Hubungan dengan Sesama Etnis Jawa

77 agar mereka merasa sedarah ataupun memiliki ikatan batin yang kuat dengan adanya marga atau boru yang melekat pada diri mereka tersebut. Umumnya orang-orang Jawa yang ada di Kecamatan Berastagi beragama Islam sementara orang-orang Batak Toba beragama Kristen. Hal ini tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap berhubungan. Hal ini terlihat ketika orang-orang Jawa yang beragama Islam merayakan hari raya Idul Fitri maka orang-orang Batak Toba datang bekunjung ke rumah mereka dan mengucapkan selamat hari raya serta saling bermaafan. Demikian pula sebaliknya jika orang-orang Batak Toba yang beragama Kristen merayakan hari Natal, maka orang-orang Jawa pun datang berkunjung. Hal ini biasanya terjadi pada mereka yang telah lama saling berhubungan dan hubungan tersebut telah terjalin dengan sangat erat atau kompak.

4.2.3 Hubungan dengan Sesama Etnis Jawa

Apabila dengan etnis lainnya seperti etnis asli yakni dengan etnis Karo maupun etnis perantau lainnya seperti etnis Batak Toba, Tionghoa dan sebagainya orang-orang dapat menjalin suatu hubungan yang harmonis maka demikian pula halnya dengan sesama mereka. Mereka memiliki ikatan batin yang kuat yang melekat pada diri mereka masing-masing sebagai sesama etnis Jawa. Sehingga mereka senantiasa mendasarkan hubungannya berdasarkan persamaan identitas mereka tersebut. Secara bersama-sama mereka saling mendukung dalam banyak hal. Solidaritas antar sesama etnis Jawa di Kecamatan Berastagi juga tampak dengan keikutsertaan mereka dalam perkumpulan kesukuan yakni Pujakesuma Putera Jawa Kelahiran Sumatera yang dibentuk pada tahun 1986. Pujakesuma ini 78 lahir atas prakarsa tokoh-tokoh seperti Sakirin, Alm. Kemis, Alm. Subari Bambang, Alm. Suterisno, Alm. Samsuddin, H. Jarno, H. Samianis, Rebo dan beberapa tokoh lainnya, untuk mengembangkan satu paguyuban yang mereka sebut dengan BKKJ Badan Kesenian Keluarga Jawa. Paguyuban inilah yang kemudian berkembang menjadi cikal bakal perkumpulan kesukuan bagi etnis Jawa di Berastagi yakni Pujakesuma Putera Jawa Kelahiran Sumatera yang kemudian mempersatukan etnis Jawa yang ada di daerah Tanah Karo khususnya Berastagi demi mencari tunggal sekapal saudara sekampung. Pujakesuma menjadi saluran solidaritas antar sesama etnis Jawa di Berastagi karena selain menjadi wadah pemersatu penduduk etnis Jawa di Berastagi juga menjadi wadah tolong menolong bagi seluruh anggotanya yang beretnis Jawa. Pujakesuma menerapkan falsafah Mukul duwur mendem jero Berat sama dipikul ringan sama dijinjing dan sepi ing pamrih rame ing gawe, yakni menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan dan pujian. Hal ini berarti kesulitan bagi salah satu anggota menjadi kesulitan anggota lainnya bersama. 48 Hubungan sosial antara sesama etnis Jawa di Berastagi sebagian kecil juga masih ada yang berdasarkan harta kekayaan ataupun kedudukan seseorang. Hal ini dapat dilihat dengan hubungan yang dijalin antara orang kaya hanya dengan orang- orang kaya saja, orang miskin hanya dengan orang miskin saja. Orang-orang yang memiliki tingkat ekonomi dan sosial yang tinggi terkadang tidak mau perduli dengan orang-orang yang tingkat ekonomi dan sosialnya lebih rendah dari mereka, demikian 48 Hasil wawancara dengan Eddy Sofyan pada tanggal 12 September pada pukul 14.40, di Jalan Jamin Ginting Gg. Karya No. 36. 79 pula halnya dengan sebaliknya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat ekonomi seseorang sangat mempengaruhi tingkat sosialnya. Ada empat kata yang dipahami masyarakat Jawa di Sumatera sebagai bagian dari identitas mereka, yakni rukun, raket, regeng dan rumeksa yang secara bebas dapat diterjemahkan sebagai menjaga kerukunan dan kedamaian, menjaga persaudaraan untuk mencapai persatuan yang kuat, saling gotong royong, saling mengerti dan mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain Benedict Anderson dalam bukunya menyatakan bahwa kemampuan- kemampuan itu sebagai “toleransi”. Dengan demikian orang-rang Jawa yang belum toleran, mempunyai kelapangan hati disebut belum Jawa, atau dalam pandangan Barat disebut belum dewasa. Ia dianggap belum paham etika. Pencarian identitas kejawaan itu terus terjadi dari tahun ke tahun meskipun masyarakat Jawa sendiri sudah ratusan tahun berada di Sumatera. Mereka tidak mau kehilangan identitas kejawaannya yang menurut Anderson diam-diam mereka banggakan. Pujakesuma sendiri menurut Kasim Siyo, selaku presiden Pujakesuma, adalah lebih dari sekedar gerakan kebudayaan bahkan menjadi sebuah modal sosial bagi masyarakat Jawa di rantau. Modal sosial artinya menjadi sebuah institusi yang hidup dari jaringan, nrma-norma dan kepercayaan sosial yang mendorong kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama. 49 49 Kasim Siyo, Kompas, Jumat 11 Januari 2008: “Modal Sosial Masyarakat Jawa”. 80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan