan penuh semangat inovasi dan motifasi yang tinggi
22 serta didukung sistem kekerabatan yang masih kuat, pasca revolusi ekonomi
masyarakat ini telah begitu tinggi dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Dan kini mereka tidak hanya dikenal sebagai petani saja tetapi telah banyak yang beralih
menjadi pedagang dan pengusaha dalam berbagai sektor. Aktivitas ekonomi khususnya dalam bidang pertanian yang sangat besar tersebut telah mampu membuat
orang-orang Karo memperoleh kehidupan yang layak. Hal ini tentunya sangat menarik perhatian dan keinginan orang-orang di luar orang Karo sendiri untuk juga
turut merasakannya. Demikian pula halnya orang-orang Jawa yang tidak dapat lagi memperoleh kehidupan yang layak di daerah asal mereka masing-masing. Sehingga
memaksa mereka untuk mencari daerah baru yang mampu mendukung mereka dalam memperbaiki taraf kehidupannya tersebut. Tanah Karo khususnya Berastagi saat itu
telah menjadi sebuah daerah pertanian dan perdagangan hasil pertanian yang telah maju dengan pesat dan banyak dikenal orang. Berastagi pun tumbuh sebagai pusat
produksi pertanian untuk komersialisasi dan tempat pasar antar daerah dan akhirnya meraih keuntungan ekonomi yang sangat besar.
10
Dalam skripsinya, Indrawaty B, yang berjudul “Perkembangan Sosial Ekonomi Aron di Berastagi Tahun 1950-1980” menjelaskan bahwa Berastagi
merupakan suatu daerah yang terletak di bawah kaki pegunungan Bukit Barisan yang sangat cocok untuk daerah pertanian karena hawa di daerah tersebut sangat sejuk dan
Kenyataan inilah yang dilihat oleh orang-orang di luar orang-orang Karo sehingga ingin turut berpartisipasi dalam
kegiatan perekonomian tersebut termasuk oleh orang-orang Jawa.
10
Wara Sinuhaji, Aktivitas Ekonomi Enterpreneurship: Masyarakat Karo Paska Revolusi, Medan: USU Press, 2005, hal.103-110.
23 mendukung untuk bercocok tanam atau sebagai daerah pertanian, sehingga banyak
orang datang ke daerah tersebut untuk mencari pekerjaan.
11
Resta Sitorus, dalam skripsinya yang berjudul “Adaptasi Sosial Budaya Etnis Jawa dengan Batak Toba di Kelurahan Lumban Dolok Kecamatan Balige 1970-
1990” mengungkapkan bahwa suku Jawa dikenal sebagai suku yang selalu berpindah-pindah baik secara spontan maupun karena diarahkan dan pada saat ini
mereka telah menempati sebagian besar wilayah penjuru tanah air ini, bahkan telah ada yang menetap di luar negara kesatuan Indonesia. Orang Jawa dapat dijumpai di
berbagai daerah, baik daerah yang diukur secara administratif kecil, sedang maupun besar. Pada mulanya diperkirakan orang Jawa yang merantau ke Balige adalah pada
masa diadakannya program transmigrasi yakni pada tahun 1965 dan berasal dari daerah di Jawa Timur. Kedatangan orang-orang Jawa ke Balige adalah dalam bentuk
kelompok kecil dan sudah berkeluarga. Hal ini tentunya sangat
berkaitan dengan alasan kedatangan etnis Jawa ke Berastagi tersebut karena mereka ingin memperbaiki taraf kehidupannya yang telah sulit untuk mereka peroleh di
daerah asal mereka sebelumnya.
12
11
Indrawaty B, “Perkembangan Sosek Aron di Berastagi Tahun 1950-1980” Skripsi S-1, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1987, hal.18.
Skripsi ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam penulisan ini karena dapat menjadi sebuah bahan perbandingan
maupun dalam mencari persamaan antara orang-orang Jawa yang datang ke Balige dan yang datang ke Berastagi. Dengan demikian maka dapat dibandingkan dan dicari
persamaannya dengan etnis Jawa yang datang ke Berastagi yakni bahwa sebagian
24 besar mereka datang pada masa diadakannya program transmigrasi. Perbedaannya
adalah bahwa mereka sebagian besar berasal dari daerah Jawa Tengah. Kedatangan mereka ke Berastagi juga dalam bentuk kelompok kecil dan sudah berkeluarga.
Dalam bukunya yang berjudul “Wong Jawa di Sumatera Sejarah, Budaya, Filosofi Interaksi Sosial, Drs. H. Kasim Siyo,dkk menyatakan bahwa orang-orang
Jawa didatangkan ke daerah Sumatera Utara pada masa Hindia Belanda, tepatnya pada masa tumbuh dan berkembangnya onderdeming-onderdeming Belanda dan
bangsa-bangsa asing Eropa lainnya untuk dijadikan sebagai pekerja dalam perkebunan-perkebunan tersebut. Mereka didatangkan dari kampung-kampung
miskin di Jawa yang sedang mengalami paceklik, melalui werk atau agen pencari kuli dengan menggoda mereka agar mau bekerja ke Sumatera.
13
12
Resta Sitorus, “Adaptasi Sosial Budaya Etnis Jawa dengan Batak Toba di Kelurahan Lumban Dolok Kecamatan Balige 1970-1990” Skripsi S-1, Medan: Universitas Sumatera Utara:
1997, hal.28.
13
Kasim Siyo, dkk, Wong Jawa di Sumatera Sejarah, Budaya, Filosofi Interaksi Sosial, Medan: Pujakesuma, 2008, hal.73.
Buku ini sangat berguna dalam penulisan ini karena memberikan suatu gambaran mengenai sejarah latar
belakang kedatangan orang-orang Jawa ke Sumatera terutama ke Sumatera Timur.
1.5 Metode Penelitian