Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Sejauh manakah pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang ?“

I.3. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, berikut ini peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas, sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah : a. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu mencari atau menjelaskan pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang. b. Masalah yang diteliti adalah pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang. c. Media komunikasi yang diteliti adalah media televisi swasta dan nasional. d. Batasan orang yang diteliti adalah masyarakat umum di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang.

I.4.2 Manfaat Penelitian

a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.5. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti Nawawi, 1997 : 40. Teori menurut F.M Kerlinger dalam Rakhmat, 1997 : 6 merupakan himpunan konstruk konsep, definisi, dan preposisi yang mengemukakan Universitas Sumatera Utara pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Dengan adanya kerangka teori peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya.

I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Menurut Harold Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yakni: a. Komunikator communicator, source, sender b. Pesan message c. Media channel, media d. Komunikan communicant, communicate, receiver, recipient e. Efek effect, impact, influence Effendy, 1992 : 10. Sedangkan Komunikasi Massa Mulyana 2001 : 75 menyatakan bahwa, “komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak surat kabar, majalah atau elektronikradio, televisi yang dikelola suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim,dan heterogen”. Sedangkan Wright, dalam Severin dan Tankard 2005 : 4 bahwa komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga ciri yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim. 2. Pesan – pesan yang disebarkan secara umum sering dijadualkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara. 3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar. Beberapa ciri komunikasi massa menurut Effendy 2002 : 51 : 1. Sifat komunikatornya yang melembaga dan terorganisasi. 2. Sifat media massanya yang serempak cepat, maksudnya pesan yang disampaikan kepada masyarakat dapat dilakukan dalam waktuyang cepat dan bersamaan. 3. Sifat pesannya yang umum public, maksudnya pesan yangdisampaikan oleh media massa dapat diakses oleh siapapun. 4. Sifat komunikannya, ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar, heterogen dan anonim. 5. Sifat efek dari komunikasi massa yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Apakah tujuannya agar komunikan hanya tahu saja, atau agar komunikan berubah sikap dan pandangannya. Universitas Sumatera Utara

I.5.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa.

Media massa merupakan saluran atau media yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Yang termasuk media massa disini adalah televisi, surat kabar, majalah, radio, dan film. Media massa dapat digolongkan sebagai media elektronik dan media cetak yang keseluruhannya sering juga disebut pers. Istilah televisi terdiri dari “tele” yang berarti jauh da “visi” vision yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan pesan mendalam bagi pemirsanya Effendy, 1994 : 192. Sebagai media massa yang didukung oleh teknologi yang modern, televisi mempunyai banyak keunggulan yang diantaranya ialah siaran yang dipancarkan melalui televisi dapat menjangkau seluruh lapisan yang ada di masyarakat. Sedangkan kekurangan dari media massa elektronik ini adalah berbagai macam informasi yang disajikan hanya bersifat sekilas saja. Dalam arti bahwa yang muncul pada pesawat televisi tidak dapat dikaji ulang, berbeda dengan pesan- pesan media cetak. Menurut sosiolog Marshall Luhan, kehadiran televisi membuat dunia menjadi “Desa Global” yaitu suatu masyarakat dunia yang batasannya diterobos oleh media televisi Kuswandi, 1996 : 20. Universitas Sumatera Utara Adapun ciri-ciri televisi antara lain adalah Effendy, 1994 : 21 : 1. Berlansung satu arah. 2. Komunikasi melembaga. 3. Pesan bersifat umum. 4. Sasarannya menimbulkan keserempakan. 5. Komunikannya bersifat heterogen.

