mayoritas atau pun keputusan bersama para mufti yang menjadi anggota, namun perubahan masih berlaku apabila ia dibincang semula diperingkat negara bagian.
118
Sementara itu, tidak semua keputusan Jawatankuasa Fatwa boleh disiarkan kepada umum. Bahkan ada di antaranya yang dikategorikan sebagai dokumen rahasia,
yang diberikan kepada pihak yang meminta fatwa atau pihak-pihak tertentu saja.
119
3. Hubungan Jabatan Mufti Johor dengan Majelis Jawatankuasa Fatwa
Kebangsaan
Jabatan Mufti Johor tidak terlepas dari keanggotaannya dengan Majelis Fatwa Kebangsaan karena seorang mufti negara bagian manapun pasti menjadi anggota
Majelis Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan yang berpusat di ibu kota Kuala Lumpur di mana JAKIM menjadi badan yang mengelola urusan fatwa negara Malaysia.
Kedudukan mufti ini bukan hanya berfungsi pada negara bagiannya saja tetapi juga ia menjadi berguna sebagai sumber rujukan seluruh rakyat Malaysia karena majelis
fatwa ini dianggotai oleh semua mufti-mufti negara bagian. Adapun beberapa hubungan Jabatan Mufti dengan Majelis Fatwa Kebangsaan sebagaimana yang
tercantum dalam Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Johor 2003
[EN.162003] Pasal 51 yaitu sebagai berikut:
a. Apabila Jawatankuasa Fatwa mendapatkan suatu fatwa yang akan dibuat adalah
berkaitan dengan perkara-perkara yang menyentuh kepentingan kebangsaan, Jawatankuasa Fatwa hendaklah menangguhkan pembahasan tentang fatwa yang
akan dibuat tersebut dan mengemukakan hal itu kepada Majelis; b.
Setelah menimbang dengan teliti perkara itu Majelis dapat membuat saran kepada Duli Yang Maha Mulia Sultan untuk mendapat persetujuan-nya supaya fatwa yang
118
Ibid., Peraturan 12
119
Ibid., Peraturan 13.
akan dibuat itu diajukan kepada Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan, melalui Majelis Raja-Raja;
c. Fatwa dianggap berkaitan dengan perkara-perkara yang menyangkut kepentingan
kebangsaan jika persoalan itu ada hubungannya dengan hal-hal, dasar, rancangan atau kegiatan yang secara langsung menyangkut kepentingan Kerajaan
Persekutuan, Kerajaan Negeri atau kementerian; d.
Jika Duli Yang Maha Mulia Sultan memberikan persetujuannya sebelum fatwa itu dirujukkan kepada Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan, Majelis hendaklah
memberitahu kepada Kerajaan Negara Bagian tentang perkara yang hendak dipersetujui itu;
e. Apabila satu rancangan fatwa yang telah diajukan kepada Jawatankuasa Fatwa
Kebangsaan, Jawatankuasa itu hendaklah menyampaikan nasihat dan sarannya kepada Majelis Raja-Raja;
f. Jika Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan memberikan nasihat atau mengusul-kan
supaya rancangan fatwa dibahas, dengan atau tanpa pengubahan dan Majelis Raja- Raja telah setuju dengan nasihat dan usulan Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan itu,
maka Majelis hendaklah mempertimbangkan nasi-hat dan setelah itu fatwa disahkan dalam Warta tanpa adanya perubahan.
g. Sesuatu fatwa yang sahkan dalam Warta hendaklah disertakan dengan keterangan-
keterangan bahawa fatwa itu dibuat di bawah Pasal ini.
120
4.
Menerima Nasihat dan Saran Majelis Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan
Berdasarkan Pasal 52 Enakmen Pentadbiran Agama Islam, Jawatan-kuasa Mufti dapat memakai nasihat dari Majelis Fatwa Kebangsaan.
120
Ibid .
a.
Jawatankuasa Fatwa dapat menerima nasihat dan saran Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan tentang perbuatan atau tindakan yang disetujui oleh Majelis Raja-Raja
dan merupakan perbuatan atau tindakan yang meliputi seluruh Persekutuan;
b.
