Ketepatan waktu timeliness Kedekatan tempat kejadian proximity. Besarnya size. TEORI KULTIVASI CULTIVATION THEORY

membangkitkan minat pembaca untuk menikmatinya, yaitu: waktu, tempat dan isinya” Suhandang, 2004 : 139. Nilai tertinggi suatu berita terletak pada kecakapan si penulisnya jurnalis dalam menarik perhatian pembaca, pendengar, dan penontonnya. Semua penulis atau penyiar dituntut untuk berprinsip pada kualitas dasar rangsangannya yang menimbulkan perhatian orang banyak. Untuk menyajikan berita yang bernilai tinggi dan dapat merangsang bangkitnya perhatian orang banyak, Frasser Bond 1961: 80 mencatat empat faktor utama :

a. Ketepatan waktu timeliness

Umumnya pembaca surat kabar menginginkan berita selalu baru atau aktual. Kemajuan teknologi masa kini telah bisa menembus perbedaan waktu kejadiandengan penerimaan beritanya, sehingga pemberitaan peristiwanya hampir bersamaan waktu dengan saat kejadiannya. Timeliness adalah jika suatu peristiwa sedang terjadi saat ini, atau berita yang menarik bagi pembaca saat ini.

b. Kedekatan tempat kejadian proximity.

Khalayak lebih tertarik perhatiannya terhadap berita tentang peristiwa kecil yang bisa dijangkau tangannya ketimbang peristiwa penting yang bermil-mil jaraknya. Proximity adalah jika peristiwa atau situasi tersebut terjadi di dekatpembaca baik fisikgeografis maupun non fisikemosional. Universitas Sumatera Utara

c. Besarnya size.

Sesuatu yang sangat kecil maupun sangat besar selalu memikat perhatian orang banyak. Demikian pula untuk menggambarkan kerugian yang diderita korban bencana atau kecelakaan, kita cenderung mengutarakan jumlah taksiran yang lebih besar. Size adalah ukuran suatu berita itu dimuat di media dalam hal ini surat kabar.

d. Kepentingan importance.

Umumnya orang merasa puas apabila kepentingannya terpenuhi. Karena itu pula mereka selalu mencari informasi yang bisa memenuhi dan sesuai dengan kepentingannya. Sudah barang tentu berita yang berkaitan dengan kepentingannya akan lebih menarik perhatiannya. Importance adalah peristiwa yang memiliki nilai-nilai penting bagi kehidupan, keluarga, pendidikan, kesehatan, atau kesejahteraan pembacapenonton. Suhandang, 2004 : 144-145

II.6.6. Nilai Berita

Untuk bisa diputuskan apakah berita tersebut pantas untuk diberitakan, maka ada beberapa kriteria umum nilai berita news value yang biasanya digunakan oleh jurnalis dan editor. Kriterita umum nilai berita terbagi atas Sumadiria, 2005 : 80-92 : 1. Keluarbiasaan unusualness. Kalangan praktisi jurnalistik sangat meyakini, semakin besar suatu peristiwa. semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, paling tidak dapat dilihat dari lima aspek ; Universitas Sumatera Utara lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang ditimbulkan peristiwa tersebut. 2. Kebaruan newness. Berita adalah semua apa yang terbaru. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti, dari soal pemilihan kepala desa hingga pemilihan presiden, merupakan berita. 3. Akibat impact. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal ; seberapa banyak khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak media yang melaporkannya. 4. Aktual timeliness. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi penting dan berarti. Kedekatan mengandung dua arti yaitu geografis dan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran-perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita. Universitas Sumatera Utara 5. Informasi information. Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Hanya informasi yang memiliki nilai berita. atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media. 6. Konflik conflict. Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan, merupakan sumber berita yang tidak pernah kering dan tidak akan pernah habis. 7. Orang penting prominence. Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pejabat, selebritis, dan publik figur. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan berita names makes news. Ketertarikan manusiawi human interest. Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat, tetepi telah menumbulkan getaran pada suasana haru, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya. Cerita human-interest, lebih banyak mengaduk-aduk perasaan daripada mengundang pemikiran. Universitas Sumatera Utara 8. Kejutan surprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan ini menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang terjadi pada lingkungan alam, benda-benda mati.

