Hubungan dengan Penduduk Etnis Lainnya

75 menyiapkan dekorasi ataupun alat-alat pesta, melayani tamu yang datang ke acara tersebut dan sebagainya. 47 Mengingat bahwa Berastagi adalah daerah yang subur dan terkenal makmur maka tidak sedikit orang-orang yang berusaha datang ke Berastagi untuk juga turut menikmati kemakmuran tersebut. Tidak heran akhirnya Berastagi pun menjadi daerah yang pluralmajemuk dengan keanekaragaman etnis, agama dan status-status sosial lainnya. Etnis yang banyak di Berastagi sejak tahun 1968-1986 adalah Batak Toba, Tionghoa, Jawa dan sebagainya. Dengan keragaman etnis tersebut maka beragam Selain itu, untuk mendekatkan kedua etnis yang berbeda tersebut maka diberikanlah suatu marga atau beru dalam marga atau beru Karo terhadap orang- orang Jawa yang telah dianggap sebagai keluarga tersebut. Marga atau beru yang diberikan tersebut bervariasi tergantung kepada si pemberi marga tersebut. Misalnya marga atau beru Ginting, Sembiring, Tarigan, Perangin-angin maupun Karo-karo. Hal ini tentunya sangat berguna dalam mempererat hubungan antara mereka dan menganggap sebagai keluarga. Selain itu juga berguna dalam penempatan mereka secara adat dalam kegiatan-kegiatan adat yang dilakukan oleh orang-orang Karo tersebut, misalnya apakah mereka akan menjadi kalimbubu, senina maupun anak beru. Akan tetapi kebanyakan dari mereka adalah sebagai anak beru.

4.2.2 Hubungan dengan Penduduk Etnis Lainnya

47 Hasil wawancara dengan H.Darno pada tanggal 30 September pada pukul 10.00, di Jalan Jamin Ginting No. 120 76 pula agama serta status-status sosial lainnya yang ada pada masing-masing orang dari etnis-etnis tersebut. Hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi etnis-etnis tersebut untuk saling berhubungan karena mereka sadar keberadaan mereka sebagai perantau di daerah Berastagi tersebut sehingga mereka harus pandai menempatkan diri baik terhadap penduduk asli maupun terhadap etnis-etnis perantau lainnya. Tegur sapa antar etnis- etnis yang berbeda tersebut awalnya juga dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia akan tetapi lambat laun setelah mereka fasih menggunakan bahasa Karo maka mereka menggunakan bahasa tersebut dalam pergaulan mereka sehari-hari. Bagi orang-orang Jawa etnis perantau lainnya seperti Batak Toba merupakan etnis yang keras terutama dalam cara bicaranya sehingga membuat suatu anggapan bagi mereka bahwa orang Batak Toba adalah orang yang kejam dan pemakan orang. Akan tetapi, lambat laun anggapan itu memudar seiring dengan berjalannya waktu dan semakin terjalinnya hubungan yang baik diantara mereka. Pernikahan juga menjadi salah satu saluran pemersatu antara dua etnis yang berbeda tersebut. Sejak tahun 1968-1986 orang-orang Jawa di Berastagi telah melakukan pernikahan antar etnis. Sama halnya dengan pernikahan yang dilakukan oleh etnis Jawa dengan etnis Karo, maka pada pernikahan pada etnis Jawa dan Batak Toba ini juga menghasilkan suatu hubungan yang lebih erat dan harmonis lagi diantara kelurga mereka yang berbeda etnis. Selain itu juga, dengan adanya pernikahan tersebut maka orang Batak Toba juga memberikan marga atau boru kepada pengantin dan keluarganya yang beretnis Jawa tersebut. Hal ini dilakukan juga untuk lebih meningkatkan rasa persaudaraan atau kekeluargaan diantara mereka 77 agar mereka merasa sedarah ataupun memiliki ikatan batin yang kuat dengan adanya marga atau boru yang melekat pada diri mereka tersebut. Umumnya orang-orang Jawa yang ada di Kecamatan Berastagi beragama Islam sementara orang-orang Batak Toba beragama Kristen. Hal ini tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap berhubungan. Hal ini terlihat ketika orang-orang Jawa yang beragama Islam merayakan hari raya Idul Fitri maka orang-orang Batak Toba datang bekunjung ke rumah mereka dan mengucapkan selamat hari raya serta saling bermaafan. Demikian pula sebaliknya jika orang-orang Batak Toba yang beragama Kristen merayakan hari Natal, maka orang-orang Jawa pun datang berkunjung. Hal ini biasanya terjadi pada mereka yang telah lama saling berhubungan dan hubungan tersebut telah terjalin dengan sangat erat atau kompak.

4.2.3 Hubungan dengan Sesama Etnis Jawa