I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : “Sejauh manakah pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di
televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang ?“
I.3. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan, berikut ini peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar
permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas, sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan
masalah yang akan diteliti adalah : a.
Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu mencari atau menjelaskan pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi terhadap
tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang.
b. Masalah yang diteliti adalah pengaruh terpaan media tentang kasus “Flu
H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang.
c. Media komunikasi yang diteliti adalah media televisi swasta dan nasional.
d. Batasan orang yang diteliti adalah masyarakat umum di Desa Helvetia
Kecamatan Sunggal Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tentang kasus “Flu
H1N1” di televisi terhadap tingkat kecemasan masyarakat di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang.
I.4.2 Manfaat Penelitian
a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU,
khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan peneliti terhadap penelitian. c.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan
dengan penelitian ini.
I.5. Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang
menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti Nawawi, 1997 : 40.
Teori menurut F.M Kerlinger dalam Rakhmat, 1997 : 6 merupakan himpunan konstruk konsep, definisi, dan preposisi yang mengemukakan
Universitas Sumatera Utara
pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Dengan adanya kerangka
teori peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya.
I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Menurut Harold Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu. Dari defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yakni:
a. Komunikator communicator, source, sender
b. Pesan message
c. Media channel, media
d. Komunikan communicant, communicate, receiver, recipient
e. Efek effect, impact, influence Effendy, 1992 : 10.
Sedangkan Komunikasi Massa Mulyana 2001 : 75 menyatakan bahwa, “komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik
cetak surat kabar, majalah atau elektronikradio, televisi yang dikelola suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar
orang yang tersebar di banyak tempat, anonim,dan heterogen”. Sedangkan Wright, dalam Severin dan Tankard 2005 : 4 bahwa komunikasi massa dapat
didefinisikan dalam tiga ciri yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar,
heterogen, dan anonim. 2.
Pesan – pesan yang disebarkan secara umum sering dijadualkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan
sifatnya sementara. 3.
Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Beberapa ciri komunikasi massa menurut Effendy 2002 : 51 : 1.
Sifat komunikatornya yang melembaga dan terorganisasi. 2.
Sifat media massanya yang serempak cepat, maksudnya pesan yang disampaikan kepada masyarakat dapat dilakukan dalam waktuyang cepat
dan bersamaan. 3.
Sifat pesannya yang umum public, maksudnya pesan yangdisampaikan oleh media massa dapat diakses oleh siapapun.
4. Sifat komunikannya, ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif
besar, heterogen dan anonim. 5.
Sifat efek dari komunikasi massa yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Apakah
tujuannya agar komunikan hanya tahu saja, atau agar komunikan berubah sikap dan pandangannya.
Universitas Sumatera Utara
I.5.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa.
Media massa merupakan saluran atau media yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Yang termasuk media massa disini
adalah televisi, surat kabar, majalah, radio, dan film. Media massa dapat digolongkan sebagai media elektronik dan media cetak yang keseluruhannya
sering juga disebut pers. Istilah televisi terdiri dari “tele” yang berarti jauh da “visi” vision yang
berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik
dan sound effect, juga memiliki keunggulan yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan pesan mendalam bagi pemirsanya Effendy, 1994
: 192. Sebagai media massa yang didukung oleh teknologi yang modern, televisi
mempunyai banyak keunggulan yang diantaranya ialah siaran yang dipancarkan melalui televisi dapat menjangkau seluruh lapisan yang ada di masyarakat.
Sedangkan kekurangan dari media massa elektronik ini adalah berbagai macam informasi yang disajikan hanya bersifat sekilas saja. Dalam arti bahwa yang
muncul pada pesawat televisi tidak dapat dikaji ulang, berbeda dengan pesan- pesan media cetak.
Menurut sosiolog Marshall Luhan, kehadiran televisi membuat dunia menjadi “Desa Global” yaitu suatu masyarakat dunia yang batasannya diterobos
oleh media televisi Kuswandi, 1996 : 20.
Universitas Sumatera Utara
Adapun ciri-ciri televisi antara lain adalah Effendy, 1994 : 21 : 1.
Berlansung satu arah. 2.
Komunikasi melembaga. 3.
Pesan bersifat umum. 4.
Sasarannya menimbulkan keserempakan. 5.
Komunikannya bersifat heterogen.
I.5.3. Efek Komunikasi Massa
Efek komunikasi massa adalah bagaimana media massa dapat menambah pengetahuan, mengubah sikap dan menggerakkan perilaku khalayak” Rakhmat,
2005 : 219. Ada tiga macam efek komunikasi massa, yaitu : 1.
Efek Kognitif Efek ini terjadi apabila komunikasi massa memberikan perubahan pada apa
yang diketahui, dipahami ataupun dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan informasi.
2. Efek Afektif
Efek ini terjadi apabila komunikasi massa memberikan perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi ataupun dibenci oleh khalayak. Efek ini ada
hubungannya dengan emosi, sikap ataupun nilai. 3.
Efek Behavorial Efek behavorial merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, seperti pola-
pola tindakan, kegiatan dan kebiasaan berperilaku. Afektif ini berkaitan dengan perasaan atau emosi yang timbul sebagai respon dari stimulus yang
diterima Rakhmat, 2005 : 219.
Universitas Sumatera Utara
I.5.4. Kecemasan.
Atkinson dan Hilgrad dalam bukunya Introduction of Psychology, mendefinisikan “kecemasan sebagai suatu keadaan emosi yang tidak
menyenangkan yang ditandai oleh perasaan takut, tercekam, khawatir, dan bingung” Atkinson, 1993 : 403.
Permasalahan kecemasan adalah bentuk kecemasan yang lebih berat dari perasaan cemas biasa. Kecemasan ini timbul lebih kuat, lebih sering atau lebih
lama dan dapat menjadi kebiasaan yang sangat sulit dihilangkan. Kecemasan yang terlalu kuat atau kronis dapat membuat orang menghantikan kegiatan sehari-hari
yang biasa dijalani. Permasalahan kecemasan bukan hanya penyakit fisik tetapi masalah kesehatan yang berkembang apabila kecemasan berlangsung dalam
waktu yang lama. Depresi semakin menjalar dan sistem kekebalan tubuh menjadi tidak bekerja untuk melawan penyakit. Dampak dari masalah kecemasan ini akan
terlihat pada meningkatnya tekanan darah yang akan berakibat pada penyakit liver, masalah pencernaan yang dapat menyebabkan digestive disorders, kondisi
kulit juga berhubungan dengan kecemasan, dan beberapa orang mengalami kerontokan rambut.
Ketika mengalami kecemasan, tubuh akan bereaksi yang akan mengatur rasa cemas yang timbul. Pikiran kita mempercayai akan ada bahaya yang akan
terjadi dan perasaan ini akan memproduksi hormon-hormon dan mempersiapkan tubuh untuk mengalami bahaya atau kejahatan. Tubuh dan pikiran akan bereaksi
sama seperti ketika kita menghadapi bahaya sesungguhnya, misalnya perampokan di jalanan atau mendengar cerita tentang peristiwa kejahatan saat mengantri di
sebuah supermarket. University of Dundee, 2004
Universitas Sumatera Utara
I.5.5. Terpaan Media Media Exposure Rosengren mengemukakan bahwa terpaan tayangan diartikan sebagai
penggunaan media oleh khalayak yang meliputi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan
berbagai hubungan antara khalayak dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan Rakhmat, 2004 : 66.
Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau
longevity. Frekuensi penggunaan media mengumpulkan data khalayak tentang berapa kali sehari seorang menggunakan media dalam satu minggu untuk
meneliti program harian, berapa kali seminggu seseorang menggunakan media dalam satu bulan untuk program mingguan serta berapa kali sebulan seseorang
menggunakan media dalam satu tahun untuk program bulanan, dalam penelitian ini program yang diteliti merupakan program mingguan. Untuk pengukuran
variabel durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media berapa jam sehari atau berapa lama menit khalayak
mengikuti suatu program Ardianto Erdinaya, 2004 : 164. Sedangkan hubungan antara khalayak dengan isi media meliputi attention
atau perhatian. Kenneth E. 2005 Andersen mendefinisikan perhatian sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol atau
kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Penelitian dari Sulistyadewi 1995 : 23 menyatakan bahwa intensitas menonton dapat dihitung memakai parameter-
parameter baku seperti frekuensi, durasi, dan atensi pemirsa. Dengan demikian,
Universitas Sumatera Utara
dapat diambil kesimpulan bahwa terpaan media dapat diukur melalui frekuensi, durasi, dan atensi. Berdasarkan pengertian terpaan media yang telah dijelaskan
oleh Rosengren dalam Rakhmat 2001 : 66, maka cara mengukur terpaan media dari kasus flu virus H1N1 dengan melihat frekuensi, durasi dan atensi menonton
menyaksikan seseorang terhadap tayangan berita kasus flu H1N1 di televisi.
I.5.6. Berita News
Menurut Maulsby dalam Pareno, 2002 : 6 mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai
arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca di surat kabar tersebut. Sedangkan Hepwood dalam Pareno, 2002 : 7 memberikan
pengertian berita sebagai laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Secara umum berita adalah laporan dari kejadian
yang baru saja terjadi dari kejadian yang penting dan disampaikan secara benar dan tidak memihak sehingga dapat menarik perhatian para pembaca berita.
Unsur pokok berita dapat diungkapkan melalui pertanyaan pokok jurnalistik, yaitu 5W + 1H What, Who, Why, Where, When + How : apa, siapa,
mengapa, di mana, bilamana, dan bagaimana. Itulah yang dimaksud unsur – unsur berita. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Apa merupakan pertanyaan yang akan menjawab apa yang terjadi.
b. Siapa merupakan pertanyaan yang akan mengundang fakta yang berkaitan
dengan setiap orang yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan kejadian.
c. Mengapa akan menjawab latar belakang atau penyebab kejadian.
Universitas Sumatera Utara
d. Di mana menyangkut tempat kejadian.
e. Bilamana menyangkut waktu kejadian.
f. Bagaimana akan memberikan fakta mengenai proses kejadian yang diberikan
Suranto, dan Lopulalan, 2000 : 7 – 9.
I.5.7. Teori Kultivasi Cultivation Theory
Teori Kultivasi adalah salah satu teori komunikasi massa. Teori Kultivasi pertama kali diperkenalkan oleh George Gerbner pada pertengahan tahun 60-an.
Media mempengaruhi penonton dan penonton meyakininya. Tentu saja, tidak semua pecandu berat televisi heavy viewers terkultivasi secara sama. Menurut
teori ini televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya. Teori ini di awal
perkembangannya lebih memfokuskan kajiannya pada studi televisi dan audience, khususnya memfokuskan pada tema-tema kekerasan di televisi. Tetapi pada
perkembangannya, ia juga bisa digunakan di luar tema-tema kekerasan. Nurudin, 2003 : 57.
Menurut Julia T. Wood 2004 : 244 – 245 menuliskan : “Cultivation is thecumulative process by which television fosters beliefs
about social reality. According to the theory, television portrays the world as more violent anddangerous than really is. Thus, goes the reasoning,
watching television promotesdistorted views of life”. Kultivasi menjadi skala memproses dimana televisi membantu
perkembangan kepercayaan tentang kenyataan sosial. Menurut teori tersebut, televisi melukiskandunia sebagai sesuatu yang lebih berbahaya
dan kejam dibanding dengan kenyataan sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut teori kultivasi, media khususnya televisi merupakan salah satu sarana utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan
kultur lingkungannya Nurudin, 2003:157. Melalui kontak dengan televisi dan juga media lainnya penonton dapat belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-
nilainya serta adat kebiasaannya. Menurut Hirsch 1980, beberapa lebih mudah dipengaruhi televisi daripada yang lainnya. Pengaruh ini bergantung bukan hanya
pada seberapa banyak orang menonton televisi tetapi juga pada faktor pendidikan, penghasilan dan jenis kelamin pemirsa. Misalnya, pemirsa ringan berpenghasilan
rendah melihat kejahatan sebagai masalah serius dibandingkan pemirsa ringan berpenghasilan tinggi Ardianto Erdinaya, 2004 : 65.