Nasihat atau saran yang hendaklah dianggap sebagai fatwa dan hendaklah dipakai atau dijalankan;
Secara umumnya, proses pewartaan fatwa dan hubungannya dengan Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan dapat digambarkan dalam skema:
121
Adapun hubungan Jabatan Mufti dengan Majelis Fatwa Kebangsaan di mana mufti negara bagian secara otomatis menjadi anggota Majelis Fatwa Kebangsaan,
suatu fatwa yang dikeluarkan oleh Jabatan Mufti Kebangsaan merupakan keputusan bersama antara mufti dari setiap negara bagian. Perbincangan tersebut akan diadakan
pada tingkat muzakarah Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan, dari segi pentadbiran, setiap isu atau perkara yang dibahas akan ditetapkan oleh sekretaris
yang diletakkan di bawah Jabatan Perdana Menteri Jabatan Kemajuan Islam Malaysia atau JAKIM. Isu
yang dikemu-kakan adalah merupakan apa yang diminta oleh kerajaan-kerajaan
121
Suwaid Tapah, Perundangan dan Penguatkuasaan Fatwa, Kuala Lumpur: Jabatan Syari’ah dan Undang-Undang, 2004, cet. I, h. 36
Aduan Permasalahan Hukum Aduan Masalah Kecil
Aduan Masalah Kontemporer MuftiPegawai Hal Ehwal Islam
Penyelidikan
Rapat Jawatankuasa Perunding Hukum Syara’
Majelis Agama Islam Negara Bagian
Penasehat Undang-Undang Negara Bagian
Pewartaan Fatwa
negara bagian yang menyangkut kepentingan Kerajaan Persekutuan atau yang diajukan oleh JAKIM sendiri. Dari aspek menentukan sesuatu perkara yang
diputuskan di tingkat ini dapat dilakukan, diajukan secara suara bulat atau dengan suara mayoritas dua pertiga dari anggota ekslusif yaitu para mufti atau wakilnya dan
ulama. Mereka ini berhak ikut dalam pembahasan dan pemili-han. Sementara Ketua dan anggota yang beragama Islam dari Perkhidmatan Kehakiman dan Undang-Undang
atau dari profesion undang-undang yang dipilih tidak memiliki hak memilih.
122
Sebenarnya keputusan ini bukanlah mengikat kerajaan-kerajaan negara bagian, tetapi sebaliknya ia hanya dapat diberlakukan diperingkat negara bagian jika negara
bagian tersebut bersetuju mengambil tindakan atau menerima fatwa tersebut melalui keputusan rapat Jawatankuasa Fatwa Negara Bagian yang dibentuk dan selanjutnya
diajukan kepada Majelis Agama Negara Bagian masing-masing untuk tujuan pengesahan dan pelaksanaannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa muzakarah
Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan hanya merupakan majelis diskusi untuk menentukan suatu keputusan yang menyangkut kepentingan seluruh Persekutuan.
123
Kesimpulannya, di Malaysia semua undang-undang yang berkaitan dengan pengaturan fatwa adalah dibuat oleh kerajaan-kerajaan negara bagian. Ini termasuk
perlantikan mufti, pembentukan Jabatan Mufti dan tata cara atau prosedur untuk mengeluarkan sesuatu fatwa. Majelis Agama Islam yang dibentuk di negara-negara
bagian diberi tangungjawab untuk menjalankan suatu fatwa. Sehubungan dengan itu, masyarakat Islam di negara bagian harus mematuhi suatu fatwa yang telah disahkan.
Undang-undang yang buat untuk seseorang yang melanggar fatwa adalah untuk
122
Ibid.
123
Ibid., h. 37
memastikan kesucian agama Islam tetap terpelihara di negara ini sebagaimana yang dikehendaki oleh undang-undang tertinggi negara.
124
D. Hubungan Jabatan Mufti dengan Mahkamah Syari’ah