Uji Multikolinearitas Uji Heterokedastisitas

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan dengan melihat kriteria Variance Inflation Factor VIF dengan ketentuan bila VIF 5 maka terdapat masalah multikolinearitas, sebaliknya jika VIF 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas Suliyanto, 2005 : 71. Tabel 4.10 berikut digunakan untuk melihat besarnya Variance Inflation Factor VIF yang di dapat dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 14.0. Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas Coefficients a ,848 ,646 1,313 ,200 ,007 ,003 ,418 2,429 ,022 ,888 1,126 ,000 ,017 ,003 ,014 ,989 ,688 1,453 -,047 ,051 -,178 -,938 ,356 ,733 1,364 Constant EPS PER DER Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: RETURN_TOTAL a. Sumber: Hasil olahan SPSS 14.0 for windows, 2009 Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki Variance Inflation Factor VIF 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamaan ke pengamaan lain tetap, maka di sebut homokedastisitas, jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas Gudjarati, 2001 : 214. Model regresi yang baik adalah Universitas Sumatera Utara tidak terjadi heteroskedastisitas. Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran plot melalui gambar scatter plot sebagai berikut : 2 -2 Regression Standardized Predicted Value 2 -2 Regression Studentized Residual Scatterplot Dependent Variable: LN_RETURN_TOTAL Gambar 4.3 Scatterplot Dependent Variable LN_RETURN_TOTAL Sumber: Hasil olahan SPSS 14.0 for windows, 2009 Gambar 4.3 menunjukkan bahwa penyebaran residual cenderung tidak teratur, terdapat beberapa plot yang berpencar dan tidak membentuk pola tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heterokedastisitas dalam model regresi ini. Selain melihat grafik, uji heterokedastisitas dapat juga dilakukan melalui uji Glejser. Uji Glejser memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan menganalisis grafik scatterplot. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya di atas tingkat Universitas Sumatera Utara kepercayaan 5 dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas. Tabel 4.9 Uji Glejser Coefficients a ,735 ,435 1,690 ,102 ,004 ,002 ,350 1,915 ,065 ,888 1,126 -,002 ,012 -,043 -,207 ,838 ,688 1,453 -,002 ,034 -,014 -,071 ,944 ,733 1,364 Constant EPS PER DER Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: ABSUT a. Sumber :Hasil olahan SPSS 14.0 for windows, 2009 Berdasarkan Tabel 4.9 tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut absut. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel EPS, PER, DER dan tingkat pengembalian saham masing-masing lebih besar dari tingkat signifikan α = 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dalam model regresi ini.

d. Uji Autokorelasi