Pola Pemukiman Pendidikan Kehidupan Sosial, Ekonomi Dan Budaya Etnis Jawa Di Berastagi (1968-1986)

50 dengan membuka warung-warung atau yang lebih dikenal dengan sebutan kedai yang menjual barang kebutuhan sehari-hari di depan rumah mereka. Perdagangan yang dilakukan orang-orang Jawa memang tidak sebesar yang dilakukan oleh orang-orang beretnis Tionghoa akan tetapi dengan usaha-usaha mereka tersebut mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan bahkan dapat memiliki rumah ataupun barang-barang yang dianggap telah baik. Hal ini biasanya menimbulkan kecemburuan dari para tetangganya yang beretnis Batak Toba, Karo dan sebagainya.

3.2 Pola Pemukiman

Manusia cenderung untuk hidup berkelompok. Salah satu wujud kecenderungan tersebut adalah dengan muncul atau adanya pemukiman penduduk. Pada dasarnya pemukiman diartikan sebagai tempat tinggal manusia dan tempat penduduk melakukan kegiatannya sehari-hari. Kehidupan di pemukiman penduduk dapat dilihat dari kerukunan hidup mereka, dengan indikatornya adalah keikutsertaan mereka dalam organisasi sosial, ekonomi, budaya, agama dan sebagainya serta bagaimana cara mereka menangani pertentangan yang timbul di antara mereka. Selain itu, juga dapat dilihat dari keragaman aktivitas penduduk dengan indikatornya adalah mata pencaharian baik yang pokok maupun tambahan, pendidikan serta keterampilannya masing-masing. 31 31 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemukiman sebagai Kesatuan Ekosistem Daerah Jawa Timur, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983, hal.1-4. 51 Orang-orang Jawa yang berada di Kecamatan Berastagi umumnya berbaur dengan penduduk asli yakni etnis Karo maupun etnis pendatang lainnya seperti Batak Toba, Simalungun, Nias dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari pola pemukiman atau tempat tinggal mereka yang bergabung dengan etnis-etnis lainnya. Etnis Jawa banyak bermukim di kawasan Desa Sempa Jaya Peceren, Desa Rumah Berastagi, dan sebagainya. Akan tetapi desa-desa tersebut bukan saja khusus bagi etnis Jawa akan tetapi juga dihuni oleh etnis-etnis lain misalnya oleh Etnis Karo maupun etnis- etnis pendatang lainnya. Pola pemukiman yang menyebar atau membaur ini sangat mendukung interaksi sosial yang baik antar etnis di daerah tersebut karena mereka menjadi semakin dekat dan saling membutuhkan. Dengan demikian toleransi antar etnis pun dapat terjalin dengan baik.

3.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat dan juga merupakan sebuah proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terpimpin sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya. 32 32 H.M. Djumransjah, Pengantar Filsafat Pendidikan, Malang: Bayu Media, 2004, hal.24. Pendidikan menentukan cara berpikir dan cara hidup seseorang. Hal ini disebabkan oleh kecerdasan, perhatian, pengalaman, dan sebagainya yang diperoleh melalaui proses pendidikan tersebut. 52 Pendidikan dapat diberikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, baik berupa pendidikan formal maupun informal. 33 “Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan dengan sadar dan pembinaan kepribadian dan pengembangan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan rohani dalam rangka pembangunan persatuan bangsa Indonesia dan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila”. Pendidikan sangat membantu dalam usaha pengembangan diri maupun lingkungan sekitar karena mampu menjadi sebuah kekuatan yang akan menentukan prestasi dan produktifitas dalam suatu bidang. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa pendidikan merupakan hal yang paling mutlak. Keluarga merupakan tempat pertama manusia memperoleh pendidikan, tetapi itu saja belum cukup. Seseorang yang ingin maju harus bayak belajar terutama dari pendidikan formal. 34 33 Ibid. hal.28. 34 Masbun, Kebijaksanaan dan Langkah Pembaharuan Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1973, hal.15. Umumnya semua masyarakat sangat membutuhkan pendidikan dan hal ini juga sangat didukung oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya usaha- usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk membangun sarana-sarana pendidikan. Banyak bangunan sekolah didirikan baik di kota maupun di desa-desa terpencil. Sekolah-sekolah didirikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Selain itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah juga memberikan wewenang kepada pihak swasta. Di samping itu terdapat juga sekolah- sekolah bersubsidi yaitu yang bekerjasama antara pemerintah dan swasta. Kerjasama ini dilakukan agar pihak swasta lebih meningkatkan mutu pendidikannya karena adanya dukungan dana yang memadai dari pihak pemerintah. 53 Sebagian besar masyarakat di kecamatan Berastagi telah memiliki pandangan yang baik mengenai pentingnya sebuah pendidikan, hal ini dapat dilihat dengan tingkat pendidikan yang telah tinggi yang telah dan hendak dicapai oleh masyarakat di kecamatan tersebut. Hal ini dapat dilihat melalui sikap para orang tua yang telah mendorong anak-anaknya untuk bersekolah, dan sebagian besar dari orang tua tersebut pun telah mengenyam pendidikan yang baik. Selain itu,juga dapat dilihat dari banyaknya sekolah serta lembaga pendidikan lainnya di luar sekolah baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta yang didirikan demi kemajuan pendidikan anak-anak bangsa khususnya bagai mereka yang berada di Kecamatan Berastagi. Bagi etnis Jawa, demikian pula halnya, pendidikan bagi mereka merupakan hal yang penting untuk memperbaiki taraf kehidupan mereka terutama karena mereka bukan merupakan penduduk asli di Berastagi. Sehingga untuk tetap dapat bertahan hidup di daerah perantauan tersebut mereka harus cerdas dan terampil, hal tersebut dapat diperoleh melalui proses belajar baik di keluarga, masyarakat maupun sekolah- sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan formal. Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan tersebut adalah dengan membuka yayasan pendidikan Al Karomah di Desa Sempa Jaya, Kecamatan Berastagi. Di yayasan atau sekolah tersebut anak-anak yang beretnis Jawa dan umumnya beragama Islam mendapatkan pendidikan secara formal. Tetapi yayasan tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi etnis Jawa saja melainkan juga bagi seluruh penduduk yang ada di Kecamatan Berastagi maupun di luar daerah tersebut, tanpa memandang suku dan agama yang berbeda-beda di daerah tersebut. Meskipun, nama yayasan pendidikan ataupun sekolah tersebut menunjukkan penamaan yang 54 menunjukkan identitas Islam pada kenyataannya bukan hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja yang tentunya banyak dianut oleh etnis Jawa di Berastagi. Pendidikan formal bagi etnis Jawa biasanya diperoleh dari sekolah-sekolah atau yayasan pendidikan, pesantren dan sebagainya. Hal ini dilakukan dalam upaya mencerdaskan kehidupan mereka agar kelak memperoleh hidup yang lebih baik. Adanya yayasan pendidikan ini tidak hanya memguntungkan masyarakat Jawa saja akan tetapi juga turut memberikan suatu kontribusi yang sangat bernilai tinggi bagi pendidikan masyarakat di Berastagi sebagai salah satu usaha mencerdaskan bangsa.

3.4 Kehidupan Religi