I.5.3. Efek Komunikasi Massa

Efek komunikasi massa adalah bagaimana media massa dapat menambah pengetahuan, mengubah sikap dan menggerakkan perilaku khalayak” Rakhmat, 2005 : 219. Ada tiga macam efek komunikasi massa, yaitu : 1. Efek Kognitif Efek ini terjadi apabila komunikasi massa memberikan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami ataupun dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan informasi. 2. Efek Afektif Efek ini terjadi apabila komunikasi massa memberikan perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi ataupun dibenci oleh khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap ataupun nilai. 3. Efek Behavorial Efek behavorial merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, seperti pola- pola tindakan, kegiatan dan kebiasaan berperilaku. Afektif ini berkaitan dengan perasaan atau emosi yang timbul sebagai respon dari stimulus yang diterima Rakhmat, 2005 : 219. Universitas Sumatera Utara

I.5.4. Kecemasan.

Atkinson dan Hilgrad dalam bukunya Introduction of Psychology, mendefinisikan “kecemasan sebagai suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan takut, tercekam, khawatir, dan bingung” Atkinson, 1993 : 403. Permasalahan kecemasan adalah bentuk kecemasan yang lebih berat dari perasaan cemas biasa. Kecemasan ini timbul lebih kuat, lebih sering atau lebih lama dan dapat menjadi kebiasaan yang sangat sulit dihilangkan. Kecemasan yang terlalu kuat atau kronis dapat membuat orang menghantikan kegiatan sehari-hari yang biasa dijalani. Permasalahan kecemasan bukan hanya penyakit fisik tetapi masalah kesehatan yang berkembang apabila kecemasan berlangsung dalam waktu yang lama. Depresi semakin menjalar dan sistem kekebalan tubuh menjadi tidak bekerja untuk melawan penyakit. Dampak dari masalah kecemasan ini akan terlihat pada meningkatnya tekanan darah yang akan berakibat pada penyakit liver, masalah pencernaan yang dapat menyebabkan digestive disorders, kondisi kulit juga berhubungan dengan kecemasan, dan beberapa orang mengalami kerontokan rambut. Ketika mengalami kecemasan, tubuh akan bereaksi yang akan mengatur rasa cemas yang timbul. Pikiran kita mempercayai akan ada bahaya yang akan terjadi dan perasaan ini akan memproduksi hormon-hormon dan mempersiapkan tubuh untuk mengalami bahaya atau kejahatan. Tubuh dan pikiran akan bereaksi sama seperti ketika kita menghadapi bahaya sesungguhnya, misalnya perampokan di jalanan atau mendengar cerita tentang peristiwa kejahatan saat mengantri di sebuah supermarket. University of Dundee, 2004 Universitas Sumatera Utara I.5.5. Terpaan Media Media Exposure Rosengren mengemukakan bahwa terpaan tayangan diartikan sebagai penggunaan media oleh khalayak yang meliputi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara khalayak dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan Rakhmat, 2004 : 66. Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longevity. Frekuensi penggunaan media mengumpulkan data khalayak tentang berapa kali sehari seorang menggunakan media dalam satu minggu untuk meneliti program harian, berapa kali seminggu seseorang menggunakan media dalam satu bulan untuk program mingguan serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun untuk program bulanan, dalam penelitian ini program yang diteliti merupakan program mingguan. Untuk pengukuran variabel durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media berapa jam sehari atau berapa lama menit khalayak mengikuti suatu program Ardianto Erdinaya, 2004 : 164. Sedangkan hubungan antara khalayak dengan isi media meliputi attention atau perhatian. Kenneth E. 2005 Andersen mendefinisikan perhatian sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol atau kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Penelitian dari Sulistyadewi 1995 : 23 menyatakan bahwa intensitas menonton dapat dihitung memakai parameter- parameter baku seperti frekuensi, durasi, dan atensi pemirsa. Dengan demikian, Universitas Sumatera Utara dapat diambil kesimpulan bahwa terpaan media dapat diukur melalui frekuensi, durasi, dan atensi. Berdasarkan pengertian terpaan media yang telah dijelaskan oleh Rosengren dalam Rakhmat 2001 : 66, maka cara mengukur terpaan media dari kasus flu virus H1N1 dengan melihat frekuensi, durasi dan atensi menonton menyaksikan seseorang terhadap tayangan berita kasus flu H1N1 di televisi.