II.7. TEORI KULTIVASI CULTIVATION THEORY

Cultivation Theory dikembangkan untuk menjelaskan dampak menyaksikan televisi pada persepsi, sikap dan nilai-nilai orang. Teori ini berasal dari program riset jangka panjang dan ekstensif yang dilakukan oleh George Gerbner beserta para koleganya di Annenberg School of Communication di University of Pennsylvania. Gerbner beserta para koleganya mulai dengan argumentasi bahwa televisi telah menjadi tangan budaya utama masyarakat Amerika. “Televisi telah menjadi anggota keluarga yang penting, anggota yang bercerita paling banyak dan paling sering.” Severin dan Tankard, 2001 : 319. Awalnya Gerbner melakukan penelitian tentang “Indikator Budaya” di pertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Ia ingin mengetahui dunia nyata seperti apa dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi. Penelitian kultivasi yang dilakukan itu lebih menekankan pada “dampak” Nurudin, 2007 : 167. “Fokus utama riset kultivasi pada tayangan kriminal dan kekerasan dengan membandingkan kepada prevalensi frekuensi kriminal dalam masyarakat” Hadi, 2007 : 1. Gerbner mengklaim bahwa pecandu berat televisi heavy viewer mengembangkan kepercayaan yang berlebihan tentang dunia yang Universitas Sumatera Utara kotor dan mengerikan. Misalnya karena seringnya menonton televisi membuat orang beranggapan bahwa dunia ini tempat yang tidak aman. Kekerasan yang mereka lihat di televisi dapat menanamkan ketakutan sosial yang menjawab dugaan tentang orang yang dapat dipercaya atau keamanan keadaan sekitarnya. Tidak seperti Marshall McLuhan yang memandang media sebagai pesan, Gerbner meyakini bahwa kekuatan televisi berasal dari isi simbolik dari drama kenyataan hidup sehari-hari yang ditayangkan jam lepas jam dan minggu lepas minggu. Griffin, 1991. “Rata-rata pemirsa menonton televisi empat jam sehari” Severin dan Tankard, 2001, : 319. “George Gerbner menggolongkan audience televisi menjadi 2 golongan, yaitu, heavy viewer dan light viewer. Heavy viewer atau pecandu berat televisi adalah orang yang menonton televisi lebih dari 4 jam per hari. Sebaliknya, light viewer atau pecandu ringan adalah orang yang menonton kurang dari 4 jam per hari” Hadi, 2007 : 9. Berdasarkan golongan audience inilah Gerbner melakukan penelitian terhadap heavy viewer dan light viewer. Dua golongan ini memiliki jawaban yang berbeda ketika menjawab pertanyaan. Misalnya, ketika ditanya seputar populasi yang berada di Amerika, heavy viewer akan menjawab kurang lebih 20 persen populasi di dunia berada di Amerika. Sedangkan light viewer akan memberikan jawaban yang mendekati angka aslinya yaitu 6 persen. Heavy viewer cenderung memberikan jawaban yang mendekati dunia yang digambarkan oleh televisi. Dalam tayangan di Amerika, hampir semua pemeran utamanya berasal dari Amerika Severin dan Tankard, 2001. Contoh lainnya, “ heavy viewer menganggap kemungkinan seseorang untuk menjadi korban kejahatan adalah 1 Universitas Sumatera Utara berbanding 10. Dalam kenyataannya angkanya adalah 1 berbanding 50” Ardiyanto dan Erdinaya, 2004 : 64. Pada anak-anak yang menjadi pecandu berat televisi akan memiliki kecenderungan memperlihatkan tanda-tanda kecemasan, trauma, dan stress pasca trauma dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menjadi pecandu berat televisi. Dan apabila anak-anak mengalami ketakutan dalam melihat tayangan di media, mereka menjadi lebih ketakutan untuk menghadapi dunia nyata. Ketakutan yang terjadi pada masa kanak-kanak yang disebabkan oleh media akan terbawa hingga masa dewasa Navvarro dan Riddle, 2003. Salah satu aspek yang menarik dari kultivasi adalah “ mean world syndrome” . Nancy Signorielli melaporkan kajian sindrom dunia makna dimana tayangan kekerasan dalam program televisi untuk anak-anak dianalisis. Lebih dari 2000 program acara dalam tayangan prime time dan week ends dari tahun 1967 sampai 1985 dianalisis dengan hasil yang menarik. Kurang dari 71 persen program prime time dan 94 persen program week ends terdapat aksi kekerasan. Bagi pemirsa pecandu berat televisi heavy viewers dalam jangka waktu lama ternyata hal ini memberikan keyakinan bahwa tak seorang pun bisa dipercaya atas apa yang muncul dalam dunia kekerasan Littlejohn, 2005 : 289. “Pecandu berat televisi cenderung melihat dunia sebagai kegelapan atau mengerikan serta tidak mempercayai orang lain” Hadi, 2007 : 9. Tim Gerbner juga menyatakan bahwa salah satu dampak kultivasi yang utama, dan terjadi secara meluas, yang diakibatkan televisi adalah munculnya persepsi “dunia yang kejam” yang berasal dari para pecandu berat televisi. Peneliti kultivasi juga menemukan beberapa variabel penting yang