independen. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolonirietas menurut Ghozali 2005:91 dapat dilihat dari 1 nilai tolerance dan lawannya 2 variance inflation
factor VIF. Nilai cut off yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10. Jika
nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10 maka mengindikasikan terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Menurut Erlina dan Mulyani 2007:107, “Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain.” Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika varians berbeda
disebut heterokedastisitas. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik
Scaterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara
lain: 1
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, 2
Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi
homoskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Gozali 2005:107 ”analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil
ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin
keakuratan hasil.”
Ada beberapa uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain:
1.Uji Park, 2.Uji Glejser.
d. Uji Autokorelasi
Pada data time series sering ditemukan adanya masalah autokorelasi. Menurut Ghozali 2005:95 “Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya.” Pada penelitian
ini, autokorelasi diuji dengan menggunakan uji Durbin – Watson DW test. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan
menggunakan nilai uji Durbin Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu :
1 angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2 angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3 angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif..
Universitas Sumatera Utara
2. Pengujian Hipotesis