I.5.6. Berita News

Menurut Maulsby dalam Pareno, 2002 : 6 mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca di surat kabar tersebut. Sedangkan Hepwood dalam Pareno, 2002 : 7 memberikan pengertian berita sebagai laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Secara umum berita adalah laporan dari kejadian yang baru saja terjadi dari kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik perhatian para pembaca berita. Unsur pokok berita dapat diungkapkan melalui pertanyaan pokok jurnalistik, yaitu 5W + 1H What, Who, Why, Where, When + How : apa, siapa, mengapa, di mana, bilamana, dan bagaimana. Itulah yang dimaksud unsur – unsur berita. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : a. Apa merupakan pertanyaan yang akan menjawab apa yang terjadi. b. Siapa merupakan pertanyaan yang akan mengundang fakta yang berkaitan dengan setiap orang yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan kejadian. c. Mengapa akan menjawab latar belakang atau penyebab kejadian. Universitas Sumatera Utara d. Di mana menyangkut tempat kejadian. e. Bilamana menyangkut waktu kejadian. f. Bagaimana akan memberikan fakta mengenai proses kejadian yang diberikan Suranto, dan Lopulalan, 2000 : 7 – 9.

I.5.7. Teori Kultivasi Cultivation Theory

Teori Kultivasi adalah salah satu teori komunikasi massa. Teori Kultivasi pertama kali diperkenalkan oleh George Gerbner pada pertengahan tahun 60-an. Media mempengaruhi penonton dan penonton meyakininya. Tentu saja, tidak semua pecandu berat televisi heavy viewers terkultivasi secara sama. Menurut teori ini televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya. Teori ini di awal perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan audience, khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan di televisi. Tetapi pada perkembangannya, ia juga bisa digunakan di luar tema-tema kekerasan. Nurudin, 2003 : 57. Menurut Julia T. Wood 2004 : 244 – 245 menuliskan : “Cultivation is thecumulative process by which television fosters beliefs about social reality. According to the theory, television portrays the world as more violent anddangerous than really is. Thus, goes the reasoning, watching television promotesdistorted views of life”. Kultivasi menjadi skala memproses dimana televisi membantu perkembangan kepercayaan tentang kenyataan sosial. Menurut teori tersebut, televisi melukiskandunia sebagai sesuatu yang lebih berbahaya dan kejam dibanding dengan kenyataan sebenarnya. Universitas Sumatera Utara Menurut teori kultivasi, media khususnya televisi merupakan salah satu sarana utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya Nurudin, 2003:157. Melalui kontak dengan televisi dan juga media lainnya penonton dapat belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai- nilainya serta adat kebiasaannya. Menurut Hirsch 1980, beberapa lebih mudah dipengaruhi televisi daripada yang lainnya. Pengaruh ini bergantung bukan hanya pada seberapa banyak orang menonton televisi tetapi juga pada faktor pendidikan, penghasilan dan jenis kelamin pemirsa. Misalnya, pemirsa ringan berpenghasilan rendah melihat kejahatan sebagai masalah serius dibandingkan pemirsa ringan berpenghasilan tinggi Ardianto Erdinaya, 2004 : 65. Menurut Signorielli and Morgan 1990 : 25 : “ It represents a particular set of theoretical and methodological assumptions and procedures designed to assess the contributions of television viewing to people’s conceptions of social reality” Cultivation Analysis mewakili satu set khusus asumsi dan prosedur teori dan metode yang didesain untuk menilai kontribusi menonton televisi terhadap konsep orang-orang terhadap realitas sosial. “ There is general though not universal acceptance of the conclusion that there are statistical relationships between how much people watch television and what they think and do” . Secara umum walaupun tidak secara universal menerima kesimpulan bahwa Cultivation Analyisis menjelaskan secara statistik ada hubungan antara seberapa banyak atau jumlah seseorang menonton televisi dengan apa yang mereka pikirkan dan lakukan. Berkaitan dengan penelitian ini, teori kultivasi digunakan untuk menjelaskan bahwa ada pengaruh antara terpaan media di televisi terhadap sikap seseorang. Efek kultivasi memberikan kesan bahwa televisi mempunyai dampak yang sangat kuat pada diri individu. Dominic pada tahun 1990 menyebutkan salah satu contoh mengenai penelitian seorang mahasiswa Amerika di sebuah Universitas Sumatera Utara Universitas yang pernah mengadakan pengamatan tentang para pecandu opera sabun. Para pecandu ini ternyata lebih memungkinkan melakukan affairs atau menyeleweng, bercerai, atau menggugurkan kandungan daripada mereka yang bukan pecandu opera sabun Nurudin, 2003 : 157. Maka dapat terlihat bahwa televisi memberikan dampak yang sangat kuat kepada pemirsanya.