juga turut Universitas Sumatera Utara mempengaruhi perbedaan yang terjadi antara pecandu berat dan ringan televisi. Variabel-variabel tersebut antara lain, usia, pendidikan, jenis kelamin, status ekonomi, dan berita yang dikonsumsi. Ardiyanto dan Erdinaya, 2004 Para peneliti kultivasi berusaha untuk mengontrol variabel-variabel yang turut mempengaruhi dampak, selain televisi. Kritik ini juga diutarakan oleh Paul Hirsch pada tahun 1980-an. Dari kritikan yang diajukan oleh Hirsch ini kemudian Gerbner beserta rekan-rekannya menambahkan 2 konsep tambahan sebagai revisi dari teori kultivasi. Dua konsep tersebut adalah mainstreaming pelaziman dan resonance resonansi. Mainstreaming dikatakan apabila sering menyaksikan televisi menyebabkan pemusatan pandangan seluruh kelompok. Misalnya, baik pemirsa “berat” dalam kategori penghasilan rendah maupun dalam penghasilan tinggi mempunyai pendapat yang sama bahwa ketakutan akan kejahatan adalah masalah pribadi yang sangat serius. Tetapi, pemirsa “ringan” televisi yang berpenghasilan rendah cenderung untuk mempunyai pendapat yang sama dengan pemirsa “berat” dalam dua kategori tadi bahwa ketakutan akan kejahatan adalah sebuah masalah, sedangkan pemirsa ringan yang berpenghasilan tinggi cenderung untuk tidak mempunyai pendapat yang sama bahwa ketakutan akan kejahatan adalah sebuah masalah. Resonance resonansi terjadi ketika dampak kultivasi ditingkatkan untuk sekelompok tertentu dalam populasi. Misalnya, pemirsa ‘berat’ diantara laki-laki dan perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar daripada pemirsa “ringan” untuk setuju bahwa ketakutan akan kejahatan adalah sebuah masalah serius. Tetapi kelompok yang setuju paling kuat adalah perempuan yang menjadi penonton “berat”, karena kerentanan khusus mereka pada kejahatan konon Universitas Sumatera Utara “mirip” dengan potret dunia kejahatan yang tinggi yang dilukiskan dalam televisi. Dengan adanya tambahan yang substansial pada teori kultivasi, maka teori kultivai ini tidak lagi menyatakan keseragaman, dampak televisi untuk semua anggota pemirsa “berat”. Kemudian yang terjadi adalah apabila orang mengontrol variabel –variabel lain sekaligus, sisa dampak yang diakibatkan oleh televisi menjadi agak kecil. Namun karena adanya dampak kumulatif dari televisi yang dialami sebagian besar orang paling tidak di Amerika, maka dampak tersebut tidak dapat diabaikan. Pada tahun 1988, Rubin, Perse, dan Taylor meragukan bahwa kultivasi adalah sebagai efek umum dari terlalu sering menonton televisi. Mereka menemui adanya dampak dari menonton televisi pada persepsi realitas sosial, namun dampak tersebut hanya pada program tertentu saja. Dalam penelitian mereka, dapat dibuktikan bahwa pemirsa secara aktif dan secara berbeda mengevaluasi isi televisi, atau dengan kata lain, bahwa audience televisi adalah pemirsa yang aktif. Beberapa perbaikkan pada teori kultivasi akhir – akhir ini, membagi dampak dampak menjadi dua variabel. Variabel – variabel tersebut adalah kepercayaan tingkat pertama first-order belief dan kepercayaan tingkat kedua second-order belief. Kepercayaan tingkat pertama mangacu pada keyakinan yang berkenaan dengan beragam kenyataan dunia nyata, seperti persentase orang yang menjadi korban kejahatan brutal selama satu tahun. Dan kepercayaan tingkat kedua mengacu pada ekstrapolasi dari kenyataan-kenyataan pada harapan umum atau orientasi, seperti kepercayaan bahwa dunia adalah tempat aman atau bahaya. Severin dan Tankard, 2001 Universitas Sumatera Utara Beberapa teori mutakhir menekankan bahwa penonton sebenarnya aktif di dalam usaha menekankan kekuatan pengaruh televisi tidak seperti yang diasumsikan teori kultivasi. Teori kultivasi menganggap bahwa penonton itu pasif. Teori kultivasi lebih memfokuskan pada kuantitas menonton televisi atau “terpaan” dan tidak menyediakan perbedaan yang muncul ketika penonton menginterpretasikan siaran-siaran televisi. Penonton tidak perlu secara pasif menerima apa yang mereka lihat di televisi sebagai kenyataan. Nurudin, 2007 : 173-174. Menurut Perse “efek dominan kultivasi kekerasan televisi pada individu adalah pada kognitif meyakini tentang realitas sosial dan afektif takut akan kejahatan” Hadi, 2007 : 10. Penelitian ini menggunakan Cultivation Theory sebagai landasan teori. Seperti yang diungkapkan oleh Perse, mengenai efek afektif yang ditimbulkan oleh berita kasus suspect flu H1N1 yang ditayangkan di televisi, peneliti ingin mengetahui seberapa besar tingkat kecemasan, yang merupakan salah satu efek afektif pada pemirsa televisi, dalam masyarakat Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Deli Serdang Sumatera Utara.