Menurut Signorielli and Morgan 1990 : 25 : “
It represents a particular set of theoretical and methodological assumptions and procedures designed to assess the contributions of
television viewing to people’s conceptions of social reality” Cultivation Analysis mewakili satu set khusus asumsi dan prosedur teori
dan metode yang didesain untuk menilai kontribusi menonton televisi terhadap konsep orang-orang terhadap realitas sosial.
“ There is general though not universal acceptance of the conclusion that there are statistical relationships between how much people watch
television and what they think and do” . Secara umum walaupun tidak secara universal menerima kesimpulan
bahwa Cultivation Analyisis menjelaskan secara statistik ada hubungan antara seberapa banyak atau jumlah seseorang menonton televisi dengan
apa yang mereka pikirkan dan lakukan. Berkaitan dengan penelitian ini, teori kultivasi digunakan untuk
menjelaskan bahwa ada pengaruh antara terpaan media di televisi terhadap sikap seseorang. Efek kultivasi memberikan kesan bahwa televisi mempunyai dampak
yang sangat kuat pada diri individu. Dominic pada tahun 1990 menyebutkan salah satu contoh mengenai penelitian seorang mahasiswa Amerika di sebuah
Universitas Sumatera Utara
Universitas yang pernah mengadakan pengamatan tentang para pecandu opera sabun. Para pecandu ini ternyata lebih memungkinkan melakukan affairs atau
menyeleweng, bercerai, atau menggugurkan kandungan daripada mereka yang bukan pecandu opera sabun Nurudin, 2003 : 157. Maka dapat terlihat bahwa
televisi memberikan dampak yang sangat kuat kepada pemirsanya.
I.5.8. Teori S-O-R Stimulus Organism Response Theory
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya
meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Asumsi dasar dari model ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah,
segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Organism Response Theory atau S-O-R Theory model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses
aksi-reaksi. Artinya model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan
respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi
positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik
komunikasi yaitu Hypodermic Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara
langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai
perangsang S dan menghasilkan tanggapan R yang kuat pula.
Universitas Sumatera Utara
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur – unsur dalam model Stimulus Organism Response Theory ini
adalah sebagai berikut : a
Pesan Stimulus, S. b
Komunikan Organism, O. c
Efek Response, R.
I.6. Kerangka Konsep
Nawawi 1997 : 40 mengatakan bahwa langkah yang harus dilakukan setelah sejumlah teori diuraikan adalah merumuskan kerangka konsep sebagai
hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai, dan sebagai bahan yang akan menuntun dalam
merumuskan hipotesa penelitian. Kerangka konsep dari satu gejala sosial yang memadai diperlukan untuk
menyajikan masalah penelitian dengan cara yang jelas dan dapat diuji, karena itu variabel – variabel yang penting harus didefenisikan dengan jelas, setidaknya
beberapa variabel yang harus didefenisikan secara operasional untuk memungkinkan dalil – dalil yang dapat diuji.
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah
yang diuji kebenarannya. Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Universitas Sumatera Utara
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas atau Independent Variable X.
Variabel Bebas yaitu segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain
Nawawi, 1997 :40. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tayangan terpaan media tentang kasus “Flu H1N1” di televisi.
2. Variabel Terikat atau Dependent Variable Y. Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada
ataupun muncul dipengaruhi atau ditentukannya adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain. Variabel Terikat yaitu variabel yang merupakan
akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahului Rakhmat, 1997 :
12. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan masyarakat.
3. Variabel Antara Z. Adapun sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat
diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas Nawawi, 1995 : 58. Variabel antara berada diantara bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai
penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.
Universitas Sumatera Utara
I.7. Model Teoritis