Mata Pencaharian Penduduk Kehidupan Sosial, Ekonomi Dan Budaya Etnis Jawa Di Berastagi (1968-1986)

34

2.3 Mata Pencaharian Penduduk

Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat Karo adalah bertani. Hal ini disebabkan lahan pertanian yang sangat subur, sehingga menjadikan Tanah Karo sebagai daerah penghasil tanaman pertanian khususnya sayur-mayur yang terbesar di Sumatera Utara. Demikian pula halnya dengan daerah Kecamatan Berastagi, sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani khususnya bagi mereka yang tinggal dan memiliki lahan pertanian di daerah pedesaan, seperti di Desa Doulu, Desa Sempa Jaya, Desa Rumah Berastagi, Desa Raya dan Desa Guru Singa. Hal ini terjadi mengingat bahwa di daerah pedesaan tersebut sebagian besar masih berupa lahan- lahan pertanian sehingga sangat mendukung bagi para penduduk untuk mengusahakannya dengan menanami tanaman-tanaman pertanian atau bertani. Sementara bagi daerah-daerah di Kecamatan Berastagi khususnya yang telah merupakan daerah-daerah kelurahan dan dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pedagang ataupun pengusaha baik besar maupun kecil, pengrajinindustri kecil, buruh industri dan bangunan, sopir, Pegawai Negeri Sipil PNS, ABRI, pegawai swasta, pensiunan,dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. 35 Tabel IV Distribusi Mata pencaharian Penduduk No Jenis Mata pencaharian Jumlah 1 Petani Pemilik Tanah 8763 orang 2 Petani Penggarap Tanah 7351 orang 3 Buruh Tani 2052 orang 4 Pengusaha SedangBesar 731 orang 5 PengrajinIndustri Kecil 811 orang 6 Buruh Industri 143 orang 7 Buruh Bangunan 293 orang 8 Pedagang 2011 orang 9 Pengangkutan 771 orang 10 Pegawai Negeri Sipil 517 orang 11 ABRI 471 orang 12 Pensiunan PegnegABRI 372 orang Sumber: Kantor Kecamatan Berastagi Tahun 1986 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian sebagai petani merupakan jumlah yang paling banyak, baik sebagai petani yang memiliki lahan sendiri, petani yang hanya menggarapmengusahakan tanah dengan menyewanya dari para petani pemilik tanah, maupun buruh tani, yakni mereka yang tidak memiliki lahantanah sendiri dan juga tidak menyewanya dari para pemilik tanah untuk digarapdiusahakannya tetapi bekerja kepada para pemilik tanah ataupun penyewa 36 tanah pertanian tersebut. Buruh tani ini sering juga disebut dengan aron. 18 18 Aron adalah orang-orang upahan atau yang digaji di dalam sektor pertanian. Pada mulanya aron ditujukan kepada masyarakat Karo sendiri yaitu mereka yang membentuk kelompok yang terdiri dari 4-8 orang, mereka bekerja di ladang anggotanya secara bergantian tanpa mendapatkan upah. Akan tetapi setelah kedatangan suku Tapanuli, istilah ini kemudian ditujukan kepada mereka karena banyak diantara mereka yang bekerja sebagai tenaga upahan pada lahan-lahan pertanian orang-orang Karo. Aron ini biasanya adalah mereka yang datang dari daerah Tapanuli atau yang bersuku Batak Toba.

2.4 Sistem Kepercayaan