Lahirnya Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia

7. Semaraknya Media Massa Islam

Sejak pertengahan tahun 1980-an, dunia penerbitan Islam disemarakkan dengan terbitnya media Islami ”modern” melengkapi media massa ”tradisional” Islam sebelumnya. Dapat dicatat harian ”Republika” yang menjadi ”corong” ICMI. Pertama kali terbit tanggal 4 Januari 1993 dengan oplah 95 ribu, setahun kemudian melonjak menjadi 145 ribu. 99 Ada pula spekulasi yang berkembang dalam masyarakat pada saat embirio ICMI akan lahir: 1 Apakah ini sebuah rekayasa politik pemerintah menjelang pemilu tahun 1992? Dan 2 Ataukah memang ada political will pemerintah untuk mengakomodasi pemikiran kalangan umat Islam agar kelak menjadi lebih Berikutnya jurnal ilmiah Ulumul Qur’an, Islamika, Suara Masjid, Asy- syahadah, Makrifah, Al Hikmah, dan Studi Islamika. Majalah-majalah lama yang masih berkiprah misalnya Panji Masyarakat, Suara Muhammadiyah, Media Dakwah, Risalah, dan Hidayatullah. Buku-buku Islampun kian semarak, bukan saja diterbitkan oleh penerbit yang ”khas Islam”, seperti Gema Insani Press, Mizan, Bulan Bintang, Al Bayan, dan Pustaka Panjimas, tetapi juga penerbitu umum lain seperti Gramedia, LP3ES, Grafiti, dan Sinar Harapan.

8. Lahirnya Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia

Pembentukan ICMI merupakan tonggak terpenting dalam hubungan akomodatif antara Islam dan negara karena dalam organisasi ini bertemu tokoh- tokoh Islam yang berada diluar birokrasi dengan yang ada di dalam birokrasi. Sehingga ada yang menyebutkan dengan aliansi cendikiawan dan birokrasi. 99 Forum Keadilan, 17 Maret 1994, hal. 14 Universitas Sumatera Utara diperhatikan dan dipertimbangkan dalam proses pembuatan kebijaksanaan nasional. 100 ” Bila identitas telah ditegakkan dan saf telah dirapatkan, maka ”pesimisme” terhadap masa depan umat boleh mulai dihapus dari kamus sejarah gerakah Islam di negeri ini. Bukankah perjalanan keberhasilan Nabi Muhammad saw. Sendiri dalam menegakkan agama Allah bermula dari ketegasan mengemukakan identitas Islam. Meski badai menerpa dan kesadaran akan urgensi perapatan barisan. Lebih populer, yang belakangan ini diungkapkan pepatah: ”Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Dalam uraian terdahulu telah disebutkan bahwa prakarsa pembentukan ICMI murni berasal dari bawah yaitu para mahasiswa Unibraw, Malang kendatipun sebelumnya telah diciptakan semacam kondisi kondusif oleh Imamuddin Abdulrahim. Akan tetapi ide ini kemudian diambil alih oleh para cendikiawan dan ”arus atas” dengan tokohnya Habibie, yang mendapat lampu hijau dari Presiden Soeharto. Dipandang dari sudut ini, tampak sekali keanekaragaman anggota- anggota ICMI, yang kemudian hari berpotensi menjadi penyebab timbulnya konflik internal. Pembentukan ICMI menimbulkan pro dan kontra. Sebagian besar umat Islam menanggapinya dengan penuh harapan, sedangkan sebagian yang lain walupun jumlahnya tidak sebanyak yang pertama, menganggapnya sebagai langkah mundur bahkan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Harapan umat Islam tersebut, secara manis diungkapkan oleh Dr.Azyumardi Azra dalam kolom ” Hati ke hati” Panjimas, ketika ICMI baru saju lahir. 101 100 Editor, 16 februari 1991 101 Panji Masyarakat, 21-30 Desember 1990, hal.11. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan untuk menegakkan harapan tersebut: 102 1. ICMI adalah satu-satunya ormas keislaman yang didukung oleh seluruh umat Islam, terutama ormas-ormasnya.Kenyataan ini tentunya juga tidak mengabaikan kritik-kritik yang dilontarkan oleh beberapa tokoh Islam. Selama ini tidak ada satu pun organisasi Islam yang memperoleh dukungan mutlak umat. Sebelumnya, SDI sebelum kemerdekaan dan Masyumi pasca kemerdekaan pernah mendapatkan dukungan umat, tetapi mereka adalah organisasi politik yang berorientasi politis. 2. dukungan bulat ini menumbangkan asumsi sementara orang bahwa umat Islam pada umumnya alergi dengan dan bersikap apatis terhadap organisasi-organisasi formal Islam. Pengalaman sebelumnya, PPP sebagai parpol Islam tidak begitu berhasil menyuarakan aspirasi umat. 3. Tampilnya Prof.Dr.Habibie sebagai ketua umum ICMI meruntuhkan tradisi kepemimpinan umat yang berasal dari umat sendiri. Habibie belum pernah aktif dalam pergerakan Islam. Ia lebih dikenal sebagai teknolog kaliber internasional daripada pemimpin Islam. Habibie berasal dari birokrat, yang sebelumnya biasanya, ” dilawankan ” dengan umat Islam. Dr. Amien Rais mengatakan bahwa keberadaan ICMI merupakan suatu prestasi yang penting bagi umat Islam di Indonesia. ICMI dapat berfungsi sebagai perekat atau jembatan yang mempererat kerja sama intern umat Islam Indonesia. Sambil menanggapi suara-suara sumbang yang pada saat itu banyak ditujukan pada ICMI, asisten Ketua Umum ICMI ini mengatakan, dampak politis ICMI 102 Ibid. Hal. 12. Universitas Sumatera Utara pasti ada, walaupun ia bukan organisasi politik dan tujuannya bukan berpolitik praktis. ICMI adalah suatu fenomena politik. 103 Moh. Natsir, mantan tokoh Masyumi, menanggapi kelahiran ICMI dengan mengatakan,” berdirinya ICMI merupakan langkah positif. Semoga nantinya bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan di masyarakat. 104 ” Pemerintah yakin seluruh rakyat Indonesia menyambut baik hadirnya ICMI, karena organisasi ini lahir atas kesadaran para cendikiawan maslim sendiri untuk meningkatkan peranan mereka dalam pembangunan umat dan bangsa. Organisasi ini akan mampu berperan positif bagi pembangunan bangsa, apabila tidak terjebak dalam semangat sempit dan bersifat ekslusif. Melainkan tepat diliputi oleh wawasan luas, wawasan untuk terus menkonsolidasikan kebangsaan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Pernyataan Mentri Agama Alamsyah Ratu Prawiranegara menarik untuk dikemukakan,” berdirinya ICMI telah menghapus rasa malu dan takut yang pernah merundung umat Islam. Kini umat Islam mulai bangga dengan keislamannya Demikian pula pernyataan Wakil Presiden Sudharmono ketika menutup Simposium ICMI: 105 susunan anggota MPR 1992-1997 menimbulkan perbincangan hangat dalam masyarakat, terutama yang selalu mengkritik manuver-manuver politik Habibie dengan ICMI-nya, karena banyaknya tokoh-tokoh Islam yang menjadi anggota MPR. Sehingga banyak yang menyebutnya denga ” ijo royo – royo ” Sebenarnya bukan agama Islam yang dipersoalkan, sebab sejak dulu anggota MPR yang beragama Islam selalu mayoritas, tetapi tampilnya tokoh-tokoh Islam tersebut termasuk yang selama ini oposan pemerintah, sebagaian besar adalah

9. Bendera Islam di Senayan dan Munas Golkar 19931998