Keadaan Demografi Kehidupan Sosial, Ekonomi Dan Budaya Etnis Jawa Di Berastagi (1968-1986)

32

2.2 Keadaan Demografi

Penduduk Berastagi mayoritas adalah suku Karo dan bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Karo. Selain itu ada juga suku Batak Toba, Jawa, Aceh, Nias, Tionghoa dan sebagainya sebagai etnissuku pendatang. Suku Jawa merupakan suku pendatang terbanyak kedua setelah suku Batak Toba. Umumnya mereka bekerja sebagai pedagang dan dalam sektor informal lainnya seperti buruh tani, buruh bangunan dan sebagainya. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1986 penduduk Berastagi terdiri dari 10584 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk 45060 jiwa, masing-masing terdiri dari laki-laki 26813 jiwa dan perempuan 18247 jiwa. 16 No Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel III Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur Jumlah 1 0-6 Tahun 6478 orang 2 7-12 Tahun 4981 orang 3 13-18 Tahun 5781 orang 4 19-30 Tahun 8968 orang 5 31-45 Tahun 7416 orang 6 46-59 Tahun 5987 orang 7 60 Tahun keatas 5449 orang Sumber: Kantor Kecamatan Berastagi, 1986 16 Daftar statistik penduduk Kantor Kecamatan Berastagi. 33 Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling banyak adalah yang berusia 19-30 tahun. Akan tetapi, pada kenyataannya kecamatan ini lebih banyak dihuni oleh penduduk yang berusia 31-45 tahun ke atas serta anak-anak. Hal ini terjadi karena penduduk yang berusia produktif, yakni yang berusia antara 19-30 tahun sebagian besar meneruskan pendidikannya dan mencari pekerjaan ke luar kota, misalnya ke Medan, Jakarta, Bandung, Pulau Batam, bahkan ke Malaysia. Mereka ingin mencari kehidupan yang lebih baik tanpa harus bekerja di ladang yang dianggap sangat melelahkan. Terlebih lagi karena mereka rata-rata telah memiliki ijazah dengan pendidikan yang tinggi. Pekerjaan yang umumnya mereka lakukan di daerah perantauannya tersebut adalah bekerja di perusahaan-perusahaan, di pabrik, mendirikan usaha sendiri wiraswasta misalnya dalam bidang perdagangan dan sebagainya. Hasil yang mereka peroleh selama di perantauan tersebut mereka kumpulkan dan mereka kemudian berkumpul lagi dengan keluarganya pada hari-hari besar seperti Natal, Tahun Baru, Lebaran, Pesta Tahunan, 17 17 Pesta tahunan adalah pesta yang diadakan sekali setahun. Pada mulanya dilakukan pada masa sesudah panen padi untuk menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan atas hasil panen tersebut. Pada pesta ini semua keluarga baik yang jauh maupun yang dekat umumnya datang berkunjung. Akan tetapi sekarang pesta tahunan sudah merupakan tradisi di setiap desa-desa di Tanah Karo. Pesta ini merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang masyarakat Karo. dan sebagainya. Setelah selesai masa liburan tersebut mereka akan kembali lagi ke daerah perantauannya masing-masing untuk bekerja dan sebagian lagi untuk meneruskan sekolahpendidikannya. 34

2.3 Mata Pencaharian Penduduk