b. Kasus mahkamah
c. Menurut dasar kerajaanpemerintah
d. Pencegahan dengan menggunakan undang-undang melewati warta
Tempoh waktu yang diperlukan bagi mengeluarkan fatwa tersebut dalam bentuk warta adalah lebih lama waktunya yang berbeda dengan bentuk yang lain.
Karena ia melibatkan beberapa proses yang ditetapkan oleh undang-undang antaranya:
a. Persetujuan Majelis Agama Islam;
b. Persetujuan Kerajaan Negara Bagian;
c. Persetujuan Penasihat Undang-Undang Negara Bagian;
d. Persetujuan Badan Fatwa Kebangsaan; dan
e. Persetujuan SultanRaja.
93
Dari hasil penelitian disebutkan bahwa waktu yang diperlukan untuk menyediakan fatwa adalah selama satu sampai enam bulan, tergantung kepada
masalah negeri bagian. Ada juga negeri bagian yang mengambil waktu selama setahun untuk mewartakan suatu fatwa. Namun, tempoh waktu ini adalah dalam
keadaan proses biasa yang banyak bergantung kepada cepat atau lambat kelulusan pehak-pehak berkenaan seperti Majelis Agama Islam, Penasehat undang-Undang
atau Kerajaan Negara Bagian.
94
4. Sumber Rujukan Bagi Mengeluarkan Fatwa
Jawatankuasa Fatwa atau Mufti dalam membuat fatwa akan mengambil rujukan atau sumber utama yaitu: al-Quran, as-Sunnah, al-Ijma’ dan al-Qiyas.
Selain sumber utama ini, Jawatankuasa fatwa atau Mufti juga akan merujuk
93
Tidak semua negeri bagian tunduk kepada persetujuan ini melainkan persetujuan Sultan yang dipersetujui oleh semua negeri bagian yang beraja
94
Ahmad Hidayat Buang, Penyediaan dan Pengeluaran Fatwa, h. 102
pendapat-pendapat sahabat r.a., tabi’in, imam-imam madzhab dan fuqaha’ dengan mengadakan penelitian terhadap dalil-dalil dan istidlalnya.
Selain itu, pendapat-pendapat Madzhab Syafi’i karena mayoritas masyarakat Malaysia bermazhab Syafi’i digunakan untuk suatu fatwa kecuali jika
ada sebab tertentu untuk menggunakan madzhab-madzhab Ahl as-Sunnah Wa al- Jamaah yang lain untuk menemukan pendapat mana yang lebih kuat dalilnya dan
lebih maslahah bagi umat untuk difatwakan. Apabila maslahah yang difatwakan tidak terdapat dalam ketetapan perkara
di atas, maka akan dilakukan ijtihad jama’i ia berdasarkan sumber-sumber yaitu: al-Masalih al-Mursalah, al-Urf atau al-A’dah Muhakkamah, Syar’u Man Qablana,
Amal ahl al-Madinah, al-Istishab, Saddu az-Zarai’, al-Istihsan; dan kaidah-kaidah fiqih.
95
5. Kedudukan Fatwa Sebagai Otoritas Undang-Undang
Fatwa yang dipakai adalah fatwa resmi yaitu fatwa yang dikeluarkan oleh mufti negeri bagian atau jawatankuasa syariah yang ditubuhkan oleh Kerajaan
negeri bagian atau fatwa yang dikeluarkan oleh Mejelis Kebangsaan bagi Hal Ehwal Agama Islam atau oleh Kerajaan Malaysia. Fatwa boleh dibedakan dengan
pendapat orang perorangan, ia bukanlah suatu keputusan hukum yang muktamad tetapi penerangan agama mengenai hukum syarak bagi panduan
kepada masyarakat Islam.
96
Pendapat itu sangat berfaedah bagi umat Islam dalam mendapatkan bimbingan dan penjelasan mengenai sesuatu perkara yang berkaitan dengan ajaran
agama Islam pada keseluruhannya. Fatwa harus dipatuhi dengan hujah berikut:
95
Nooh Gadot, Pengurusan Fatwa di Malaysia, h. 64
96
Ruzian Markom, Apa itu Undang-undang Islam , h. 147
a. Firman Allah dalam Surah An-Nisa’ ayat 59 yang
|Bƒ I
0 E m
… DO 6 Q
m DA x
E m
DA x 7 s
ZMƒ† ‡9ˆ2]
Q 6
m P
‰l VQŠ‹D
Z 0
Q LF
a D l ZaM +
7 s P
+ VQŠOQJ
P D 6 A
j9 bc2
T •
=9 c p ‹
ŽFIlƒ
, ObU
B A
c` 4
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah taatlah kamu kepada Rasul dan orang yang berkuasa di kalangan
kamu”. kemudian jika kamu berbantah-bantah berselisihan dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada
Allah Al-Quran dan Sunnah RasulNya jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian adalah lebih baik
bagi kamu, dan lebih elok pula kesudahannya.
QS: an-Nisa4: 59 b.
Suatu fatwa dikeluarkan selepas mendapat persetujuan daripada Raja atau Rapat Majelis Raja-Raja Melayu.
c. Suatu fatwa sudah diwartakan dan dikeluarkan dalam Warta Resmi Kerajaan.
Berikut ini penulis cantumkan suatu kasus berkaitan dengan kedudukan fatwa sebagai otoritas undang-undang yaitu kasus Ramah lawan Raton [1927] 6FMSLR 128
Seorang balu menuntut sebahagian harta yang ditingggalkan oleh suaminya, sebagai harta sepencarian. Hakim memanggil beberapa orang kadi sebagai saksi dalam
membuat keputusan tuntutan tersebut. Rayuan dibuat dimahkamah rayuan. Dua hakim tersebut berpendapat hakim di mahkamah tinggi tersilap mengambil keterangan
mengenai undang-undang Islam karena undang-undang Islam adalah undang-undang negeri bagian dan adalah menjadi tugas mahkamah menentukan dan mengenakan
undang-undang itu hakim tidak dapat mengambil keterangan daripada saksi-saksi mengenai undang-undang Islam itu. Akan tetapi oleh karena hakim mahkamah
sivil berpendapat mereka tidak layak memutuskan perkara berkaitan undang-undang
Islam, satu undang-undang diperkenalkan yaitu Determination of Muslim Law
Enactment 1930 yang membolehkan mahkamah sivil merujuk masalah mengenai
hukum Islam kepada Dewan Kerajaan Negeri Bagian.
97
6. Analisis Problem dalam Mengeluarkan Fatwa