II.8. TEORI S-O-R STIMULUS ORGANISM RESPONSE

Dokumen yang terkait

Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)

0 63 106

Analisis Pengaruh Pemekaran Wilayah Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Humbang Hasudutan

6 89 113

Penerapan Analisis Regresi Logistik terhadap Tingkat Kepuasan Masyarakat dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga (Studi Kasus: di Kecamatan Medan Belawan)

60 226 129

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Glaukoma Di Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

7 64 69

Interaksi Desa Kota terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus di Desa Perbatasan)

3 133 99

PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN TELEVISI TERHADAP TINGKAT PERCEIVED QUALITY MEREK PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN TELEVISI TERHADAP TINGKAT PERCEIVED QUALITY MEREK (Studi Eksplanatif tentang Pengaruh Tingkat Terpaan Iklan Televisi, Sikap Khalayak terhadap

0 4 18

PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN LAYANANMASYARAKAT TERHADAP CITRA PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TERHADAP CITRA (Studi Eksplanatif tentang Pengaruh Tingkat Terpaan Iklan Layanan Masyarakat Kesatuan Lalu Lintas Polres Sleman di Sepanjang R

0 2 17

PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN TELEVISI TERHADAP TINGKAT PERCEIVED QUALITY PENGARUH TINGKAT TERPAAN IKLAN TELEVISI TERHADAP TINGKAT PERCEIVED QUALITY MEREK (Studi Eksplanatif Tentang Pengaruh Durasi Menonton Televisi, Tingkat Terpaan Iklan Televisi, Sika

0 6 15

Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya (Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah

0 0 128

Hubungan Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah Tangga di Surabaya (Studi Korelasional Terpaan Pemberitaan Meledaknya Tabung Gas LPG di Media Massa Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu – Ibu Rumah

1 1 26