I.5.8. Teori S-O-R Stimulus Organism Response Theory

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Organism Response Theory atau S-O-R Theory model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang S dan menghasilkan tanggapan R yang kuat pula. Universitas Sumatera Utara Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur – unsur dalam model Stimulus Organism Response Theory ini adalah sebagai berikut : a Pesan Stimulus, S. b Komunikan Organism, O. c Efek Response, R.

I.6. Kerangka Konsep

Nawawi 1997 : 40 mengatakan bahwa langkah yang harus dilakukan setelah sejumlah teori diuraikan adalah merumuskan kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai, dan sebagai bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesa penelitian. Kerangka konsep dari satu gejala sosial yang memadai diperlukan untuk menyajikan masalah penelitian dengan cara yang jelas dan dapat diuji, karena itu variabel – variabel yang penting harus didefenisikan dengan jelas, setidaknya beberapa variabel yang harus didefenisikan secara operasional untuk memungkinkan dalil – dalil yang dapat diuji. Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Universitas Sumatera Utara Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas atau Independent Variable X. Variabel Bebas yaitu segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain Nawawi, 1997 :40. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi. 2. Variabel Terikat atau Dependent Variable Y. Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukannya adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain. Variabel Terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahului Rakhmat, 1997 :

12. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan masyarakat.

3. Variabel Antara Z. Adapun sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas Nawawi, 1995 : 58. Variabel antara berada diantara bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden. Universitas Sumatera Utara

I.7. Model Teoritis

Dokumen yang terkait

Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)

0 63 106

Analisis Pengaruh Pemekaran Wilayah Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Humbang Hasudutan

6 89 113

Penerapan Analisis Regresi Logistik terhadap Tingkat Kepuasan Masyarakat dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga (Studi Kasus: di Kecamatan Medan Belawan)

60 226 129

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Glaukoma Di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

7 64 69

Interaksi Desa Kota terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus di Desa Perbatasan)

3 133 99

PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN TELEVISI TERHADAP TINGKAT PERCEIVED QUALITY MEREK PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN TELEVISI TERHADAP TINGKAT PERCEIVED QUALITY MEREK (Studi Eksplanatif tentang Pengaruh Tingkat Terpaan Iklan Televisi, Sikap Khalayak terhadap

0 4 18

PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN LAYANANMASYARAKAT TERHADAP CITRA PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TERHADAP CITRA (Studi Eksplanatif tentang Pengaruh Tingkat Terpaan Iklan Layanan Masyarakat Kesatuan Lalu Lintas Polres Sleman di Sepanjang R

0 2 17

PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN TELEVISI TERHADAP TINGKAT PERCEIVED QUALITY PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN TELEVISI TERHADAP TINGKAT PERCEIVED QUALITY MEREK (Studi Eksplanatif Tentang Pengaruh Durasi Menonton Televisi, Tingkat Terpaan Iklan Televisi, Sika

0 6 15

Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya (Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah

0 0 128

Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya (Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah

1 1 26