Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila

Elite kekuasaan membiarkan akivitas mereka karena isu-isu yang diangkatnya bersifat internasional yang sesuai dengan garis kebijaksanaan pemerintah. 94 Jumlah ini menjadi bagian dari jumlah masjid di seluruh Indonesia pada ahir Repelita IV 19881989 berjumlah 548.959 buah. Tahun 19921993 bertambah menjadi 587.435 buah. Sementara itu pengadaan kitab suci Al Qur’an

4. Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila

Yayasan ini didirikan oleh Presiden Soeharto pada bulan Feburari 1982 bersama para pejabat negara yang beragama Islam. Tujuannya adalah memperbanyak rumah ibadah yang jumlahnya dirasakan masih sangat kurang, terutama untuk golongan masyarakat yang tidak mampu. Dana Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila YABMP berasal dari sumbangan instansi pemerintah, badan swasta, amal jariah, dan ibadah. Di instansi pemerintah, sumbangan ditarik dari kalangan pegawai negeri dan anggota-anggota ABRI yang muslim. Masjid bantuan YABMP mudah dikenali karena memilik ciri khas. Atapnya Joglo bersusun tiga, rancangan Presiden Soeharto. Di atas atap terdapat hiasan bintang segi lima – yang menandakan Pancasila – dengan hiasan kaligrafi Arab ” Allah ” dan ” Muhammad ” di atasnya. Arsitektur bangunan kokoh dan megah, dengan harga antara 120 juta dan 140 juta per masjid. Masjid seperti ini tersebar di seluruh pelosok Nusantara sampai dengan tahun 199, jumlahnya 439 masjid. Dan pada tahun 1994 sudah mencapai 634 masjid, tersebar di 206 kabupaten dan kotamadya. Masjid-masjid ini mampu menampung 377 ribu jamaah, sedangkan dana yang dikeluarkan kurang lebih 82 Milyar rupiah. 94 Editor, 2 Februari 1991, hal. 40-42 Universitas Sumatera Utara pun terus bertambah dari tahun ketahun. Jika pada tahun 19881990 diadakan 192.000 buah kitab suci Al Qur’an, maka pada tahun 19921993 melonjak tiga kali lebih, menjadi 622.557 buah. 5. Pengiriman 1.000 Dai untuk daerah-daerah Terpencil dan Lahan Transmigran SKB tentang Pengumpulan Zakat Pelayanan Haji Penayangan Pelajaran Bahasa Arab di TVRI Silaturrahmi ke UII. Bekerja sama dengan MUI, YABMP, dan Yayasan Dharmais yang juga dipimpin Ny.Tien Soeharto berhasil menyukseskan ” Program Seribu Dai ” tahun 1989-1990. 95 1. Para Da’i diperlukan seperti transmigran lainnya. Yang biaya kepindahannya ke daerah tujuan, ditanggung. Menyadari sebagian besar Transmigrasi adalah umat Islam yang perlu memperoleh siraman rohani Islam, dikirimkan 1.000 Dai ke daerah-daerah terpencil dan lahan transmigran. MUI mempersiapkan trainingnya, sedangkan YABMP dan Yayasan Dharmais menyiapkan dananya. Ketentuan-ketentuannya diatur sebagai berikut: 2. Sebelum diberangkatkan ke daerah-daerah transmigran, para da’i di tatar dahulu beserta keluarganya selama satu bulan atas biaya Yayasan Dharmais. 3. Selama tiga tahun, para da’i mendapatkan bantuan sebesar Rp.100.000,00 setiap bulan dari Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila dan diberi alat transportasi sepeda. 95 Tempo, 10 November, 1990, hal.117 Universitas Sumatera Utara Berbagai inisiatif Pak Harto tersebut mendapatkan sambutan hangat dari kalangan Islam. Dengan kedatangan para da’i tersebut diharapkan mereka menjalankan ibadah agamanya dengan baik. Selanjutnya keluar Surat Keputusan Bersama Tentang Zakat. SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang pengumpulan zakat. 96 Dananya berasal dari bantuan Presiden Soeharto selaku Ketua YABMP Rp.2 Milyar, dana yang tersedia Rp.3,5 Milyar, ditambah APBD setiap daerah serta bantuan suka rela kaum muslimin, terutama dari Ikatan Persaudaraan Haji Pemerintah semakin meningkatkan pelayanan jamaah haji, yang dari tahun ke tahun terus bertambah. Pelayanan itu antara lain dengan rehabilitasi dan penambahan asrama haji di empat tempat embarkasi: 1 Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta , dengan biaya Rp.565 juta; 2 Asrama Haji Juanda, Surabaya, dengan biaya Rp.117 juta; 3 Asrama Haji Ujung Pandang dengan biaya Rp.291 juta; dan 4 Asrama Haji Polonia Medan, dengan biaya Rp. 100 juta. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan Asrama Haji di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Yogyakarta, Jawa Tengah, NTB, dan perluasan asrama haji yang telah ada di Kalimantan Tengah. Selain itu, atas terjadinya musibah terowongan Mina, telah disampaikan santunan kepada para keluarga korban. Presiden Soeharto lalu memprakarsai pembangunan empat rumah sakit Islam di empat daerah embarkasi untuk mengenang musibah Mina yang berlokasi di Ujung Pandang, Medan, Jakarta, dan Surabaya. 96 Tempo, 23 Maret 1991, hal. 74-75. Universitas Sumatera Utara Indonesia. Keempat rumah sakit Islam ” Haji” ini pembukaannya dilakukan sendiri oleh Presiden. Perhatian Presiden tidak berhenti sampai disini. Ia kemudian mengusulkan kepada pemerintah Arab Saudi untuk membangun satu terowongan tambahan di samping Terowongan Al – Muaisim, Mina. Terowongan yang di maksud saat ini sudah didirikan, terlepas dari apakah hal itu karena adanya imbauan Presiden atau bukan. Penayangan pelajaran Bahasa Arab di TVRI juga mulai dilaksanakan. Sebelumnya, sudah banyak usulan untuk menayangkan pelajaran Bahasa Arab di TVRI. Penayangannya baru dimulai bulan November 1990. semula dua kali seminggu, kemudian dikurangi seminggu sekali. Kesediaan Pak Harto untuk bersilaturrahmi ke Universitas Islam Indonesia UII Yogyakarta dapat dicatat tersendiri, mengingat UII adalah Universitas Islam Pertama di Indonesia. Dalam acara dies natalinya yang ke-50, tanggal 15 Desember 1993, Presiden Soeharto hadir, didampingi oleh Mensesneg Moerdiono, Menag Munawir Sadjali, dan Gubernur DIY. 97 Tragedi Nipah yang meletus bulan Oktober 1993 segera menimbulkan reaksi keras kalangan Ulama Madura khususnya, warga NU dan umat Islam di Jawa Timur pada umumnya. Sejak mencul protes tersebut, pemerintah dan ABRI segera mengambil sikap akomodatif. Para Ulama diajak berbincang dan bahkan Selanjutnya Pak Harto ikut pula membuka Rabithatul Ma’ahid Islamiyah RMI IV di Pesantren Asshidiqiyah, RMI merupakan perkumpulan pesantren yang berada di bawah naungan payung NU. 97 Panji Masyarakat, 1-11 Februari 1994 Universitas Sumatera Utara ABRI mengambil sikap tegas dengan menarik anggotanya yang terlibat dalam kasus tersebut. 98 98 Forum Keadilan, No.14,28 Oktober 1993, hal.10.

6. Bank Muamalat Indonesia BMI