BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pestisida merupakan salah satu hasil tekhnologi modern dan telah terbukti
mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena telah menjadi unsur utama dalam meningkatkan hasil pertanian.
Pestisida selain berdampak positif dapat juga berdampak negatif. Bila tidak dikelola dengan baik dan bijaksana dampak negatif pestisida antara lain keracunan
pada manusia, ternak, satwa liar, tanaman, kasus resistensi dan pencemaran lingkungan.
Memperhatikan manfaat dan dampak negatifnya maka pestisida harus dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya
dengan dampak negatif yang sekecil-kecilnya. Pengalaman di beberapa negara menunjukkan bahwa dengan penggunaan
pestisida dapat meningkatkan hasil sebanyak 40 pada tanaman coklat, 33 pada tanaman tebu, dan 50 pada tanaman kapas Sudarmo, 1995
Pemakaian pestisida yang sangat besar berawal dari pelaksanaan program intensifikasi pertanian yang berorientasi pada peningkatan hasil panen yang sebesar-
besarnya tanpa memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan. Petani benar- benar dirangsang untuk menggunakan pestisida secara besar-besaran. Pada saat itu
program penyuluhan pertanian selalu merekomendasikan penyemprotan pestisida
Universitas Sumatera Utara
secara berkala tanpa melihat ada tidaknya hama yang menyerang tanaman sehingga penyemprotan dapat dilakukan setiap minggu sepanjang musim tanam Novizan,
2002. Menurut Sa’id 1993 di Indonesia kasus pencemaran oleh pestisida
menimbulkan berbagai kerugian yang cukup tinggi. Kerugian tersebut dapat berupa keracunan terhadap pemakai dan pekerja pestisida yang dapat mengakibatkan
keracunan baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual dan muntah bahkan keracunan pestisida yang akut berat dapat
menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, kejang-kejang bahkan meninggal dunia. Kerugian lain dapat terjadi bagi konsumen karena sisa-sisa residu pestisida yang
terdapat dalam produk pertanian juga dapat terjadi keracunan bagi lingkungan Sudarmo, 1995.
Menurut Ahmadi 1993 Indonesia adalah Negara agraris dimana 44 penduduk yang bekerja disektor informal adalah bekerja di sektor pertanian. Salah
satu masalah kesehatan petani adalah penyakit yang ditimbulkan oleh paparan pestisida. Para pekerja tani mempunyai bahaya potensial yang besar sebagai
penderita keracunan pestisida yang digunakan dilahan usaha taninya. Namum ditinjau dari aspek kesehatan dan keselamatan kerja program pengamanan pada tingkat petani
kurang memadai. Sistim perlindungan ketenaga kerjaan termasuk perlindungan melalui jaminan sosial tenaga kerja diberikan kepada tenaga kerja formal dan belum
terjangkaunya tenaga kerja sektor informal temasuk petani. Padahal petani adalah
Universitas Sumatera Utara
warga negara yang berhak mendapat perlindungan kesehatan yang baik termasuk keselamatan dan kesehatan sehubungan dengan lingkungan pekerjaannya.
Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 1999, berdasarkan pemeriksaan kholinestrase darah di Deliserdang pada 46 orang petani sampel
diketahui 67,4 keracunan dan 63,2 tidak keracunan pestisida. Di Kabupaten Karo 73,6 keracunan 26,4 tidak keracunan, Kabupaten Dairi keracunan 48,8 tidak
keracunan 51,2, Kabupaten Labuhan Batu keracunan 77,5 tidak keracunan 22,5.
Kabupaten Karo dikenal sebagai daerah pertanian tanaman buah dan sayuran hortikultura dimana sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Berdasarkan
hasil pemeriksaan kholinestrasi darah petani dibeberapa kecamatan di Kabupaten Karo diketahui bahwa Kecamatan Simpang Empat merupakan kecamatan yang
jumlah petani mengalami keracunan pestisida cukup tinggi. Berdasarkan hasil pemeriksaan kholinesterase di Kecamatan Simpang Empat
Kabupaten Karo tahun 2008 diketahui bahwa Desa Perteguhan memiliki tingkat keracunan tertinggi yaitu sebanyak 57,13 keracunan ringan sebesar 44,28 dan
keracunan sedang sebesar 12,85 dan yang tidak keracunan sebanyak 42,85 Salah satu penyebab penyakit kulit adalah paparan pestisida lebih dari 90
kasus keracunan dari seluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit Panut, 1998. Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Karo tahun 2002 dan 2003
penyakit kulit berada diurutan 9 dari 10 penyakit terbesar dan ada kecenderungan meningkat menjadi urutan ke tujuh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo 2005 karena
Universitas Sumatera Utara
secara umum petani menggunakan pestisida, sehingga berpotensi terhadap terjadinya berbagai penyakit khususnya penyakit kulit.
Dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan petani mempunyai arti penting, karena pengetahuan petani dapat mempertinggi kemampuannya untuk
mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan petani tinggi dan petani bersikap positip terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka
penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas.
Demikian pula dalam kaitannya dengan konsep penggunaan pestisida yang aman bagi kesehatan, konsep tersebut akan diterapkan secara baik oleh petani, apabila petani
memiliki pengetahuan yang baik dan petani bersikap positip terhadap konsep tersebut Sudarta, 1991.
Hasil penelitian Rario, dkk 2004 tentang persepsi dan perilaku petani dalam penanganan resiko pestisida pada lingkungan menyimpulkan bahwa pengetahuan
tentang pestisida berhubungan nyata dan berpengaruh besar terhadap persepsi dan perilaku penanganan pestisida. Persepsi tentang pestisida juga berhubungan nyata
dan berpengaruh besar terhadap perilaku penanganan pestisida. Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai
untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan pemecahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka.
Petugas penyuluh dapat memberikan bantuan berupa pemberian informasi yang memadai yang bersifat teknis mengenai masalah yang dibutuhkan petani dan
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan cara penanggulanganya. Selama penyuluh belum mampu memberikan informasi yang dibutuhkan petani tersebut, maka kegiatan penyuluhan tidak akan
berjalan dengan baik Putra, 2000. Pengetahuan tentang residu pestisida di Indonesia masih sangat terbatas.
Berdasarkan data hasil pemantauan PAN Pesticide Action Network Indonesia- sebuah LSM pemerhati pestisida selama periode 1993-1994 dibeberapa tempat
menunjukkan sebagian besar buruh tani dan petani di Indonesia tidak mengetahui arti residu pestisida dan bahaya yang ditimbulkannya Riza, 1996.
Berdasarkan hasil observasi dilapangan Mei 2008 ditemukan bahwa petani dalam mengunakan pestisida masih banyak yang tidak sesuai dengan aturan
penggunaan pestisida. Mayoritas petani mengaduk pestisida dengan memakai tangan tanpa sarung tangan sambil memakan sirih, menyemprot sambil merokok dan tidak
menggunakan alat pelindung diri, dosis dan konsentrasi yang dipakai sering ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan dengan alasan dosis yang
rendah sudah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain itu wadah bekas pestisida sering dibuang disembarang tempat sehingga keterpaparan
petani karo terhadap pestisida sangat tinggi sekali. Permasalahan penggunaan pestisida menurut Achmadi 1993 bertumpu pada
dua hal yaitu kuantitas jumlah petani yang sangat besar dan secara kualitas kurang memadai karena faktor pendidikan yang umumnya rendah sehingga tidak jarang
petani tidak membaca petunjuk pengunaan pestisida. Selain itu kurang
Universitas Sumatera Utara
disosialisasikan penggunaan pestisida yang benar, sehingga tingkat kesadaran masyarakat terhadap dampak pestisida masih sangat rendah.
Dikecamatan Simpang empat sudah ada beberapa kegitan penyuluhan yang dilakukan yang diharapkan mengubah prilaku petani. Dengan penyuluhan
diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antara praktek yang biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan teknologi yang selalu berkembang.
Kartasapoetra, 1994 Penyuluhan merupakan suatu proses belajar mengajar yang tidak terlepas
dengan kondisi interaktif antara penyuluh dengan sasaran penyuluhan Setiana,1994. Peranan faktor pendukung penyuluhan seperti karakteristik penyuluh, karakteristik
sasaran, ketepatan materi penyuluhan dan tekhnik atau metode yang digunakan termasuk media yang digunakan serta pengaturan waktu dan tempat yang sesuai
situasi dan kondisi masyarakat sasaran sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan penyuluhan yang akhirnya dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan
prilaku yang mengarah pada tindakan, pengetahuan, sikap dan ketrampilan seseorang dalam menggunakan pestisida. Karena itu perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan dan sikap penyemprot pestisida di desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun 2009.
1.2.Permasalahan
Berdasarkan Latar Belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut “Bagaimana pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan dan sikap
Universitas Sumatera Utara
penyemprot pestisida di desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo”.
1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan dan sikap penyemprot pestisida di desa Perteguhen Kecamatan
Simpang Empat Kabupaten Karo.
1.4. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan penyemprot
pestisida di desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. 2.
Terdapat pengaruh penyuluhan pestisida terhadap sikap penyemprot pestisida di desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo
1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1.
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dan penyuluh pertanian untuk memberikan penyuluhan dan pembinaan pada petani agar terhindar dari
dampak buruk penggunaan pestisida. 1.5.2.
Sebagai bahan masukaninformasi bagi pihak-pihak terkait dalam hal penelitian lanjutan untuk promosi kesehatan dalam menggunakan pestisida.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA