dan yang berhasil menuntut dari warganya ketaatan pada peraturan perundang – undangannya melalui penguasaan control monopolistis dari kekuasaan yang sah.
1.6.5. Negara Orde Baru
Orde Baru
29
merupakan tatanan pemerintahan negara Republik Indonesia yang berkuasa sejak tahun 1966 sampai Mei 1998 di bawah pemerintahan
Soeharto, setelah keruntuhan rezim Soekarno dengan demokrasi terpimpin, yang bercorak otoritarian.
30
Misi utama penguasa Orde Baru adalah untuk maluruskan kembali sejarah perjalanan bangsa dan negara, berdasarkan pada falsafah dan moral Pancasila
serta melalui jalan yang lurus seperti ditunjukkan oleh UUD 1945. Rezim Soeharto berusaha melakukan koreksi total segala macam penyimpangan sejarah
di masa lampau sejak tahun 1945 – 1965. Rezim ini juga berupaya memelihara dan malahan memperkuat hal – hal yang benar dan lurus dari pengalaman dan
hasil sejarah masa lampau. Karena itu pula Orde Baru sesungguhnya merupakan koreksi total terhadap diri sendiri, koreksi total terhadap kekeliruan pemerintahan
rezim Soekarno untuk kebaikan. Koreksi total ini meliputi pikiran dan tingkah Cita – cita utama Orde Baru adalah untuk melaksanakan
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekwen. Rezim ini manobatkan dirinya sebagai pengoreksi total terhadap kesalahan, kegagalan,
keburukan rezim orde lama yang telah melakukan penyelewengan dan melanggar konstitusi Undang – undang Dasar 1945 dan Pancasila. Dalam perspektif
penguasa rezim orde baru, Soekarno dianggap telah melakukan sejumlah penyelewengan dan melanggar dasar negara dengan konsep Nasakom yang
mengikutsertakan komunis dalam pelaksanaan Pancasila.
29
Penamaan Orde Baru ini dapat dilihat dalam Herbeth Feith dan Lance Castle Ed , Pemikiran Politik Indonesia 1945 – 1965. Jakarta : LP3ES. 1988, hal.16-18.
30
Moh. Mahfud, Politik Hukum Islam di Indonesia , Jakarta : LP3ES, 1998, hal.196.
Universitas Sumatera Utara
laku menyangkut kemurnian cita – ciat kemerdekaan, dan implementasi Undang – Undang Dasar 1945 dan Pancasila ditambah dengan analisis penyelewengan
Soekarno terhdap Pancasila dan UUD 1945. Sikap mental dan tekad pemerintah Soeharto ini disampaikannya dalam
pidato pertama sebagai pejabat Presiden 12 Maret 1967. Soeharto mengatakan apa yang telah dicapai melalui sidang istimewa MPRS adalah kemampuan
mengembalikan kedaulatan ketangan rakyat yang dilaksanakan MPRS sebagai penyelenggara tertinggi penjelmaan rakyat dan pemegang kedaulatan rakyat.
Soeharto menegaskan perlunya melaksanakan ketentuan UUD 1945 untuk mencegah kesewenang – wenangan penguasa secara murni dan konsekuen.
Negara Orde Baru adalah negara yang tampil secara otonom, mengatasi kelas-kelas lain yang ada di dalam masyarakat. Negara Orde Baru telah menjelma
sebagai negara organis yang kuat yang menjadikan dirinya sebagai tampat bergantungnya organisasi-organisasi politik dan organisasi-organisasi profesi atau
fungsionalis. Proses penjelmaan negara kuat Orde Baru di dasarkan pada komitmen awal perjalanan Orde Baru untuk “membangun perekonomian” dengan
disertai “pembangunan stabilitas nasional” yang dengan komitmen tersebut kemudian dilakukan political engineering atau penggalangan besar-bsaran untuk
membangun infra struktur politik yang tidak boleh menyebabkan disintegrasi, sebab integrasi merupakan tuntutan mutlak bagi suatu upaya stabilitas nasional.
31
Demikianlah, dua main stream pemikiran berpadu untuk membangunOrde Baru. Penyusunan GBHN yang pertama misalnya, dikerjakan oleh para teknokrat
tanpa melibatkan wakil-wakil rakyat dalam MPRS. Memasuki PJP II, dalam
31
Moh. Mahfud, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Jakarta: PT. 2000, hal. 104.
Universitas Sumatera Utara
Kabinet Pembangunan VI, era teknokrasi mulai bergeser dengan tampilnya para teknolog dengan tokoh Prof. Dr. Habibie. Banyak pengamat yang memandang
bahwa era Wijoyonomics berganti menjadi habibienomics. Indikatornya adalah tampilnya para teknolog, seperti Habibie, Mar’ie Muhammad, J. Boedino,
Ginanjar Kartasasmita, Soederajat Djiwandono, dan beberapa insinyur untuk jabatan menteri lainnya.
Negara selalu berusaha memperlemah segala macam kelas baik petani maupun borjuis dan tuan tanah. Negara bukan legi sebagai penitia kecil
pelaksanaan penghisap surplus, dan bukan sebagai wasit yang netral dari pengaruh-pengaruh kelas dominan tetapi negara menjadi ekspresi dari prospek
spesifik formasi dan konflik kelas dan proses umum akumulasi modal.
32
Negara dalam hal ini, memiliki otonominya sendiri dan bertindak atas nama semua kelas
sebagai penjaga tatanan sosial sebagai tempat menanam kepentingan-kepentingan kelas itu. Dan peranan negara dalam masyarakat menjadi sangat dominan.
33
Setelah Orde Baru lahir pada tahun 1966 penataan dan pengukuhan telah di mungkinka n oleh:
34
1 Pengusahaan negara menjadi lembaga yang relevan untuk
mempertahankan stabilitas perekonomian. 2
Diberikannya kesempatan kepada pasar untuk mengatur mekanisme perekonomian.
3 Dibukanya kesempatan kepada modal, baik dari dalam maupun luar
negeri, untuk giat dalam ekonomi.
32
Ibid., hal. 103.
33
Ibid., hal. 106.
34
Ibid., hal. 108.
Universitas Sumatera Utara
4 Pengintegrasian kembali perekonomian Indonesia ke dalam
perekonomian internasional. Senada dengan yang pernah di kemukakan Alfian bahwa dengan
terciptanya format politik baru opada tahun 19691971 telah tampil negara kuat Orde Baru.
35
“Dengan bekal seperti inilah maka pada awal 1970-an telah tercipta beamstaat pasca kolonial Indonesia yang lebih kuat di bandingkan dengan
negara-negara sebelumnya dengan akibat-akibat yang tidak jauh berbeda dengan beamtenstaat terdahulu”
.
Farchan Bulkin juga mencatat bahwa:
36
Negara strukturalis klasik yang sering di klaim sebagai basis teoritis- konseptual negara modren dengan bapak pembangunannya Max Weber, selalu
menganggap bahwa negara merupakan agen yang berhak melakukan monopoli. Penggunaan kekerasan fisik dan mampu memaksakan kehendaknya atas
masyarakat, karena, negara memiliki kekuasaan otoritatif yang sah. Tugas utama negara adalah menjamin ketertiban masyarakat melalui agen-agennya yaitu:
Jelas bahwa negara Orde Bru bukan sekedar instrumen teknis penyelenggara roda administrasi pemerintahan yang terikat konstitusi dan aturan
hukum, objektif, dan apolitik sepeerti yang di bayangkan Weber, tetapi sebaliknya yang terlihat adalah mekarnya peranan negara cenderung melampaui batas-batas
konstitusinal, bahkan semakin dominan dalam mengatur brbagai sektor kehidupan masyarakat dan negara terutama dalam mekanisme pengambilan keputusan dan
penyelenggaraan kekuasaan politik. Tampak bahwa negara telah menjadi mesin politik yang aktif dalam berbagai upaya rekayasa dalam masyarakat.
35
Alfian, “Format Baru Politik Indonesia”, Indonesia magazine No. 24, Jakarta: Yayasan Harapan Kita, 1974, hal. 26.
36
Farchan Bulkin, op.cit., hal. 16
Universitas Sumatera Utara
politisi, tentara dan birokrasi dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk menciptakan lahirnya kepatuhan masyarakat terhadap negara.
Besarnya peran negara terhadap masyarakat menyebabkan rapuhnya tingkat kemandirian politik masyarakat sehingga prakarsa dalam masyarakat
seakan-akan menjadi tidak bisa tumbuh. Lembaga perwakilan rakyat kurang berfungsi dengan baik karena lembaga ini kurang mempunyai kebebasan
berpendapat. Sementara organisai-organisasi politik yang berfungsi untuk menjaring calon-calon wakil rakyat pada hakekatnya bukan merupakan organisasi
yang mandiri, baik secara finasial maupun secara intelektual.
1.6.6. Model – model Kepolitikan Orde Baru