Peristiwa keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan dengan kontaminasi kulit. Keracunan lewat mulut dapat terjadi
karena: a.
Kasus bunuh diri. b.
Makan, minum dan merokok ketika bekerja dengan pestisida. c.
Menyeka keringat di wajah dengan tangan, dengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.
d. Drift pestisida terbawa angin masuk ke mulut.
e. Meniup nozzle yang tersumbat langsung dengan mulut.
f. Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida, misalnya diangkut atau
disimpan dekat pestisida yang bocor atau disimpan dalam bekas wadah atau kemasan pestisida.
g. Kecelakaan khusus, misalnya pestisida disimpan dalam bekas wadah makanan
atau disimpan tanpa label.
2.1.9. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan
Secara tidak sengaja kita telah terpapar pestisida yang terdapat pada udara yang kita hirup, air yang kita minum, makanan yang kita makan dan bahkan produk
yang kita beli. Sebagai akibat pencemaran lingkungan, konsentrasi pestisida tertentu dalam air susu manusia pada waktu tertentu pada beberapa daerah melebihi tingkat
toleransi yang diperkenankan. Di negara-negara maju kejadian fatal akibat keracunan pestisida sudah jarang terjadi namun tidak demikian dengan negara-negara
berkembang. Terdapat beberapa laporan mengenai berbagai penyakit atau gejala
Universitas Sumatera Utara
klinik yang disebabkan oleh pemaparan kronik pestisida tetapi kondisi tersebut umumnya dapat berbalik sehingga belum dapat digolongkan terhadap keracunan
kronik Romeo, ect, 1999. Penggunaan pestisida dapat menimbulkan keracunan baik yang bersifat akut
maupun kronik. Keracunan dapat menimbulkan kematian secara mendadak. Keracunan akut diukur berdasarkan nilai dosis letal LD-50. Keracunan kronik
adalah keracunan yang disebabkan oleh pemaparan kadar rendah dalam waktu yang lama atau singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronik dapat ditemukan dalam
bentuk kelainan saraf atau prilaku bersifat neototoksik atau mutagenitas. Gejala keracunan dapat besifat kronis maupun akut. Gejala biasanya menyebabkan keluhan
yang tidak spesifik misalnya sakit kepala, insomnia, pusing, tidak dapat konsentrasi, dan merasa mual. Keracunan akut biasanya menimbulkan kejang-kejang yang
didahului dengan fasikulasi otot lengan dan tungkai disertai penurunan kesadaran dan sesudah kejang sering timbul amnesia Sudarmo, 1991.
Pestisida organoklorin yang meliputi etana berklor, sinkldien dan heksaklorosikloheksan. DDT digunakan karena toksisitas akutnya relatif rendah dan
mampu bertahan lama dalam lingkungan sehingga tidak perlu disemprotkan berulang kali, tetapi hal ini yang akan lebih berbahaya karenanya DDT akan semakin sulit
lepas atau terurai Depkes RI, 1992. Pestisida organoklorin dikenal sebagai promoter kanker epigenetic oleh
karena itu terlihat pengaruh biologik yang mungkin menjadi basis terjadinya kanker. Mekanisme sitotoksisitas dan kerusakan jaringan kronis terlihat pada hati. Kerusakan
Universitas Sumatera Utara
pada hati mulai dari pembengkakan sampai nekrosis pada sel, sedangkan pengaruh sitologi dikenal dengan fenomena induksi hati, yang dapat terjadi pada kosentrasi
yang sangat rendah. Mekanisme xenobiotik pada umumnya dilakukan oleh enzim mikrosomal menjadi senyawa yang lebih polar, sedangkan metabolik yang terbentuk
segera dieksresikan melalui kandung kemih atau dijadikan produk lain yang dapat diekstraksi. Aktifitas mikrosomal karena pengaruh induksi mengakibatkan
kekurangan vitamin A dalam hati dan ketidak seimbangan hormonal. Sistem mikrosomal hati merupakan indikator biokimia yang sensitif atau pemantauan
senyawa organoklorin Said, 1994. Untuk lebih jelas mengenai gejala klinis tingkat keracunan pestisida dapat
dilihat di bawah ini:
Tabel 2.1. Gejala Klinis untuk Setiap Tingkatan Keracunan dan Prognosisnya Aktifitas
AchE Tingkatan
Keracunan Gejala Klinis
Prognosis
50 – 75 Ringan
Lemah, sakit kepala, pening, mau muntah, berliur banyak, mata berair,
miosis, detak jantung cepat Sadar dalam
waktu 1 – 3 hari
25 – 50 Sedang
Lelah mendadak, penglihatan berkurang, berliur banyak, berkeringat, muntah,
diare, sukar bernafas, hipertonia, tremor pada tangan dan kepala, miosis, nyeri
dada, sianosis pada membrane mucosa Sadar dalam
waktu 1 – 2 minggu
0 – 25 Berat
Tremor mendadak, kejang-kejang, otot tak dapat digerakkan, intensif sianosisi,
pembengkakan paru, koma Kematian karena
gagal pernapasan dan gagal jantung
Sumber: Keracunan Akut
Pestisida Teknik Diagnosa Pertolongan Pertama
Pengobatan Dan Pencegahannya Achmad, 1985
Universitas Sumatera Utara
2.1.10. Pencegahan Keracunan Pestisida